Setelah sepuluh tahun bersembunyi dari keberengsekan sang pewaris tahta dari Anthony Group, Cara tak bisa menolak takdir yang kembali mempermainkannya dan bertemu dengan Ethan Anthony. Pria itu kembali muncul di hidupnya, membongkar satu persatu rahasia kelam yang mengikat keduanya. Ethan junior kembar.
Lihat lebih banyakPart 1 Kembali Ke Sarang Harimau
Kedua tangan Cara saling meremas satu sama lain. keduanya lembab oleh keringat. Karena kegugupannya yang berlebihan. Kedua matanya tak berhenti menatap pintu kayu ganda yang ada di hadapannya. Menunggu setiap detik yang terasa begitu lama. Satu getaran lembut mengalihkan perhatiannya, ia gegas merogoh ponsel di dalam tasnya. Membaca pesan singkat yang dikirim oleh Zevan. ‘Tarik napas dan hembuskan. Semoga berhasil.’ Cara mengikuti instruksi tersebut, seketika kegugupannya perlahan berkurang dan tautan tangannya melonggar. Ia sudah melalui tes tiga kali dengan penuh perjuangan dan kegigihannya. Tes terakhir tak akan berakhir sia-sia begitu saja, kan? Pun ia sempat mendengar selentingan kabar tentang sang bos besar sedikit rewel dan cerewet untuk posisi asisten pribadi yang sedang dilamarnya saat ini. Bahkan cara bernapas pun akan salah saat suasana hati sang bos besar sedang buruk. Itulah sebabnya posisi ini memiliki bayaran yang fantastis. Daripada asisten pribadi lainnya yang pernah ia lamar atau ditawarkan di kolom lowongan pekerjaan yang ia baca. Sekali lagi Cara menarik napas dan mengembuskannya secara perlahan. Ketika namanya disebut dan seorang wanita berambut pirang muncul dari balik pintu. Bersama seorang wanita berambut bergelombang dengan rok pensil di atas lutut berhenti tepat di hadapannya. Mengamati penampilannya dari atas sampai bawah dengan tatapan mengejek. “Menyerahlah. Kau tak akan diterima,” ucap wanita dengan angkuh. Sebelum kemudian berjalan pergi dengan kekesalan yang semakin memuncak. Cara menelan ludahnya. Menatap kesempurnaan fisik yang dimiliki wanita itu sebelumnya. Itu adalah wanita kelima yang ditolak hanya dalam hitungan detik oleh sang bos besar. Sebenarnya kriteria macam apa yang diinginkan bos besar untuk posisi tersebut? “Mari.” Wanita berambut pirang tersebut mempersilahkan Cara masuk. Menahan pintu tetap terbuka. Cara melangkah ragu, mengabaikan ponselnya yang bergetar, menampilkan nama Zevan. Bergerak pelan sembari mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan yang luas tersebut. Dilengkapi perabot dan set sofa yang mewah. Dinding kaca menjadi background meja kebesaran yang bos besar. Dengan kursi yang diputar membelakangi posisinya. “Kau diterima,” putus pria itu bahkan sebelum Cara belum berdiri tepat di depan meja sang bos besar. Wanita itu membeku. Cukup lama. Mencerna kata-kata pria yang duduk di balik kursi besar tersebut. Kenapa? Secepat ini? “Ya, secepat ini.” Kursi di balik meja berputar dengan perlahan, menciptakan keheningan yang terasa begitu menegangkan ketika si bos besar melanjutkan kalimatnya. “Aku menyukaimu.” Seperti tersambar petir di siang bolong, seluruh tubuh Cara membeku. Napasnya tercekat dengan keras. Tak butuh lebih dari satu detik baginya untuk mengenali wajah pria yang duduk dengan tangan di kedua lengan kursi kebesara tersebut. Pandangannya bergerak turun, membaca nama yang tertulis di deskname dari kaca hitam tersebut. Ethan Anthony | CEO of Eth Enterpries. Sekali lagi keterkejutan kembali memucatkan wajahnya yang sudah sepucat mayat. Ujung bibir Ethan menyeringai dengan kilat licik di kedua mata. “Kau masih ingat denganku, manis.” Itu bukan pertanyaan. Keduanya tahu mereka saling mengenal. Ah, tidak. Keduanya tak pernah benar-benar mengenal. Hanya segelintir masa lalu yang melibatkan kehidupan keduanya saling bertaut. Masa lalu yang sudah Cara pendam jauh di belakang sana. Ethan beranjak dari duduknya. Berjalan memutari meja dengan langkah perlahan, sengaja membuat Cara semakin ketakutan. Ketakutan familiar seketika merebak memenuhi seluruh dadanya. Keduanya kakinya beringsut menjauh dan sebelum semua terlambat seperti terakhir kalinya, tubuhnya berputar dan berlari menuju pintu. Hanya untuk menemukan pintu ruangan yang terkunci. “Aku menangkapmu.” Tubuh Ethan menempel di punggung Cara, menghimpit wanita itu di pintu. Bibirnya menempel di telinga Cara dan berbisik dengan dengan suara berat. “Lagi.” Tubuh Cara menggeliat, berusaha mendorong Ethan yang semakin merapatkan diri. “Bagaimana kabarmu?” Senyum Ethan melengkung tinggi. “Apa kau tidak merindukanku?” “Lepaskan, Ethan,” lirih Cara setengah merengek. Ketakutan terasa menyesakkan dadanya, himpitan tubuh Ethan membuatnya semakin kesulitan bernapas. Bagaimana mungkin ia melakukan kesalahan sebesar ini? Ia sangat yakin Eth Enterpries tak ada hubungannya dengan Anthony Group. Nama besar yang sudah menjadi mimpi buruk di malam hari dan menjadi ketakutan terbesar yang menggantung di atas kepalanya di siang hari. Keyakinan itulah yang membuatnya memutuskan untuk memasukkan lamarannya di perusahaan ini tanpa ragu. Tak pernah membayangkan sedikit pun bahwa pria itulah yang menjadi pemilik perusahaan. Dan seolah belum cukup ketololannya, ia sendirilah yang mendatangi sarang harimau. Setelah mengorbankan segalanya untuk berlari dari hidup pria itu. “Kumohon.” Suara Cara semakin tertelan ketika Ethan memutar tubuhnya, membuat tubuh keduanya saling berhadap-hadapan. “Aku selalu suka mendengar permohonanmu.” Napas panas Ethan menerpa seluruh permukaan wajah Cara. Wajahnya bergerak menepi jarak di antara keduanya, tetapi bibirnya mendarat di pipi Cara yang bergerak ke samping. “Kumohon, Ethan,” lirih Cara, nyaris menangis tetapi ia menahan air matanya tak sampai meleleh. Merasakan bibir Ethan yang tersenyum di pipinya. Malah bergerak meninggalkan jejak basah di rahangnya. Cara semakin gugup, tubuhnya memberontak berusaha mendorong tubuh besar Ethan dengan sia. Kekuatan pria Ethan jelas tak bisa dibandingkan dengan kekuatan wanitanya. Kedua tangannya ditahan dan dipaku di atas kepala. Ethan membiarkan bibirnya tetap menempel di rahang Cara. Bergerak ke belakang menggigit ujung telinga Cara hingga wanita itu tersentak pelan. Lalu turun ke bawah sementara tangannya yang lain menarik bagian atas kemeja Cara dan merobeknya hingga kancing-kancingnya berserakan di lantai. Air mata Cara sama sekali tak menghentikan Ethan yang menenggelamkan wajahnya di cekungan leher wanita itu. Bahkan isakan pilu wanita itu membuat amarah dan gairah Ethan semakin membara. Setelah puas bermain-main di leher Cara. Ethan menarik wajahnya, menatap puas bekas yang ditinggal di sana. Namun, senyum itu tak bertahan lama. Ketika getaran benda pipih yang tergeletak di lantai berhasil mengalihkan perhatian dari kepuasannya. “Zevan?” desis Ethan dengan ujung bibir yang menipis keras. Satu nama yang berhasil mengobarkan amarah di dadanya. “Jadi dia alasanmu melarikan diri, istriku?” Cara semakin terisak. Berusaha memberontak lebih keras ketika Ethan menyeret dan membanting tubuhnya di sofa terdekat. Lalu menindihnya dan mengulang keberengsekan yang telah berkali=kali pria itu lakukan tanpa penyesalan sedikit pun.My Lovely Wife“Jadi apa yang kau katakan?”Ethan menggeleng. “Ponselku berdering. Theo sudah di bawah.”Zaheer hanya manggut-manggut. “Tapi menurutmu sampai kapan dia akan berpikir dirinya masih hamil?”“Kapan pun itu, tak akan lama. Ck, aku tak tahu kehamilan. Menurutmu berapa minggu perut harus terlihat besar?”“3-4 bulan biasanya sudah mulai terlihat perkembangannya. Seperti Yang dikatakan Cara. Apalagi ini kehamilan keduanya.”Napas Ethan tertahan sejenak. “Aku tak tahu bagaimana cara memberitahunya.”“Kau akan menemukannya.” Zaheer mengedikkan bahu. “Seperti biasanya.”Ethan tak membalas.“Setelah keguguran itu, rahimnya juga sudah kembali normal.”Tambahan penjelasan Zaheer yang sudah diketahuinya itu membuat Ethan semakin dilanda dilema. Tak ada cara selain menghadapinya. Cara memang perlu tahu.Pada akhirnya, setelah empat hari masih dalam pengawasan intens dokter Faryal
Jangan Meninggalkan Kami“E-ethan?” lirihnya dengan suara yang lemah. Tenggelam di antara isakan Ethan yang mulai membasahi punggung tangannya, yang menempel di wajah pria itu. Cara mulai menepikan rasa pusing yang menggelitik kepalanya. Entah bagaimana ia berada di tempat ini, terbangun dan menemukan Ethan yang terisak di sampingnya.‘Kami benar-benar membutuhkanmu, sayang.’ Bisikan yang diucapkan dengan penuh permohonan tersebut adalah kalimat pertama yang menyambutnya begitu kesadaran perlahan mulai muncul dan menguasainya. Istriku. Itu adalah panggilan terindah yang pernah diucapkan oleh Ethan. Dengan penuh ketulusan yang menghangatkan dadanya. Akan tetapi, kenapa suara Ethan terdengar begitu sedih? Kenapa pria itu bahkan … menangis? Tangannya mulai bergerak pelan. Menatap kepala Ethan yang masih tertunduk dengan menggenggam tangannya. Genggamannya semakin kuat, tetapi setidaknya tangannya masih bisa digerakkan, untuk mendapatkan perhatian Ethan
Kembalilah, Kami Membutuhkanmu“Mama masih tidur?” gumam Cheryl, menjatuhkan kepalanya di pundak sang papa. Sementara Darrel yang berdiri di samping Ethan hanya menatap lurus pada ranjang pasien. Tempat sang mama berbaring dengan mata terpejam. Dengan dua mesin di samping kanan dan kiri ranjang yang mengeluarkan bunyi konstan, terhubung dengan tubuh rapuh Cara sebagai penunjang hidup. Sementara ketiganya berdiri di balik dinding kaca. Sejak tiga puluh menit yang lalu. Ethan merasakan genggaman tangan Darrel yang menguat. Pertanyaan Cheryl juga pertanyaan yang tak diucapkan sang putra. Sekaligus pertanyaan yang belum ia temukan jawabannya. Mereka masih menunggu. Berharap di tengah keputus asaan yang seolah tak ada ujungnya.“Sudah lima menit.” Ethan lebih memilih mengalihkan pembicaraan. Ini sudah kedua kali Cheryl meminta tambahan lima menit setelah tiga puluh menit rutinitas yang wajib mereka lakukan setiap hari ini.Cheryl tak menjawab, t
“Tuan?” Suara benda jatuh dari seberang mengaktifkan sikap siaga Theo. Tubuh pria itu menegang. Menyusul erangan sang tuan yang seolah mengumpat dan suara lain yang terdengar.‘Kau bersama Cara?’Ujung mata Theo melirik ke samping. Menyadari sang nyonya yang tiba-tiba peka dengan keterkejutannya. Tatapan keras wanita itu melirik ponsel yang masih menempel di telinga.“Aku ingin bicara dengan Ethan. Berikan padaku.” Tangan Cara terulur, tetapi reaksi Theo tentu saja bergerak menjauh. Untuk selanjutnya ia membeku dengan suara Zevan dari seberang.‘Well, turuti kemauannya atau kepala bosmulah yang kulubangi selanjutnya.’‘Sialan kau, Zevan!’ umpat sang tuan yang tertahan.‘Kenapa kau begitu percaya diri kalau dia akan menyelamatkanmu, Ethan? Meski Cara bisa, dia tak akan melakukannya.’Mata Theo terpejam dengan percakapan yang terdengar. Sembari kepalanya berpikir keras mencari cara menyelamatkan sang tuan. Kepala pengawal
Suara dering ponsel yang terdengar dari balik pintu mengalihkan perhatian Ethan dan Mano. Ethan beranjak dan gegas mendekati pintu ruangannya yang didorong terbuka oleh Cara sebelum ia sempat menyentuh gagang pintu.“Ponselmu sejak tadi berbunyi. Sepertinya ada urusan yang penting.” Cara mengulurkan benda pipih tersebut. Memuji dirinya sendiri akan suaranya yang keluar setenang air danau meski hatinya terasa remuk redam.Ethan menunduk, menatap nama Bianca. Tak biasanya wanita itu menghubunginya malam-malam begini. Dan melihat riwayat panggilan yang menunjukkan belasan panggilan tak terjawab, sepertinya ada sesuatu yang serius. Tanpa berpikir dua kali, ia menjawab panggilan tersebut.“Ada apa?”Ethan mengerjap terkejut, kepalanya berputar dan langsung bertatapan dengan Mano. Keseriusan merebak di seluruh permukaan wajahnya, mengirim pesan pada Mano yang langsung menangkap sinyal tersebut dan menghampirinya.“Kita harus ke rumah sakit,” uc
“Ada yang ingin kubicarakan denganmu.” Suara Zevan memecah ketegangan yang membentuk di sekitar keempat orang tersebut.Cara mundur satu langkah. Zevan yang berdiri di hadapannya bukan lagi Zevan yang ia kenal. Ah, ia tak pernah benar-benar tahu siapa Zevan yang berdiri di depannya saat ini juga sebelum-sebelumnya.Pandangan Zevan melirik kedua anak buah Ethan yang ada di samping kanan dan kiri Cara. Tak perlu bertanya apa yang ada di balik jas kedua pria besar dan tinggi tersebut. Akan tetapi … pandangannya beralih pada Cara. Satu-satunya yang paling lemah dan kesempatan yang dimilikinya untuk menghancurkan Ethan.Ia menekuk lututnya, memastikan raut penyesalan dan menyedihkan yang sempurna sebelum berbicara dengan penuh permohonan. Zevan melepaskan jaket hitamnya dan mengangkat kedua tangan pada dua pria tersebut, menunjukkan tak ada ancaman apa pun yang akan dilakukannya pada Cara.“Hanya lima menit,” ucapnya menatap lurus kedua mata Cara. “Mer
‘Kau membunuhnya. Dia melakukan apa pun untuk mempertahankanmu.’ Jeda yang cukup lama, menciptakan keheningan di antara keduanya. ‘Hingga detik ini, kakek masih merasa apa yang dikatakannnya memang benar.’Mata Zevan terpejam mengingat kalimat terakhir Arman sebelum ia keluar dari ruangan tersebut. ‘Seharusnya dia tak melakukan itu. Itu adalah kesalahan terbesar di hidupnya yang menyedihkan. Kalian yang terlalu lemah.’Tak ada penyesalan apa pun telah mengucapkan kata yang berasal dari hatinya yang terdalam. Ia adalah kesalahan. Wanita itu melakukan kesalahan. Semua hidupnya yang menyedihkan menurun dari wanita itu. Ia hanya sedikit berbaik hati untuk mengakhiri nasib menyedihkan itu. Sebagai anak yang berbakti. Ujung bibirnya tertarik ke atas. Membentuk seringai tipis.*** “Apa maksudmu kakek tak sadarkan diri?” Kepala Ethan terangkat dari ponsel di tangannya pada Zaheer yang duduk di ujung sofa. Kecemasan menyelimuti wajah sang sepupu. “Hasil
“Sepertinya ada banyak hal yang mengganggumu?” gumam Ethan saat keduanya berbaring dan sudah mendapatkan posisi nyaman di atas tempat tidur. Akan tetapi wanita itu tak juga tertidur setelah setengaha jam lebih.Cara menoleh ke belakang. “Kau belum tidur?”Ethan memutar tubuh Cara menghadapnya. “Apa yang sedang kau pikirkan?”“Hmm, bukan hal yang penting,” senyum Cara.“Tetapi mengganggumu.”Cara menghela napas rendah. Masih dengan senyum yang tersungging lebar, telapak tangannya menyentuh wajah Ethan. Mengusapkan jemarinya di rahang Ethan dengan lembut. “Seberapa pun kerasnya aku berusaha tak memikirkan semuanya, semua itu hanya semakin menggangguku, Ethan. Apa yang sebenarnya terjadi?”“Aku tak mungkin di sini jika rencana Zevan memang berhasil, Cara.”“Kenapa dia melakukan semua ini padamu? Pada Cheryl? Juga padaku dan anak …” Kalimat Cara seketika terhenti.Mata Ethan memicing tajam. Ekspresi wajah pria itu seketika berubah tegang. “Apa yang dilakukannya padamu?”Cara mengerjap. C
Arman Anthony menunggu di balik pintu kaca gelap yang ada di sampingnya, ketika pintu itu bergeser membuka, sang cucu melangkah keluar dari ruang interogasi bersama seorang pria berjaket hitam dengan tubuh besar yang menampilkan sikap dan ekspresi datar sebelum berjalan meninggalkan cucu dan kakek tersebut.“Kenapa aku tak terkejut?” Ethan bergumam rendah. Kedua pengacaranya memberikan satu anggukan hormat pada Arman Anthony, kemudian berpamit pergi bersama dua pengacara kiriman sang kakek yang berhasil membawanya keluar dari ruangan tersebut. “Aku bisa melakukannya sendiri. Apakah Mano yang membuat masalah? Atau Zaheer? Ck, mereka begitu tak sabaran.”“Kenapa kakek pun tak terkejut kau tak mengucapkan terima kasih, Ethan.”Ethan mendesah pelan. Ada kejengahan yang tersirat di kedua mata abu gelapnya. “Karena aku tahu bukan itu yang kakek inginkan dariku.”Arman tersenyum tipis. “Sepertinya mereka tidak memberimu makanan yang layak. Kakek akan mak
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen