Home / CEO / Kembalinya Sang Istri Sah / 2. Kembali Tertangkap

Share

2. Kembali Tertangkap

Author: Luisana Zaffya
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Part 2 Kembali Tertangkap

Tubuh Cara menggigil dan wajahnya sudah sepucat mayat, tetapi hal itu tak menghentikan kedua pemuda yang mengarahkan selang air ke tubuhnya. Seluruh tubuhnya basah kuyup, sementara kedua pemuda itu tertawa nyaring. 

Tangan Ethan terangkat dan kedua kaki tangannya langsung mematikan aliran air. Ethan beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Cara yang berdiri di tengah halaman. “Jadi, kau sudah berubah pikiran?”

Cara menatap wajah bengis Ethan. Bibirnya bergetar hebat tetapi kepalanya masih sanggup untuk memberikan satu gelengan.

Seringai Ethan membeku. Tak habis pikir dengan kekeras kepalaan yang mengerak di kepala gadis polos itu. Pandangannya bergerak turun, seragam berwarna putih yang basah tersebut membuat pakaian dalam Cara terjiplak dengan jelas. Pandangannya berhenti lebih lama di dada gadis itu.

Cara yang menyadari arah pandangan Ethan seketika menghalangi tatapan lancang pria itu dengan kedua tangan. Menyilang di depan dada.

Lidah Ethan berdecak tak suka dengan halangan tersebut. “Apa kau masih berharap pahlawanmu itu akan datang untuk menyelamatkanmu?”

Cara tak berhenti berharap Zevan akan datang untuk menyelamatkannya. Meski ia merasa sungkan untuk setiap bantuan yang dilakukan Zevan ketika Ethan dan kaki tangan pemuda itu merundungnya, tetap saja ia tak berhenti mengharapkan Zevan akan selalu datang untuk menyelamatkannya.

Ethan tertawa keras. Lalu menangkap rahang Cara dan mendorong tubuh mungil gadis itu ke kolam renang yang ada di samping mereka. Seringai kejamnya bergerak lebih tinggi ketika melihat Cara yang menggerakkan kedua tangan berusaha naik ke permukaan dengan kewalahan.

Mata Cara terbuka ketika ingatan itu kembali berputar di kepalanya. Tersentak keras dan bangun terduduk, dengan napas terengah. Napasnya baru saja kembali normal dan kembali tertahan ketika melihat tas dan ponselnya yang tergeletak di meja kaca di hadapannya. Ia menggali ingatan terakhirnya dan menyadari pakaiannya yang berantakan.

Kancing kemejanya nyaris hilang semua dan branya terasa longgar karena pengaitnya yang sudah dilepaskan. 

“Kau sudah bangun?”

Kepala Cara berputar ke samping dan melihat Ethan yang berjalan keluar dari kamar mandi. Mengenakan kemeja yang dikeluarkan dari celana dan tidak dikancingkan. Mengekspos perut berpetak pria itu ketika berjalan mendekat.

Cara gegas beranjak dari duduknya sekaligus menyambar ponsel dan tasnya. Berjalan mundur untuk mempertahankan jarak jauh di antara mereka. “Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan, Ethan. Aku ingin pergi,” lirihnya mengabaikan getaran dalam suaranya.

Ethan tersenyum, menggusur rambut basahnya ke belakang dan menatap penampilan Cara yang berantakan. “Kau ingin meninggalkan tempat ini dengan penampilan seperti itu?”

Cara menelan ludahnya. Menyadari rok pencilnya yang tersingkap dan sedikit robek di belahan belakangnya. “Aku tak peduli.”

Ethan mengambil kemeja bersihnya di punggung soda dan melemparnya ke arah Cara, tetapi wanita itu tak menangkapnya “Aku peduli.” Ada penekanan yang kuat dalam suaranya. “Dan kau bisa mulai bekerja besok.”

Cara membungkuk dan menyambar kemeja tersebut kemudian lari ke arah pintu. Yang kali ini sudah tidak dikunci.

*** 

Cara menetap kedua matanya yang bengkak di depan cermin. Berapa banyak pun air mata yang mengalir deras dari sana, semua itu tak menghentikan kekejaman yang sudah dan akan dilakukan Ethan padanya. Pria itu telah kembali. Ah, tidak. Ialah yang kembali ke hidup pria itu, seolah belum cukup semua ketololan yang telah dilakukannya.

Cara meraih tasnya dan berjalan keluar dari toilet dengan langkah terburu. ‘Dan kau bisa mulai bekerja besok,’ Kalimat Ethan sebelum ia keluar dari ruangan itu kembali berputar di benaknya.

Tidak.

Sekarang ia tak akan mengulangi ketololannya. Ia tak seputus asa itu hingga harus bekerja pada pria itu.

“Cara?” Suara Zevan yang dipenuhi kelegaan menjawab panggilannya di deringan pertama. “Dari mana saja kau? Aku berkali-kali menghubungimu.”

“Di mana kau sekarang? Apa kau di kantor?” Cara menuruni undakan di lobi gedung dan setengah berlari menuju jalan raya.

“Ya. Aku baru saja hendak memberitahumu, siapa pemilik Eth Enterpries.”

“Ethan.”

Suara Zevan tercekat. “Kalian bertemu.”

“Lebih buruk.” Cara membuka pintu taksi yang berhenti tepat di hadapannya. Masuk ke dalam dan berkata, “Bisakah kau membantuku? Aku harus meninggalkan kota ini. Malam ini juga.”

“Ya,” jawab Zevan dengan penuh kemantapan. “Aku sudah mengurus semuanya. Kita bertemu di bandara. Dalam dua jam. Aku sudah memesan penerbangan begitu mengetahui siapa pemiliknya.”

Cara mengangguk dengan penuh kelegaan. “Ya. Terima kasih, Zevan.”

*** 

Cara menurunkan kaca mata hitamnya begitu taksi berhenti di gate yang diinginkan. Mengambil tas di samping dan turun dari mobil. Ia sampai tepat pada waktunya. Penerbangannya satu jam lagi tapi ia tak bisa berhenti merasa cemas sampai pesawat membawa dirinya keluar dari negara ini.

“Di mana kau?” tanyanya begitu panggilan tersambung. Berjalan masuk ke tengah kepadatan penumpang yang lain.

“Aku akan segera tiba. Sedikit terkena macet. Kau sudah mendapatkan tiketmu?”

“Ya.”

“Masuklah lebih dulu. Jika sesuatu terjadi, kau yang harus pergi lebih dulu.”

“T-tapi …” Langkah Cara terhenti. Pegangan pada ponselnya semakin menguat. 

“Itu sudah kesepakatan kita, Cara.”

Cara menjilat bibirnya yang kering. “Seharusnya aku tidak kembali ke sini.”

“Jangan mengungkit hal yang sudah terjadi. Kita akan menyelesaikannya seperti yang biasa kita lakukan.”

Cara menghela napas pendek dan mengangguk. “Ya.”

Panggilan berakhir dan Cara kembali melanjutkan jalannya. Menunjukkan tiket perjalanannya dan langsung diarahkan menuju gate 2 yang ada di lantai dua. Berkali-kali ia melirik jam tangan sembari mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Dengan kecemasan yang tak berhenti memenuhi dadanya. 

Dan kecemasan itu rupanya memiliki alasan yang kuat. Gate 2 berada di ruangan paling ujung bangunan. Menjauh dari keramaian. Keraguan sempat menghentikan niatnya sebelum melewati penjagaan. Ketika ia memasuki ruang tunggu yang luas diselimuti kesunyian, dan satu-satunya orang yang duduk di tengah jajaran kursi tunggu tersebut adalah seorang pria yang mengenakan kaos polos putih dan celana pendek berwarna khaki. Dengan kaca mata hitam yang bertengger di kepala dan kedua tangan serta kaki yang disilangkan, lengkap dengan keangkuhan yang tertampil di wajah kejam pria itu.

“Et-than?” Suara cara tercekat dengan keras. Tubuh bergetar hebat dan ketika tubuhnya berbalik, wajahnya menabrak dada bidang yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

“Cara?” Pria yang juga berpakaian santai tersebut tersenyum semringah dengan kepucatan Cara. “Kenapa kau terburu-buru? Ethan bahkan belum memulai pestanya.”

Cara terhuyung ke belakang. Mengenali pria itu adalah kaki tangan Ethan. Sekaligus sepupu Ethan, Zaheer Anthony.

“Ini pertama kalinya Ethan mengadakan pesta di bandara,”timpal pria lainnya yang berdiri di samping Zaheer, Mano Anthony, sepupu yang lain. “Rupanya pikiranmu sudah kembali jernih, ya.”

“P-pesta?” Bibir Cara bergetar hebat

Mano mengangguk dengan senyum jahilnya. “Untuk merayakan kedatanganmu.”

“Apa Ethan mengundang Zevan?”

Mano mengedikkan bahunya. “Mungkin. Kau tahu Cara dan Zevan paket lengkap yang tak bisa dipisahkan, kan?”

“Apa?” Mata Cara membeliak menyadari arti percakapan tersebut. kecemasan seketika menyergap dadanya dengan keras. “Di mana Zevan? Apa yang kalian lakukan padanya?”

Related chapters

  • Kembalinya Sang Istri Sah   3. Kembali Bermain-Main

    Tubuh Cara ditarik keluar dari dalam kolam. Duduk bersimpuh ditepi kolam sambil terbatuk-batuk. Matanya terasa perih dan tenggorokannya serasa seperti diiris. Ia minum air kolam terlalu banyak.‘Jadi, kau mau menjadi kekasihku sekarang?’Tatapan Cara kembali menunjukkan penolakan ketika menjawab tidak dengan jelas.Seringai kepuasan Ethan kembali membeku. ‘Well, aku sudah mencoba membersihkan pikiran dan tubuhmu tetapi kau masih dibutakan oleh kekeras kepalaanmu, ya?’Cara menyentakkan tangan Ethan di wajahnya. Yang membuat pria semakin berang bukan main. Menyambar pergelangan tangan Cara, menyeret gadis tak berdaya itu ke dalam rumah setelah menyuruh Zaheer dan Mano untuk pulang.Begitu keduanya sampai di dalam, Ethan membanting tubuh basah Cara ke sofa panjang.‘Kau tak memberiku pilihan, manis.’ Ethan menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Cara sebelum gadis itu sempat menyadari apa yang akan dilakukannya. Menangkap kedua tangan Cara dan memakunya di atas.‘A-apa yang akan kau lakukan

  • Kembalinya Sang Istri Sah   4. Kembali Menjadi Tahanan

    ‘Kau hamil, kan?’ Ethan melempar testpack di tangannya ke wajah Cara.Cara menunduk, menatap stik kecil yang mendarat di samping sepatunya. Dengan dua garis sebagai hasilnya.‘Apakah itu mlilikku?’ dengus Ethan.Cara menelan ludahnya. Kata-kata Ethan memang menyakitkan, tetapi ada fakta yang lebih buruk daripada keraguan pria itu sendiri. Ia tak sudi mengandung anak pria berengsek itu. ‘Kau menemukannya?’Ethan menggeram dengan dagu Cara yang sedikit terangkat ke arahnya. Sengaja menantangnya dan amarahnya memang semudah itu tersulut oleh Cara. Tangannya menangkap pundak gadis itu dan mendorongnya ke dinding. Menghimpit tubuh mungil tersebut dengan tubuh besarnya hingga Cara kesulitan bernapas.‘Apakah itu milik Zevan?’Cara membalas tatapan Ethan dengan keberanian yang hanya seujung kuku. Amarah Ethan memang semengerikan itu. ‘Ya. milik Zevan.’-Masa sekarang-Kegelapan menyemburat di seluruh permukaan wajah Ethan hanya dalam hitungan sepersekian detik. Sementara wajah Mano dan Zahee

  • Kembalinya Sang Istri Sah   5. Kembali Terulang

    ‘Minum.’ Ethan mengulurkan dua butir obat berwarna putih yang ada di telapak tangannya.Cara melirik tak tertarik pil tersebut. Ia tak cukup tolol untuk tidak bisa menebak benda apa itu. Begitu ia mengakui bahwa anak dalam kandungannya adalah anak Zevan, tentu saja Ethan terbutakan oleh kecemburuan pria itu dan tak menunggu lama bagi pria itu untuk melenyapkan anak dalam kandungannya. Kebenciannya yang begitu mendalam pada pria itu, membuatnya semakin besar kepala untuk mempermainkan perasaan Ethan.‘Kau tahu apa yang kuinginkan.’‘Benarkah?’‘Bukankah bulan depan umurmu 17. Kau ingin menjadi orang tua di usiamu sekarang?’Cara mendengus tipis. Menampar tangan Ethan hingga dua pil tersebut jatuh ke lantai. ‘Bukan karena anak ini anak Zevan?’Wajah Ethan membeku. Bibirnya menipis keras ketika lagi-lagi nama Zevan di sebut. Ethan mengambil dua pil itu, lalu menangkap rahang Cara dan memaksa kedua pil tersebut masuk ke dalam mulut gadis itu.Cara tak memberontak, selain karena kekuatan E

  • Kembalinya Sang Istri Sah   6. Kembali Terancam

    Sejak Ethan membawanya ke tempat ini dua jam yang lalu, Cara masih belum menemukan cara untuk keluar dari tempat ini. Setelah pulang dari rumah sakit, Ethan membawanya ke penthouse pria itu –dilihat dari koleksi pakaian, tas, sepatu, jam tangan, dan dasi yang ada di ruang penyimpanan, tentu saja Ethan tinggal di tempat ini-. Salah satu bangunan yang berada di bawah naungan Anthony Group. Yang pasti dengan pengamanan tingkat tinggi.Satu-satunya jalan keluar hanya bisa menggunakan kartu akses yang dipegang oleh Ethan. Pun begitu, ada orang-orang yang bekerja di sini yang bisa keluar masuk tempat ini. Hanya saja, semuanya terlalu setia sehingga tak ada satu pun yang percaya dengan omong kosong tentang sakit perut atau kepalanya yang pusing dan ia sangat membutuhkan bantuan dokter karena luka di kakinya terasa nyeri dan tak tertahankan. Semua sandiwaranya hanya dijawab dengan jawaban yang sama. ‘Tuan Ethan melarang Anda keluar. Meskipun –maaf- Anda sekarat.’Cara benar-benar putus asa. S

  • Kembalinya Sang Istri Sah   7. Kembali Mengingat Masa Lalu

    ‘Rh-null?’ Kedua alis Ethan berkerut dengan laporan medis yang dibawa oleh Zaheer. Ia tak sungguh menyuruh sepupunya itu membawa berkas tersebut, hanya untuk memastikan tak ada yang serius sehingga tak perlu menjadi baku hantam mereka sebuah masalah di depannya. Namun, ketidak sengajaan yang ia temukan dalam berkas tersebut berhasil menarik perhatiannya. ‘Kenapa golongan darahnya Rh-null? Bukankah dia AB-?’ Zaheer menjulurkan kepala, membaca laporan tersebut. ‘Dia memang Rh-null, Ethan. Kenapa kau terkejut?’ Wajah Ethan terangkat, menatap Zaheer dengan pikirannya yang melayang ke masa lalu. Saat Cara mengalami pendarahan, sudah terlambat baginya untuk membawa gadis itu ke rumah sakit besar yang berada di bawah naungan Anthony Group. Keduanya bertemu Zevan yang baru saja turun dari mobil, dan permusuhan di antara mereka membuat Ethan tak memiliki pilihan selain menumpang di mobil pria itu. Membawa Cara ke klinik terdekat. Saat itu kecemasan yang begitu besar dan tak pernah ia

  • Kembalinya Sang Istri Sah   8. Kembali Terjerat

    Cara menjilat bibirnya yang mendadak kering mendengar percakapan Ethan dengan entah siapa yang ada di seberang. Tetapi ketika obat penggugur kandungan diungkit, ia tahu apa yang tengah coba pria itu gali. Cara kembali merapatkan pintu kamar mandi. Bersandar di pintu dan membiatkan ingatan masa lalu itu membawanya. Ketika pertama kalinya ia mengetahui tentang kehamilan itu. Siang itu, ia sedang makan siang dengan Zevan di gudang penyimpanan barang-barang. Tempat keduanya sering menyendiri dan bersembunyi dari kaki tangan Ethan. Setelah menghabiskan makannya, tiba-tiba ia muntah dan kepalanya pusing. Lalu jatuh pingsan dan Zevan membawanya ke klinik terdekat. Zevan pikir Zaheer atau Mano yang menaburi bekal makan siang Cara dengan sesuatu. Tetapi rupanya dokter mengatakan tentang gejala kehamilan dan meminta Cara melakukan beberapa tes lanjutan. Zevan bahkan tak terkejut dengan kehamilan tersebut, meski tak menyangka Ethan akan kehilangan kendali hingga membuat masalah besar semacam

  • Kembalinya Sang Istri Sah   9. Kembali Menjadi Istri Simpanan

    Kepala Cara terdongak. Rasa sakit di kepalanya masih bisa ia tahan, tetapi ketika matanya melirik ke depan dan melihat Emma yang menertawakannya, tangannya bergerak melempar makanan yang ada di piring ke arah wanita itu. Emma menjerit, matanya melotot sempurna dan tangannya sudah memegang gelas susunya ketika Ethan memberikan isyarat tangan untuk meninggalkan ruang makan. “T-tapi …” “Keluar!” geram pria itu tanpa melepaskan tatapan tajamnya pada Cara. Emma terpaksa beranjak, berjalan dengan kedua langkah di hentak-hentakkan di lantai. Sementara tangannya menyingkirkan nasi dan lauk pauknya yang menempel di rambut dan mengotori pakaiannya. Gerutuan tentang rambutnya yang baru keluar dari salon bergema di seluruh ruangan. Cara harus membayar semua itu dengan mahal. “Apakah aku salah?” desis Cara kemudian. Mengabaikan rasa sakit di kepalanya. “Aku memang simpananmu. Dan aku tak berminat untuk kau akui. Kau memberiku pilihan dan aku memutuskan pilihan. Kenapa kau tersinggung dengan p

  • Kembalinya Sang Istri Sah   10. Permainan Lama

    “Apa yang kau lakukan, Ethan. Dia harus …” “Aku sudah mengatakan padamu untuk tidak ikut campur urusanku, Emma. Jangan melewati batasanmu.” Desisan Ethan penuh peringatan yang keras. menyentakkan lengan wanita itu begitu keduanya keluar dari ruang tidur. “Kaulah yang lebih dulu melewati batasanmu, Ethan. Apa yang kau lakukan dengannya, hah? Kalian bahkan sudah menikah tanpa sepengetahuanku. Sepuluh tahun yang lalu? Aku tahu dulu kau begitu menggilainya. Tapi menikahi gadis murahan yang tak jelas asal-usulnya adalah kegilaan di level yang berbeda.” “Kau mulai menceramahiku?” Bibir Ethan menipis keras. “Kau hanya bermain-main dengannya, kan? Kenapa kau membiarkan dirimu dibutakan olehnya?” Tangan Ethan menangkap rahang Emma, menghentikan wanita itu melanjutkan kelancangannya. “Aku tak ingat meminta pendapatmu tentang wanita-wanitaku, Emma.” “Tapi aku tunanganmu.” Suara lift berdenting dari sisi lain ruangan. “Ya, jika kau masih ingin menjadi tunanganku. Sebaiknya tutup

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Istri Sah   44. Perubahan Sikap Ethan

    Ponsel Ethan yang berdering menyela di tengah kesibukan dokter yang memeriksa Cara. Pria itu mengabaikannya, tak melepaskan pengamatannya dari sang dokter. Namun, deringan yang tak kunjung berhenti tersebut tampak mengganggu, Ethan terpaksa mengurus panggilan terebut. Berjalan keluar menjauh. “Ada apa lagi, Bianca?” Cara masih bisa mendengar nada kesal yang diucapkan Ethan sebelum pria itu benar-benar menjauh. Hingga perhatiannya dialihkan oleh pertanyaan dokter tentang apa saja yang ia rasakan. “Mual dan pusing. Sepertinya saya hanya kecapekan, Dok.” “Riwayat penyakit maag?” “Tidak ada. Tapi beberapa hari ini saya kurang berselera makan. Mungkin karena itu.” “Hubungan dengan suami?” Cara menatap sang dokter, tak mengerti. “Ya, hubungan suami istri.” Cara semakin tak mengerti kenapa itu ada hubungannya dengan sakintnya. Dokter wanita itu tersenyum. “Apakah Anda melewatkan tamu bulanan Anda?” Wajah Cara yang sudah pucat tiba-tiba membeku. Menatap kedua mata sang dokter denga

  • Kembalinya Sang Istri Sah   43. Masa Lalu Bianca dan Ethan

    “Dia yang memaksa masuk menggunakan kartu aksesku, Ethan.” Emma mengulurkan kartu hitam mengkilat yang ada di tangannya. “Sepertinya aku harus mengembalikannya padamu, kan? Pengawalmu baru saja membawa barang-barangku ke mobil.” Ethan terdiam. Menatap kartu tersebut tetapi ada hal lain yang memenuhi pikirannya. Alis Emma menyatu melihat Ethan yang tampak lebih diam dari biasanya, dan yang satu ini pasti ada hubungannya dengan kemunculan Bianca yang begitu tiba-tiba tersebut. “Kenapa? Kau baik-baik saja?” Ethan melirik dengan ujung matanya. “Keluarlah. Urusan kita sudah selesai.” Emma terdiam sejenak. “Tidak. Belum, Ethan.” Ethan menghela napas sambil mengambil kartu yang diberikan Emma dan memasukkannya ke dalam laci. “Jika itu tentang perasaanmu. Lupakan, Emma. Aku tak butuh mendengar hal konyol semacam ini lagi.” Wajah Emma memerah, kecewa sekaligus malu. “Kau tak perlu memikirkan apa yang pernah Bianca lakukan untuk hidupmu, Ethan. Saat itu kau masih anak-anak dan dia meman

  • Kembalinya Sang Istri Sah   42. Cincin Pernikahan

    “Aku berhasil menemukannya. Setelah satu atau dua minggu menyelam di sana.”Cara masih membeku dalam keterkejutannya. Untuk waktu yang cukup lama. Menatap benda dengan hiasan permata tersebut. Ia sudah lupa bagaimana bentuk cincin yang Ethan selipkan di jari manisnya dengan penuh pemaksaan tersebut.“Apakah itu artinya pernikahan kalian juga …”“Ya, aku menggunakan pistol yang menempel di kepalanya untuk memaksanya mengucapka sumpah pernikahan.” Ethan menatap lurus kedua mata Cara. “Matanya yang jernih dipenuhi air mata. Bibirnya bergetar karena ketakutan dan wajahnya yang sepucat mayat tampak begitu cantik di mataku. Tapi …” Ethan sengaja mengulur kalimatnya, mengamati lebih lekat wajah Cara sebelum kemudian menyambar satu ciuman singkat di bibir wanita itu. “Dia memang selalu terlihat cantik. Tepat seperti yang dikatakan oleh Mano. Kau setuju?”Bianca menatap Cara dengan senyum yang lebih lebar. Menyembunyikan ribuan tanya yang mendadak muncul di benaknya. “Kau menyelam?”Ethan meng

  • Kembalinya Sang Istri Sah   41. Cincin Bianca

    Cara menatap punggung Ethan dan Zaheer yang menghilang di antara kerumunan para tamu. Acara sudah berubah menjadi lebih santai. Para undangan membentuk kerumunan. Saling mengobrol antara keluarga, teman lama, atau sekedar kolega. Hanya dirinyalah yang tak memiliki siapa pun untuk diajak bicara, apalagi mengobrol dan bercanda tawa.Tak ingin terlihat lebih tolol, Cara mengedarkan pandangan ke sekeliling. Mencari-cari sesuatu yang bisa dikerjakannya di tengah keramaian pesta ini. Dan rasa lapar yang mendadak datang membawa kakinya menuju meja prasmanan di seberang ruangan. menemukan pie telur di tepi meja. Tangannya terulur, tetapi pemilik tangan lain yang terulur seketika membuatnya membeku.“Kau memiliki keberanian yang besar datang ke tempat ini?” Irina meletakkan pie telur di tangannya ke piring milik Cara. Tatapannya dingin, begitu pun ujung bibirnya yang membentuk senyum datar. Seperti yang selalu dimiliki Ethan ketika tak menyukai keputusannya untuk tidak membalas perasaan pria i

  • Kembalinya Sang Istri Sah   40. Seorang Teman Lama

    “Ada apa dengan malam ini?” Cara menurunkan gaun pesta yang baru saja dibawa Ethan masuk. Lengkap dengan sepatu dan penata rias yang akan datang beberapa saat lagi. “Kita perlu memberikan selamat untuk pertunangan Emma dan Zevan, kan? Bagaimana pun dia adalah saudaraku.” Cara baru teringat. Zevan sempat memberitahunya tentang kesepakatan dalam pernikahan tersebut ketika keduanya tak sengaja bertemu di lobi dua hari yang lalu. Pria itu baru saja mengunjungi butik yang kebetulan berada di sekitar gedung Ethan. “Kau lupa?” Ethan meletakkan kedua tangannya di pinggang Cara, membawa tubuh wanita itu menempel di tubuhnya. Tak ada lagi penolakan dari wanita itu, bahkan wanita itu sudah mulai terbiasa dengan sentuhan-sentuhan ringannya. Pun begitu, masih saja ada jarak jika itu pembicaraan tentang Zevan. Cara menggeleng pelan. “Aku terlalu sibuk. Aku tak ingat kalau acaranya malam ini. Dan aku tak yakin keberadaanku dibutuhkan di tempat itu. Itu acara yang ….” “Aku membutuhkanmu

  • Kembalinya Sang Istri Sah   39. Kesepakatan Baru

    “Kenapa kau tak memindahkannya di sini saja, Ethan. Aku tahu sejak awal kau berniat memindahkan si kembar di tempat ini, kan?” Cara mengamati wajah Ethan dengan hati-hati sebelum melanjutkan. “Jika tidak, kau tak mungkin mempersiapkan kamar untuk mereka di lantai dua.” Ethan memberikan senyum tipis. Tak akan menyangkal. “Kenapa tiba-tiba kau berubah pikiran?” “Kau lupa, aku selalu melakukan apa pun yang kusuka.” Jawaban klasik khas Ethan, Cara membatin. “Lalu apa yang harus kulakukan agar kau berubah pikiran?” “Kau tahu apa yang kuinginkan Cara.” Ethan memutar wajah menghadap Cara. Wanita itu bersandar miring di kepala ranjang dengan tangan memegang selimut di dada. Menghalangi pandangannya dari ketelanjangan tubuh wanita itu. Tangannya terulur, menarik turun selimut tersebut. “Berhenti berselingkuh di belakangku.” Cara menelan ludah. Ketegangan bercampur wajahnya yang merah padam akan tatapan intens Ethan yang mengamati dadanya. Ethan mengucapkannya dengan penuh ketenangan, t

  • Kembalinya Sang Istri Sah   38. Semakin Dekat Dengan Si Kembar

    Braakkk ….Telapak tangan Ethan menggebrak meja dengan keras.“Hanya karena aku menyukaimu, bukan berarti kau bisa mengabaikan pekerjaanmu seperti ini, Cara. Aku sudah mengatakan untuk mempersiapkannya sebelum tuan Heri datang. Bagaimana mungkin kau melakukan keteledoran semacam ini, hah?”Cara tetap bergeming. Tahu Ethan tak membutuhkan alasan konyol berkasnya tertumpah kopi apalagi mesin print yang mendadak kehabisan tinta.“Ini peringatan pertama, Cara. Dan sebaiknya kau tahu kalau kesempatan lain tak pernah ada untuk siapa pun.” Ethan melempar berkas di depannya ke hadapan Cara. “Keluar.”Cara mengambil berkas tersebut dan berjalan keluar. Ethan bukannya tak tahu Joannalah yang membuat masalah dengan Cara, tapi keterdiaman Cara yang seolah tak membutuhkan bantuannyalah yang membuatnya kesal. Dan campur tangan Emma yang masih saja berusaha mengusik Cara kali ini benar-benar melewati batas,“Aku tak butuh mengetahui apa yang diberikan Emma untuk membuat Cara berada dalam masalah. T

  • Kembalinya Sang Istri Sah   37. Rencana Bersama Si Kembar

    “Apa kau benar-benar akan membawa mereka ke sini?” Cara mencoba memberanikan diri mempertanyakan janji Ethan tersebut. Keduanya masih bergelung di tempat tidur. Ethan membiarkan lengannya dijadikan bantalan untuk kepala Cara, sementara kedua tubuh telanjang mereka masih saling menempel di balik selimut.Ethan tak mengatakan apa pun. Satu-satunya hal yang ia pedulikan saat ini adalah Cara yang masih berada dalam pelukannya. Biasanya wanita itu akan langsung beringsut menjauh begitu ia selesai menuntaskan hasratnya pada tubuh Cara. Dan untuk pertama kalinya, Cara tak menjauh. Meski memang wanita itu memiliki tujuan setelah menyenangkannya, tetap saja wanita berada dalam pelukannya. Sekarang.“Kau tak menjawab pertanyaanku,Ethan.”Ethan tersenyum, sedikit menurunkan wajahnya untuk mendaratkan satu kecupan di ujung kepala. “Kenapa kau begitu terburu-buru. Jangan merusak kesenanganku dengan pertanyaanmu itu, Cara. Kau membuatku salah paham dan berpikir kau melakukan semua ini untuk mereka.

  • Kembalinya Sang Istri Sah   36. Merayu Sang Suami

    “Terima kasih banyak. Sekarang aku tak perlu mencemaskan seseorang akan menyelinap masuk ke dalam apartemen kami.” “Apa kartu akses yang kalian bilang adalah kartu akses yang itu?” Tatapan Cara menusuk tajam pada Emma. Tak perlu mencerna lebih lama untuk menebak apa yang tengah mereka perbincangkan. Emma melengkungkan senyum tanpa penyesalannya. “Jadi kartu akses itu kau yang memberikannya pada Zevan?” Emma mengedikkan bahunya. Dengan senyum yang semakin lebar. “Kau benar-benar licik, Emma.” Cara mendorong Emma hingga wanita itu terhuyung, tetapi Joanna dan Bella dengan sigap menahan Emma. “Apa yang kau lakukan, Cara? Beraninya kau menyentuhkan tangan kotormu itu pada nona Emma,” bela Joanna dengan mata mendelik sempurna. Mendorong tubuh Cara lebih kuat sebagai balasan. “Tak hanya menggoda tunangan nona Emma, sekarang kau bahkan bersikap kasar pada beliau. Di mana akal sehatmu, hah? Apa kau benar-benar tak punya rasa malu?” Cara menepis tangan Joanna yang hendak mendorongnya

DMCA.com Protection Status