‘Rh-null?’ Kedua alis Ethan berkerut dengan laporan medis yang dibawa oleh Zaheer. Ia tak sungguh menyuruh sepupunya itu membawa berkas tersebut, hanya untuk memastikan tak ada yang serius sehingga tak perlu menjadi baku hantam mereka sebuah masalah di depannya. Namun, ketidak sengajaan yang ia temukan dalam berkas tersebut berhasil menarik perhatiannya. ‘Kenapa golongan darahnya Rh-null? Bukankah dia AB-?’ Zaheer menjulurkan kepala, membaca laporan tersebut. ‘Dia memang Rh-null, Ethan. Kenapa kau terkejut?’ Wajah Ethan terangkat, menatap Zaheer dengan pikirannya yang melayang ke masa lalu. Saat Cara mengalami pendarahan, sudah terlambat baginya untuk membawa gadis itu ke rumah sakit besar yang berada di bawah naungan Anthony Group. Keduanya bertemu Zevan yang baru saja turun dari mobil, dan permusuhan di antara mereka membuat Ethan tak memiliki pilihan selain menumpang di mobil pria itu. Membawa Cara ke klinik terdekat. Saat itu kecemasan yang begitu besar dan tak pernah ia
Cara menjilat bibirnya yang mendadak kering mendengar percakapan Ethan dengan entah siapa yang ada di seberang. Tetapi ketika obat penggugur kandungan diungkit, ia tahu apa yang tengah coba pria itu gali. Cara kembali merapatkan pintu kamar mandi. Bersandar di pintu dan membiatkan ingatan masa lalu itu membawanya. Ketika pertama kalinya ia mengetahui tentang kehamilan itu. Siang itu, ia sedang makan siang dengan Zevan di gudang penyimpanan barang-barang. Tempat keduanya sering menyendiri dan bersembunyi dari kaki tangan Ethan. Setelah menghabiskan makannya, tiba-tiba ia muntah dan kepalanya pusing. Lalu jatuh pingsan dan Zevan membawanya ke klinik terdekat. Zevan pikir Zaheer atau Mano yang menaburi bekal makan siang Cara dengan sesuatu. Tetapi rupanya dokter mengatakan tentang gejala kehamilan dan meminta Cara melakukan beberapa tes lanjutan. Zevan bahkan tak terkejut dengan kehamilan tersebut, meski tak menyangka Ethan akan kehilangan kendali hingga membuat masalah besar semacam
Kepala Cara terdongak. Rasa sakit di kepalanya masih bisa ia tahan, tetapi ketika matanya melirik ke depan dan melihat Emma yang menertawakannya, tangannya bergerak melempar makanan yang ada di piring ke arah wanita itu. Emma menjerit, matanya melotot sempurna dan tangannya sudah memegang gelas susunya ketika Ethan memberikan isyarat tangan untuk meninggalkan ruang makan. “T-tapi …” “Keluar!” geram pria itu tanpa melepaskan tatapan tajamnya pada Cara. Emma terpaksa beranjak, berjalan dengan kedua langkah di hentak-hentakkan di lantai. Sementara tangannya menyingkirkan nasi dan lauk pauknya yang menempel di rambut dan mengotori pakaiannya. Gerutuan tentang rambutnya yang baru keluar dari salon bergema di seluruh ruangan. Cara harus membayar semua itu dengan mahal. “Apakah aku salah?” desis Cara kemudian. Mengabaikan rasa sakit di kepalanya. “Aku memang simpananmu. Dan aku tak berminat untuk kau akui. Kau memberiku pilihan dan aku memutuskan pilihan. Kenapa kau tersinggung dengan p
“Apa yang kau lakukan, Ethan. Dia harus …” “Aku sudah mengatakan padamu untuk tidak ikut campur urusanku, Emma. Jangan melewati batasanmu.” Desisan Ethan penuh peringatan yang keras. menyentakkan lengan wanita itu begitu keduanya keluar dari ruang tidur. “Kaulah yang lebih dulu melewati batasanmu, Ethan. Apa yang kau lakukan dengannya, hah? Kalian bahkan sudah menikah tanpa sepengetahuanku. Sepuluh tahun yang lalu? Aku tahu dulu kau begitu menggilainya. Tapi menikahi gadis murahan yang tak jelas asal-usulnya adalah kegilaan di level yang berbeda.” “Kau mulai menceramahiku?” Bibir Ethan menipis keras. “Kau hanya bermain-main dengannya, kan? Kenapa kau membiarkan dirimu dibutakan olehnya?” Tangan Ethan menangkap rahang Emma, menghentikan wanita itu melanjutkan kelancangannya. “Aku tak ingat meminta pendapatmu tentang wanita-wanitaku, Emma.” “Tapi aku tunanganmu.” Suara lift berdenting dari sisi lain ruangan. “Ya, jika kau masih ingin menjadi tunanganku. Sebaiknya tutup
Jemari Ethan tak berhenti mengetuk-ngetuk pangkuannya. Kerutan di kening menunjukkan otaknya yang berpikir dalam. Menerka dan mempertimbangkan. Sesekali desahan lolos dari bibirnya. Sementara pandangannya tak lepas dari Cara yang berbaring memunggungi posisinya. Selimut yang tadi menutupi hingga pundak, kini tersingkap sampai di perut saat wanita itu bergerak mendapatkan kenyamanan. Kenyamanan yang tak benar-benar didapatkan ketika sesekali wanita itu tersentak kaget. Seolah terbangun dari mimpi buruk.Tak heran jika dirinyalah yang menjadi mimpi buruk wanita itu. Yang artinya, dirinya ada di dalam pikiran dan alam bawah sadar Cara. Batinnya mendengus.Ponselnya berkelip, nama sang sepupu muncul di sana. “Kau di bawah?”“Ya.”Ethan langsung beranjak. Berjalan ke samping tempat tidur dan mengambil ponsel Cara tanpa menciptakan suara sekecil apa pun. Berjalan keluar dan menutup pintu dengan hati-hati.Mano muncul dari arah ruang tamu. Dengan tas di tangan kanan menghampirinya. Keduanya
Ethan meninggikan senyumnya. “Tiba-tiba aku berubah pikiran.” “Apa maksudmu?” “Jika aku ingin punya anak, itu harus dari perutmu.” Ethan tertawa geli dengan wajah Cara yang memucat dan kengerian yang begitu kental di kedua mata wanita itu. “Ck, kenapa kau begitu tertekan, istriku. Aku tak mengatakan akan memiliki sekarang.” “Kau menipuku!” Ethan tak menyangkal. “Kau masih ingin berkonsultasi dengan dokter atau kita bisa langsung pulang. Keputusan ada di tanganmu.” Cara menekan kemarahannya. Mencoba berpikir jernih. Pil? Ia tak yakin bisa meminumnya dengan tepat waktu. Ia memaksa kembali duduk dan mengatakan ingin suntikan saja. “Berapa besar kemungkinan kontrasepsi itu tidak bekerja dengan baik? Dan apa saja yang harus dihindari.” Kali ini Ethan memberikan apa yang diinginkan oleh Cara. Ia menatap lurus mata sang dokter, yang langsung mengarahkan Cara naik ke ranjang pasien. Melakukan beberapa pemeriksaan yang tak dipertanyakan oleh Cara lagi. Sepertinya wanita itu memang akan
“Siapa dia?” Arman menelengkan kepala dengan ketertarikan. “Kau ingin memperkenalkan pada kami?” “Dia akan merasa rendah diri jika keluarga ini mengenalnya.” “Apa? Kenapa?” Ada tawa lembut yang terselip dalam suara Arman. “Jika kau seserius itu padanya, kau tak mungkin menyembunyikannya dari kami, kan?” “Dia … bukan berasal dari kelas sosial seperti semua orang di rumah ini.” Ujung mata Zevan melirik ke seberang meja. Ketegangan di wajah Ethan nyaris tak tertahankan. Dengan kemarahan sebesar itu, Zevan yakin sang sepupu mampu membalik meja di antara mereka dan membuat keduanya berada dalam baku hantam yang lebih menarik lagi. “Dia hanya seorang yatim piatu yang tumbuh besar di panti asuhan. Bersekolah di sekolah kita karena ikut program beasiswa.” Ada dengus mencemooh yang menyusul begitu Zevan menceritakan sepucuk cerita tentang Cara. Juga kesiap keras karena sakit terkejutnya. Pun begitu, tak ada yang berani menyela karena Arman Anthony yang menginginkan detail tersebut. “Tak h
“Kalian sibuk menyingkirkanku dan dia … bukankah setidaknya tidak menyia-nyiakan waktu sebanyak itu hanya untuk membuat sepupunya repot.” Ethan menekan kata sepupu yang membuat emosi melintasi kedua manik pria itu. “Bukannya sibuk menjadi penerus sebagai cucu kesayangan kakek, dia malah sibuk melarikan diri dengan istri orang lain.” “A-apa?” Armen tercekat. “Istri? Apa maksudmu, Ethan?” Arman berusaha mengendalikan keterkejutannya. “Kau menikahinya dengan pistol di kepala,” protes Zevan tak terima. Ethan sama sekali tak menyangkal. “Itu tak menghapus fakta bahwa dia masih istriku, sepupu.” Seringai Ethan naik lebih tinggi melihat kedua tangan Zevan yang mengepal hingga buku-buku jari pria itu memutih. Tubuhnya condong ke depan. “Pernikahan kami sah. Dan … kau berpikir bisa menggunakan anak-anakku untuk menginjak kepalaku? Pikirkanlah, Zevan. Aku tak sebodoh sepuluh tahun yang lalu.” Lagi, Arman Anthony berhasil dibuat terperangah oleh pengakuan sang cucu. Setelah pernikahan da
My Lovely Wife“Jadi apa yang kau katakan?”Ethan menggeleng. “Ponselku berdering. Theo sudah di bawah.”Zaheer hanya manggut-manggut. “Tapi menurutmu sampai kapan dia akan berpikir dirinya masih hamil?”“Kapan pun itu, tak akan lama. Ck, aku tak tahu kehamilan. Menurutmu berapa minggu perut harus terlihat besar?”“3-4 bulan biasanya sudah mulai terlihat perkembangannya. Seperti Yang dikatakan Cara. Apalagi ini kehamilan keduanya.”Napas Ethan tertahan sejenak. “Aku tak tahu bagaimana cara memberitahunya.”“Kau akan menemukannya.” Zaheer mengedikkan bahu. “Seperti biasanya.”Ethan tak membalas.“Setelah keguguran itu, rahimnya juga sudah kembali normal.”Tambahan penjelasan Zaheer yang sudah diketahuinya itu membuat Ethan semakin dilanda dilema. Tak ada cara selain menghadapinya. Cara memang perlu tahu.Pada akhirnya, setelah empat hari masih dalam pengawasan intens dokter Faryal
Jangan Meninggalkan Kami“E-ethan?” lirihnya dengan suara yang lemah. Tenggelam di antara isakan Ethan yang mulai membasahi punggung tangannya, yang menempel di wajah pria itu. Cara mulai menepikan rasa pusing yang menggelitik kepalanya. Entah bagaimana ia berada di tempat ini, terbangun dan menemukan Ethan yang terisak di sampingnya.‘Kami benar-benar membutuhkanmu, sayang.’ Bisikan yang diucapkan dengan penuh permohonan tersebut adalah kalimat pertama yang menyambutnya begitu kesadaran perlahan mulai muncul dan menguasainya. Istriku. Itu adalah panggilan terindah yang pernah diucapkan oleh Ethan. Dengan penuh ketulusan yang menghangatkan dadanya. Akan tetapi, kenapa suara Ethan terdengar begitu sedih? Kenapa pria itu bahkan … menangis? Tangannya mulai bergerak pelan. Menatap kepala Ethan yang masih tertunduk dengan menggenggam tangannya. Genggamannya semakin kuat, tetapi setidaknya tangannya masih bisa digerakkan, untuk mendapatkan perhatian Ethan
Kembalilah, Kami Membutuhkanmu“Mama masih tidur?” gumam Cheryl, menjatuhkan kepalanya di pundak sang papa. Sementara Darrel yang berdiri di samping Ethan hanya menatap lurus pada ranjang pasien. Tempat sang mama berbaring dengan mata terpejam. Dengan dua mesin di samping kanan dan kiri ranjang yang mengeluarkan bunyi konstan, terhubung dengan tubuh rapuh Cara sebagai penunjang hidup. Sementara ketiganya berdiri di balik dinding kaca. Sejak tiga puluh menit yang lalu. Ethan merasakan genggaman tangan Darrel yang menguat. Pertanyaan Cheryl juga pertanyaan yang tak diucapkan sang putra. Sekaligus pertanyaan yang belum ia temukan jawabannya. Mereka masih menunggu. Berharap di tengah keputus asaan yang seolah tak ada ujungnya.“Sudah lima menit.” Ethan lebih memilih mengalihkan pembicaraan. Ini sudah kedua kali Cheryl meminta tambahan lima menit setelah tiga puluh menit rutinitas yang wajib mereka lakukan setiap hari ini.Cheryl tak menjawab, t
“Tuan?” Suara benda jatuh dari seberang mengaktifkan sikap siaga Theo. Tubuh pria itu menegang. Menyusul erangan sang tuan yang seolah mengumpat dan suara lain yang terdengar.‘Kau bersama Cara?’Ujung mata Theo melirik ke samping. Menyadari sang nyonya yang tiba-tiba peka dengan keterkejutannya. Tatapan keras wanita itu melirik ponsel yang masih menempel di telinga.“Aku ingin bicara dengan Ethan. Berikan padaku.” Tangan Cara terulur, tetapi reaksi Theo tentu saja bergerak menjauh. Untuk selanjutnya ia membeku dengan suara Zevan dari seberang.‘Well, turuti kemauannya atau kepala bosmulah yang kulubangi selanjutnya.’‘Sialan kau, Zevan!’ umpat sang tuan yang tertahan.‘Kenapa kau begitu percaya diri kalau dia akan menyelamatkanmu, Ethan? Meski Cara bisa, dia tak akan melakukannya.’Mata Theo terpejam dengan percakapan yang terdengar. Sembari kepalanya berpikir keras mencari cara menyelamatkan sang tuan. Kepala pengawal
Suara dering ponsel yang terdengar dari balik pintu mengalihkan perhatian Ethan dan Mano. Ethan beranjak dan gegas mendekati pintu ruangannya yang didorong terbuka oleh Cara sebelum ia sempat menyentuh gagang pintu.“Ponselmu sejak tadi berbunyi. Sepertinya ada urusan yang penting.” Cara mengulurkan benda pipih tersebut. Memuji dirinya sendiri akan suaranya yang keluar setenang air danau meski hatinya terasa remuk redam.Ethan menunduk, menatap nama Bianca. Tak biasanya wanita itu menghubunginya malam-malam begini. Dan melihat riwayat panggilan yang menunjukkan belasan panggilan tak terjawab, sepertinya ada sesuatu yang serius. Tanpa berpikir dua kali, ia menjawab panggilan tersebut.“Ada apa?”Ethan mengerjap terkejut, kepalanya berputar dan langsung bertatapan dengan Mano. Keseriusan merebak di seluruh permukaan wajahnya, mengirim pesan pada Mano yang langsung menangkap sinyal tersebut dan menghampirinya.“Kita harus ke rumah sakit,” uc
“Ada yang ingin kubicarakan denganmu.” Suara Zevan memecah ketegangan yang membentuk di sekitar keempat orang tersebut.Cara mundur satu langkah. Zevan yang berdiri di hadapannya bukan lagi Zevan yang ia kenal. Ah, ia tak pernah benar-benar tahu siapa Zevan yang berdiri di depannya saat ini juga sebelum-sebelumnya.Pandangan Zevan melirik kedua anak buah Ethan yang ada di samping kanan dan kiri Cara. Tak perlu bertanya apa yang ada di balik jas kedua pria besar dan tinggi tersebut. Akan tetapi … pandangannya beralih pada Cara. Satu-satunya yang paling lemah dan kesempatan yang dimilikinya untuk menghancurkan Ethan.Ia menekuk lututnya, memastikan raut penyesalan dan menyedihkan yang sempurna sebelum berbicara dengan penuh permohonan. Zevan melepaskan jaket hitamnya dan mengangkat kedua tangan pada dua pria tersebut, menunjukkan tak ada ancaman apa pun yang akan dilakukannya pada Cara.“Hanya lima menit,” ucapnya menatap lurus kedua mata Cara. “Mer
‘Kau membunuhnya. Dia melakukan apa pun untuk mempertahankanmu.’ Jeda yang cukup lama, menciptakan keheningan di antara keduanya. ‘Hingga detik ini, kakek masih merasa apa yang dikatakannnya memang benar.’Mata Zevan terpejam mengingat kalimat terakhir Arman sebelum ia keluar dari ruangan tersebut. ‘Seharusnya dia tak melakukan itu. Itu adalah kesalahan terbesar di hidupnya yang menyedihkan. Kalian yang terlalu lemah.’Tak ada penyesalan apa pun telah mengucapkan kata yang berasal dari hatinya yang terdalam. Ia adalah kesalahan. Wanita itu melakukan kesalahan. Semua hidupnya yang menyedihkan menurun dari wanita itu. Ia hanya sedikit berbaik hati untuk mengakhiri nasib menyedihkan itu. Sebagai anak yang berbakti. Ujung bibirnya tertarik ke atas. Membentuk seringai tipis.*** “Apa maksudmu kakek tak sadarkan diri?” Kepala Ethan terangkat dari ponsel di tangannya pada Zaheer yang duduk di ujung sofa. Kecemasan menyelimuti wajah sang sepupu. “Hasil
“Sepertinya ada banyak hal yang mengganggumu?” gumam Ethan saat keduanya berbaring dan sudah mendapatkan posisi nyaman di atas tempat tidur. Akan tetapi wanita itu tak juga tertidur setelah setengaha jam lebih.Cara menoleh ke belakang. “Kau belum tidur?”Ethan memutar tubuh Cara menghadapnya. “Apa yang sedang kau pikirkan?”“Hmm, bukan hal yang penting,” senyum Cara.“Tetapi mengganggumu.”Cara menghela napas rendah. Masih dengan senyum yang tersungging lebar, telapak tangannya menyentuh wajah Ethan. Mengusapkan jemarinya di rahang Ethan dengan lembut. “Seberapa pun kerasnya aku berusaha tak memikirkan semuanya, semua itu hanya semakin menggangguku, Ethan. Apa yang sebenarnya terjadi?”“Aku tak mungkin di sini jika rencana Zevan memang berhasil, Cara.”“Kenapa dia melakukan semua ini padamu? Pada Cheryl? Juga padaku dan anak …” Kalimat Cara seketika terhenti.Mata Ethan memicing tajam. Ekspresi wajah pria itu seketika berubah tegang. “Apa yang dilakukannya padamu?”Cara mengerjap. C
Arman Anthony menunggu di balik pintu kaca gelap yang ada di sampingnya, ketika pintu itu bergeser membuka, sang cucu melangkah keluar dari ruang interogasi bersama seorang pria berjaket hitam dengan tubuh besar yang menampilkan sikap dan ekspresi datar sebelum berjalan meninggalkan cucu dan kakek tersebut.“Kenapa aku tak terkejut?” Ethan bergumam rendah. Kedua pengacaranya memberikan satu anggukan hormat pada Arman Anthony, kemudian berpamit pergi bersama dua pengacara kiriman sang kakek yang berhasil membawanya keluar dari ruangan tersebut. “Aku bisa melakukannya sendiri. Apakah Mano yang membuat masalah? Atau Zaheer? Ck, mereka begitu tak sabaran.”“Kenapa kakek pun tak terkejut kau tak mengucapkan terima kasih, Ethan.”Ethan mendesah pelan. Ada kejengahan yang tersirat di kedua mata abu gelapnya. “Karena aku tahu bukan itu yang kakek inginkan dariku.”Arman tersenyum tipis. “Sepertinya mereka tidak memberimu makanan yang layak. Kakek akan mak