Beranda / CEO / Kembalinya Sang Istri Sah / 6. Kembali Terancam

Share

6. Kembali Terancam

Penulis: Luisana Zaffya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sejak Ethan membawanya ke tempat ini dua jam yang lalu, Cara masih belum menemukan cara untuk keluar dari tempat ini. Setelah pulang dari rumah sakit, Ethan membawanya ke penthouse pria itu –dilihat dari koleksi pakaian, tas, sepatu, jam tangan, dan dasi yang ada di ruang penyimpanan, tentu saja Ethan tinggal di tempat ini-. Salah satu bangunan yang berada di bawah naungan Anthony Group. Yang pasti dengan pengamanan tingkat tinggi.

Satu-satunya jalan keluar hanya bisa menggunakan kartu akses yang dipegang oleh Ethan. Pun begitu, ada orang-orang yang bekerja di sini yang bisa keluar masuk tempat ini. Hanya saja, semuanya terlalu setia sehingga tak ada satu pun yang percaya dengan omong kosong tentang sakit perut atau kepalanya yang pusing dan ia sangat membutuhkan bantuan dokter karena luka di kakinya terasa nyeri dan tak tertahankan. Semua sandiwaranya hanya dijawab dengan jawaban yang sama. ‘Tuan Ethan melarang Anda keluar. Meskipun –maaf- Anda sekarat.’

Cara benar-benar putus asa. Setengah membanting tubuhnya di sofa panjang. menatap lift yang ada di seberang ruangan dengan tanpa daya. Ia kembali terkurung. Hanya saja, rumah Ethan masih memiliki banyak celah baginya untuk berusaha kabur. Pun jika itu harus memanjat pagar, masuk ke dalam bagasi mobil, atau menyamar menjadi pelayan di rumah pria itu.

Satu helaan napas tanpa daya lolos dari celah bibirnya. Kembali mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan yang luas tersebut. Ia merasa sendirian, tapi ada banyak mata yang mengawasinya.

Suara lift berdenting yang tiba-tiba terdengar membuat napas Cara tertahan. Seluruh tubuhnya menegang menatap pintu lift yang bergeser. Dan Cara tak tahu apakah harus merasa lega dengan sosok yang berdiri sendirian di dalam lift tersebut bukan Ethan. Melainkan seorang wanita berambut pendek sebahu mengenakan dres tanpa lengan yang panjangnya hanya setengah paha. Berwarna merah maroon yang membuat kulit putih wanita itu terlihat semakin bersinar.

Wanita itu berjalan keluar dengan langkah anggun dan suara heels yang beradu dengan lantai marmer terdengar lembut memecah keheningan.

“Nona Emma?” Seorang pelayan yang entah dari mana datangnya berjalan mendekat dengan wajah tertunduk hormat. Mengulurkan tangan untuk mengambil tas wanita itu. “Maaf, kami belum menyiapkan kamar untuk Anda, tuan Ethan tidak memberitahu kami …”

“Siapa dia?” Langkah Emma terhenti ketika menyadari seseorang yang berdiri di samping sofa panjang. Matanya menyipit, mengamati penampilan Cara dari atas ke bawah dengan penuh keheranan. Terutama ketika melihat perban yang membebat kaki kiri wanita itu. “Pelayan baru?”

Pelayan tersebut menggeleng. “Tuan Ethan …”

“Ethan yang membawanya?” Ujung bibir wanita itu menyeringai. Tak melepaskan pandangan dari Cara yang juga mengamati dirinya. “Sejak kapan?”

“Tadi sore.”

Emma mendengus tipis. Memberikan tasnya pada si pelayan dan berjalan mendekati Cara. Berhenti tepat di depan Cara dengan kedua tangan bersilang dada. “Cara?”

Keterkejutan Cara berubah menjadi tatapan dingin mengenali wanita itu adalah Emma. Salah satu dari orang-orang yang merundungnya di bawah perintah Ethan. Bagaimana mungkin ia tidak mengenali wanita itu meski sepuluh tahun telah berlalu.

Selain itu, wanita itu adalah mantan kekasih Zevan yang tiba-tiba terobsesi pada Ethan. Dan bagaimana wanita itu ada di sini, tentu saja karena keduanya masih berhubungan, kan?

“Kau kembali?” dengus Emma. Pandangannya bergerak turun ke kaki Cara dan seringainya bergerak lebih tinggi. “Ethan yang melakukannya? Kenapa kau masih keras kepala dan tak tahu diri.”

“Dan kau masih menjengkelkan seperti biasa.”

Emma tertawa kecil. “Ya, satu-satunya hal yang kukuasai memang jadi menjengkelkan siapa pun.”

Cara tak membalas, kembali duduk.

“Hati-hati, Cara.” Emma membeliakkan mata, memasang ekspresi terkejut yang dibuat-buat. “Jika kau menjatuhkan diri sekuat itu, aku cemas sofanya akan rusak. Kau tahu harga sofa ini tak bisa dibandingkan dengan dirimu, kan?”

Wajah Cara seketika merah padam.

“Dan lihatlah pakaian yang kau kenakan? Apakan kalian semiskin itu dalam pelarian sehingga membeli pakaian yang layak saja tidak mampu? Kau mengotori sofaku. Kau tahu harga perawatannya bahkan lebih mahal dibandingkan biaya perawatan tubuhmu untuk seumur hidupmu.”

“Dan rupanya uang sebanyak itu tak cukup untuk membersihkan mulutmu yang kotor, ya?” balas Cara tak kalah menjengkelkannya.

Senyum Emma membeku, tatapannya menajam. Satu tamparan mendarat di pipi Cara. Wajahnya berputar ke samping dengan keras. Dan ketika wanita itu kembali mengangkat kepala, ia membalas tamparan tersebut dengan tamparan yang tak kalah kuatnya.

Mata Emma melotot sempurna. Telapak tangannya memegang pipinya yang memerah. “Beraninya kau menyentuhkan tangan kotormu itu padaku, hah?”

“Bukankah kau yang lebih dulu menyentuh kotoran ini? Seharusnya kau tahu inilah yang akan kau dapatkan.”

Emma menggeram. Ketegangan di antara kedua wanita itu semakin memuncak. Dagu Cara terangkat, sama sekali tak gentar dengan kemarahan Emma yang berhasil membuat pelayan di dekat mereka beringsut ketakutan.

“Ada apa ini?” Suara Ethan menyela di antara keduanya. Berjalan mendekati kedua wanita yang saling bersitegang tersebut. “Emma? Kau di sini?”

“Kau yang membawa wanita kotor ini ke tempat kita?” delik Emma menunjuk kea rah Cara. Kemudian menunjukkan pipinya yang memerah. “Lihatlah apa yang telah berani dia lakukan padaku, Ethan. Dia menyentuhkan tangan kotornya di pipiku,” kesalnya setengah merengek.

Ethan menatap bekas tamparan di wajah Emma sejenak dan beralih ke pipi Cara yang juga sama memerahnya, lalu kembali pada wajah Emma. Lebih lama dari sebelumnya. Kerutan tersamar di keningnya. Cara yang ia kenal sepuluh tahun yang lalu tak akan berani melakukan hal semacam itu.

“Kau tak memberitahuku akan datang.”

“Apa?” Mata Emma membulat tak percaya dengan pertanyaan Ethan yang tak ada hubungannya dengan masalah besarnya.

“Jika kau memberitahuku lebih awal, aku akan pulang lebih cepat dan hal semacam ini tak perlu terjadi, kan?”

Kedua bola mata Emma nyaris keluar dari rangkanya dengan jawaban Ethan yang tak memuaskannya.

“Jangan manja, Emma. Kenapa aku harus melapor padaku untuk hal semacam ini.”

Mulut Emma yang menganga seketika terkatup rapat. Pun begitu kedua matanya menyiratkan kedongkolan yang begitu pekat. “Kenapa kau membawanya ke sini? Bukankah kau bilang kau sudah melepaskan mereka? Kau sudah melupakan mereka, kan?”

Ethan mengangguk, menatap Cara dan menjawab, “Melepaskan? Bagaimana mungkin aku melupakan mereka, Emma? Aku hanya mengatakan jika mereka kembali, mereka tak akan menyukai apa yang akan kulakukan pada mereka.”

Cara menelan ludah, membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba kering. Ia tak peduli pada apa yang dilakukan Ethan padanya, tapi kata mereka yang dipakai oleh Ethan merujuk pada Zevan juga. Dan pria itu terlibat masalah besar ini karena dirinya. bagaimana mungkin ia tak memedulikan

Emma tak tahu apakah harus merasa senang dengan ancaman tersebut. Satu-satunya hal yang diinginkannya hanyalah melenyapkan Cara dari hidup Ethan. Sehingga tak ada siapa pun yang akan menghalangi dirinya memiliki pria itu. Sementara yang diinginkan Ethan, rupanya masih wanita sampah ini.

“Jadi, kenapa kau tiba-tiba datang? Untuk memberiku kejutan?” Ethan kembali pada Emma setelah puas menikmati kepucatan Cara.

Emma tersenyum dengan pertanyaan tersebut. “Ya, tapi sepertinya kau tidak terkejut. Aku berencana menyiapkan makan malam romantis untuk menyambut kedatanganmu. Tapi …” Emma melirik sinis ke arah Cara. “… lagi-lagi dia selalu merusak rencanaku.”

“Hanya itu?” Salah satu alis Ethan terangkat. Tak tertarik.

Mulut Emma merapat oleh kekecewaan. Tapi kembali tersenyum ketika melanjutkan. “Juga … mamamu memanggilku. Untuk persiapan rencana pernikahan kita.”

Ethan mengerjap. Keterkejutan melintasi wajahnya, yang dengan cepat ia kuasai. Mamanya lagi-lagi membuat langkah yang begitu lancang.

“Karena itu akan menjadi pernikahan kita, aku harus mempersiapkan semuanya dengan sangat hati-hati dari jauh hari. Aku ingin pernikahan ini menjadi momen yang  …”

“Kita akan membahasnya.” Tangan Ethan terangkat, menghentikan Emma sebelum wanita itu bicara lebih banyak. “Pergilah ke kamarmu.”

“T-tapi ….” Tatapan tajam Ethan membungkamnya. Ia tahu saatnya untuk menutup mulut dan beranjak dari tempat ini sekarang juga. Dengan kesal, ia berjalan menuju tangga spiral yang ada di tengah ruangan.

“Sekarang, urusanku denganmu.” Ethan menatap Cara. Yang beringsut menjauh begitu ia memberikan seluruh perhatiannya pada wanita itu.

“Apa yang kau inginkan?” Cara berhasil mengeluarkan suaranya dengan tanpa getaran sedikit pun meski tatapan Ethan sudah cukup membuatnya ketakutan.

Ethan bergerak maju. Dagu wanita itu yang terangkat semakin mengusik dirinya untuk bermain-main dengan keberanian yang berusaha Cara dapatkan. Sayangnya, berapa pun banyaknya keberanian Cara. Ia akan menyadarkan wanita itu bahwa semua itu hanyalah kesia-siaan saja.

“Kau selalu tahu apa yang kuinginkan darimu, Cara.” Ethan berjalan maju, dengan gerakan sepelan mungkin hanya untuk membuat ketakutan Cara semakin meningkat dan ekspresi wanita itu tidak bisa berbohong.

Kaki Cara membentur sofa dan tubuhnya jatuh terduduk. Mengabaikan rasa nyeri yang menjerit di kakinya ketika tubuhnya berusaha melompat turun. Menghindari Ethan yang hendak menghambur ke arahnya.

Ia berhasil berdiri dan kakinya sudah bergerak membuat lompatan yang lebar ketika Ethan menyambar pinggang. Memanggul tubuhnya di pundak dan berjalan menuju pintu kamar utama yang berada tak jauh di belakang tangga spiral.

Tubuh mungil Cara dibanting di tempat tidur yang luas dan Ethan langsung menindihnya. Memaku kedua tangannya di atas kepala sementara tubuh kekarnya meredam pemberontakan Cara dengan mudah.

“Kita belum selesai bicara, sayang,” bisik Ethan tepat di atas wajah Cara. Memaksa pandangan wanita itu mengarah padanya. “Sepertinya ada sesuatu yang belum terjernihkan di antara kita, Cara. Bukankah suami istri harus saling terbuka?”

“Sungguh kau akan mengatakannya sekarang? Setelah kau membahas pernikahanmu dengan Emma beberapa saat yang lalu.”

“Aku tak peduli tentang pernikahan,” gusar Ethan sama sekali tak tertarik. Keningnya berkerut, oleh sesuatu yang terasa mengganggu. “Aku menemukan hasil tes darah Zevan dan ada kejanggalan di sana.”

“Apa maksudmu?”

“Kenapa golongan darahnya Rh-null?”

“Kau melakukan ini hanya untuk menanyakan hal sialan itu?”

“Kenapa golongan darahnya sama dengan golongan darahmu? Ketika kau kehabisan darah karena pendarahan sepuluh tahun yang lalu?”

Kemarahan di wajah Cara seketika memucat. Kepanikan membuat seluruh tubuh Cara menegang. Menyadari keteledorannya.

“Saat itu dia tidak bisa menjadi pendonor untukmu, kan?” Tatapan Ethan menyipit. Menguliti setiap ekspresi yang muncul di permukaan wajah Cara. “Karena dia AB-“

Napas Cara tercekat dengan keras.

“Apakah keguguran itu benar-benar terjadi?”

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Istri Sah   7. Kembali Mengingat Masa Lalu

    ‘Rh-null?’ Kedua alis Ethan berkerut dengan laporan medis yang dibawa oleh Zaheer. Ia tak sungguh menyuruh sepupunya itu membawa berkas tersebut, hanya untuk memastikan tak ada yang serius sehingga tak perlu menjadi baku hantam mereka sebuah masalah di depannya. Namun, ketidak sengajaan yang ia temukan dalam berkas tersebut berhasil menarik perhatiannya. ‘Kenapa golongan darahnya Rh-null? Bukankah dia AB-?’ Zaheer menjulurkan kepala, membaca laporan tersebut. ‘Dia memang Rh-null, Ethan. Kenapa kau terkejut?’ Wajah Ethan terangkat, menatap Zaheer dengan pikirannya yang melayang ke masa lalu. Saat Cara mengalami pendarahan, sudah terlambat baginya untuk membawa gadis itu ke rumah sakit besar yang berada di bawah naungan Anthony Group. Keduanya bertemu Zevan yang baru saja turun dari mobil, dan permusuhan di antara mereka membuat Ethan tak memiliki pilihan selain menumpang di mobil pria itu. Membawa Cara ke klinik terdekat. Saat itu kecemasan yang begitu besar dan tak pernah ia

  • Kembalinya Sang Istri Sah   8. Kembali Terjerat

    Cara menjilat bibirnya yang mendadak kering mendengar percakapan Ethan dengan entah siapa yang ada di seberang. Tetapi ketika obat penggugur kandungan diungkit, ia tahu apa yang tengah coba pria itu gali. Cara kembali merapatkan pintu kamar mandi. Bersandar di pintu dan membiatkan ingatan masa lalu itu membawanya. Ketika pertama kalinya ia mengetahui tentang kehamilan itu. Siang itu, ia sedang makan siang dengan Zevan di gudang penyimpanan barang-barang. Tempat keduanya sering menyendiri dan bersembunyi dari kaki tangan Ethan. Setelah menghabiskan makannya, tiba-tiba ia muntah dan kepalanya pusing. Lalu jatuh pingsan dan Zevan membawanya ke klinik terdekat. Zevan pikir Zaheer atau Mano yang menaburi bekal makan siang Cara dengan sesuatu. Tetapi rupanya dokter mengatakan tentang gejala kehamilan dan meminta Cara melakukan beberapa tes lanjutan. Zevan bahkan tak terkejut dengan kehamilan tersebut, meski tak menyangka Ethan akan kehilangan kendali hingga membuat masalah besar semacam

  • Kembalinya Sang Istri Sah   9. Kembali Menjadi Istri Simpanan

    Kepala Cara terdongak. Rasa sakit di kepalanya masih bisa ia tahan, tetapi ketika matanya melirik ke depan dan melihat Emma yang menertawakannya, tangannya bergerak melempar makanan yang ada di piring ke arah wanita itu. Emma menjerit, matanya melotot sempurna dan tangannya sudah memegang gelas susunya ketika Ethan memberikan isyarat tangan untuk meninggalkan ruang makan. “T-tapi …” “Keluar!” geram pria itu tanpa melepaskan tatapan tajamnya pada Cara. Emma terpaksa beranjak, berjalan dengan kedua langkah di hentak-hentakkan di lantai. Sementara tangannya menyingkirkan nasi dan lauk pauknya yang menempel di rambut dan mengotori pakaiannya. Gerutuan tentang rambutnya yang baru keluar dari salon bergema di seluruh ruangan. Cara harus membayar semua itu dengan mahal. “Apakah aku salah?” desis Cara kemudian. Mengabaikan rasa sakit di kepalanya. “Aku memang simpananmu. Dan aku tak berminat untuk kau akui. Kau memberiku pilihan dan aku memutuskan pilihan. Kenapa kau tersinggung dengan p

  • Kembalinya Sang Istri Sah   10. Permainan Lama

    “Apa yang kau lakukan, Ethan. Dia harus …” “Aku sudah mengatakan padamu untuk tidak ikut campur urusanku, Emma. Jangan melewati batasanmu.” Desisan Ethan penuh peringatan yang keras. menyentakkan lengan wanita itu begitu keduanya keluar dari ruang tidur. “Kaulah yang lebih dulu melewati batasanmu, Ethan. Apa yang kau lakukan dengannya, hah? Kalian bahkan sudah menikah tanpa sepengetahuanku. Sepuluh tahun yang lalu? Aku tahu dulu kau begitu menggilainya. Tapi menikahi gadis murahan yang tak jelas asal-usulnya adalah kegilaan di level yang berbeda.” “Kau mulai menceramahiku?” Bibir Ethan menipis keras. “Kau hanya bermain-main dengannya, kan? Kenapa kau membiarkan dirimu dibutakan olehnya?” Tangan Ethan menangkap rahang Emma, menghentikan wanita itu melanjutkan kelancangannya. “Aku tak ingat meminta pendapatmu tentang wanita-wanitaku, Emma.” “Tapi aku tunanganmu.” Suara lift berdenting dari sisi lain ruangan. “Ya, jika kau masih ingin menjadi tunanganku. Sebaiknya tutup

  • Kembalinya Sang Istri Sah   11. Kecurigaan Yang Menguat

    Jemari Ethan tak berhenti mengetuk-ngetuk pangkuannya. Kerutan di kening menunjukkan otaknya yang berpikir dalam. Menerka dan mempertimbangkan. Sesekali desahan lolos dari bibirnya. Sementara pandangannya tak lepas dari Cara yang berbaring memunggungi posisinya. Selimut yang tadi menutupi hingga pundak, kini tersingkap sampai di perut saat wanita itu bergerak mendapatkan kenyamanan. Kenyamanan yang tak benar-benar didapatkan ketika sesekali wanita itu tersentak kaget. Seolah terbangun dari mimpi buruk.Tak heran jika dirinyalah yang menjadi mimpi buruk wanita itu. Yang artinya, dirinya ada di dalam pikiran dan alam bawah sadar Cara. Batinnya mendengus.Ponselnya berkelip, nama sang sepupu muncul di sana. “Kau di bawah?”“Ya.”Ethan langsung beranjak. Berjalan ke samping tempat tidur dan mengambil ponsel Cara tanpa menciptakan suara sekecil apa pun. Berjalan keluar dan menutup pintu dengan hati-hati.Mano muncul dari arah ruang tamu. Dengan tas di tangan kanan menghampirinya. Keduanya

  • Kembalinya Sang Istri Sah   12. Kembali Ke Keluarga Besar

    Ethan meninggikan senyumnya. “Tiba-tiba aku berubah pikiran.” “Apa maksudmu?” “Jika aku ingin punya anak, itu harus dari perutmu.” Ethan tertawa geli dengan wajah Cara yang memucat dan kengerian yang begitu kental di kedua mata wanita itu. “Ck, kenapa kau begitu tertekan, istriku. Aku tak mengatakan akan memiliki sekarang.” “Kau menipuku!” Ethan tak menyangkal. “Kau masih ingin berkonsultasi dengan dokter atau kita bisa langsung pulang. Keputusan ada di tanganmu.” Cara menekan kemarahannya. Mencoba berpikir jernih. Pil? Ia tak yakin bisa meminumnya dengan tepat waktu. Ia memaksa kembali duduk dan mengatakan ingin suntikan saja. “Berapa besar kemungkinan kontrasepsi itu tidak bekerja dengan baik? Dan apa saja yang harus dihindari.” Kali ini Ethan memberikan apa yang diinginkan oleh Cara. Ia menatap lurus mata sang dokter, yang langsung mengarahkan Cara naik ke ranjang pasien. Melakukan beberapa pemeriksaan yang tak dipertanyakan oleh Cara lagi. Sepertinya wanita itu memang akan

  • Kembalinya Sang Istri Sah   13. Kembali Baku Hantam

    “Siapa dia?” Arman menelengkan kepala dengan ketertarikan. “Kau ingin memperkenalkan pada kami?” “Dia akan merasa rendah diri jika keluarga ini mengenalnya.” “Apa? Kenapa?” Ada tawa lembut yang terselip dalam suara Arman. “Jika kau seserius itu padanya, kau tak mungkin menyembunyikannya dari kami, kan?” “Dia … bukan berasal dari kelas sosial seperti semua orang di rumah ini.” Ujung mata Zevan melirik ke seberang meja. Ketegangan di wajah Ethan nyaris tak tertahankan. Dengan kemarahan sebesar itu, Zevan yakin sang sepupu mampu membalik meja di antara mereka dan membuat keduanya berada dalam baku hantam yang lebih menarik lagi. “Dia hanya seorang yatim piatu yang tumbuh besar di panti asuhan. Bersekolah di sekolah kita karena ikut program beasiswa.” Ada dengus mencemooh yang menyusul begitu Zevan menceritakan sepucuk cerita tentang Cara. Juga kesiap keras karena sakit terkejutnya. Pun begitu, tak ada yang berani menyela karena Arman Anthony yang menginginkan detail tersebut. “Tak h

  • Kembalinya Sang Istri Sah   14. Cucu Kesayangan vs Cucu Terbaik

    “Kalian sibuk menyingkirkanku dan dia … bukankah setidaknya tidak menyia-nyiakan waktu sebanyak itu hanya untuk membuat sepupunya repot.” Ethan menekan kata sepupu yang membuat emosi melintasi kedua manik pria itu. “Bukannya sibuk menjadi penerus sebagai cucu kesayangan kakek, dia malah sibuk melarikan diri dengan istri orang lain.” “A-apa?” Armen tercekat. “Istri? Apa maksudmu, Ethan?” Arman berusaha mengendalikan keterkejutannya. “Kau menikahinya dengan pistol di kepala,” protes Zevan tak terima. Ethan sama sekali tak menyangkal. “Itu tak menghapus fakta bahwa dia masih istriku, sepupu.” Seringai Ethan naik lebih tinggi melihat kedua tangan Zevan yang mengepal hingga buku-buku jari pria itu memutih. Tubuhnya condong ke depan. “Pernikahan kami sah. Dan … kau berpikir bisa menggunakan anak-anakku untuk menginjak kepalaku? Pikirkanlah, Zevan. Aku tak sebodoh sepuluh tahun yang lalu.” Lagi, Arman Anthony berhasil dibuat terperangah oleh pengakuan sang cucu. Setelah pernikahan da

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Istri Sah   48. Keluarga Kecil

    ‘Cara, bisakah kau membantuku? Aku membutuhkanmu. Sekarang.’ ‘Nighty Club.’ Cara menunjukkan pesan singkat yang dikirim oleh Zevan. Yang langsung mengambil ponsel miliknya. Tetapi tak ada pesan tersebut di ponselnya. “Aku memang ada urusan di sini, tapi aku tak mengirim pesan tersebut padamu.” “Apa?” “Seseorang pasti mengirimnya untuk menjebakmu.” Keduanya saling pandang. Tak lain dan tak bukan pasti. “Emma,” gumam keduanya bersamaan. “Sebelum berangkat ke sini, dia mengunjungi apartemenku. Aku tak tahu dia akan melakukan trik semacam ini dan entah apa tujuannya.” Cara menghela napas rendah. “Setidaknya sekarang kau baik-baik saja.” Zevan mengangguk. “Apakah itu artinya kau memang akan datang jika terjadi sesuatu padaku?” “Tentu saja aku akan membantumu.” Keduanya tertawa bersama. “Bukankah kau harus pergi?” “Aku akan membatalkannya. Aku tak mungkin meninggalkanmu di tempat ini sendirian. Tunggu sebentar.” Zevan mengangkat panggilan yang tiba-tiba masuk. Sedikit menjauh

  • Kembalinya Sang Istri Sah   47. Jebakan

    “Ini akan menjadi terakhir kalinya aku membantumu, Bianca.” Ethan menurunkan gulungan bajunya. Melirik tajam pada sang mama yang berada di ujung ranjang. “Apa pun itu trik yang sedang kalian mainkan, tak akan bekerja padaku. Jadi hentikan rencana yang coba kalian susun. Aku sudah muak dengan permainan keluarga ini.” “Apa maksudmu permainan, Ethan?” Senyum kepuasan yang tersemat di bibir Irina seketika membeku. Menatap Bianca dan Ethan dengan kebengongan. Ethan mendengus tipis. Menatap mamanya yang terlihat konyol dengan kebengongan tersebut. “Tidak bisakah kalian menyembunyikan perasaan kalian dengan lebih baik?” “Kami benar-benar tak mengerti apa yang kau maksud, Ethan. Permainan? Apakah semua ini terlihat seperti permainan di matamu? Aku baru saja mengalami kecelakaan dan membutuhkanmu?” Bianca menunjukkan perban yang membebat tangan kiri dan keningnya. “Kau pikir aku bercanda?” Ethan sama sekali tak tertarik mengamati semua perban dan plester yang terpasang tersebut. Saat mene

  • Kembalinya Sang Istri Sah   46. Ditinggalkan

    Cara pulang lebih lambat pun, Ethan masih belum sampai di apartemen. Ia berusaha tak peduli dengan pengabaian Ethan. Walaupun ada kecemasan yang menyelinap ke dalam hatinya. Kedua kakinya langsung melangkah menuju kamar utama. Merasa begitu penat dan lelah hingga sangat malas hanya untuk sekedar ke kamar mandi. Ia pun hanya berbaring di sofa. Menunggu rasa lelahnya mereda sebelum membersihkan diri. Toh Ethan juga tak akan segera kembali.Kehamilannya kali ini tidak seberat yang pertama. Mungkin karena kali ini bukan anak kembar? Atau …mungkin memang anak kembar. Rasa bersalah menyusup ke dalam hatinya atas ketidak tahuannya. Seharusnya ia segera pergi ke dokter kandungan untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Namun bagaimana jika Ethan tahu? Apa yang harus dikatakannya? Apakah pria itu akan terkejut?Cara menggelengkan kepala. Kenapa sekarang ia harus peduli pada reaksi Ethan? Ia tak pernah mengharapkan kehamilan ini. Tak pernah membayangkan dirinya akan kembali dihamili oleh Ethan

  • Kembalinya Sang Istri Sah   45. Alat Tes Kehamilan

    Cara merasa lega –sedikit- menemukan Zaheerlah yang berdiri di balik pintu bilik. Menyambar alat tes kehamilan yang masih diamati oleh pria itu. “Apa yang kau lakukan di toilet wanita, Zaheer?”“Kau hamil?”“Bukan.”“Bukan? Kau pikir aku bekerja di rumah sakit tidak menggunakan otakku, ya?” dengus Zaheer. “Jangan membodohiku, Cara. Aku tahu benda apa itu.”“Itu bukan milikku.”“Dan untuk apa kau menyimpan alat tes kehamilan yang bukan milikmu.”“Dan untuk apa aku melakukan tes kehamilan jika aku melakukan kontrasepsi.” Suara Cara berhasil keluar dengan tanpa getaran sedikit pun. “Kalau kau tak percaya, kau bisa tanya pada Ethan sendiri.”Kedua alis Zaheer bertaut penuh curiga. “Lalu milik siapa itu?”Cara menela ludahnya sambil berpaling. Berjalan mendekati tempat sampah sekaligus menghindari tatapan menelisik Zaheer yang belum sepenuhnya percaya. “Ada seseorang mengirimkannya padaku.”“Apa?”“Pasti milik salah satu wanita Ethan, kan? Semua menginginkan menjadi teman tidur, kekasih da

  • Kembalinya Sang Istri Sah   44. Perubahan Sikap Ethan

    Ponsel Ethan yang berdering menyela di tengah kesibukan dokter yang memeriksa Cara. Pria itu mengabaikannya, tak melepaskan pengamatannya dari sang dokter. Namun, deringan yang tak kunjung berhenti tersebut tampak mengganggu, Ethan terpaksa mengurus panggilan terebut. Berjalan keluar menjauh. “Ada apa lagi, Bianca?” Cara masih bisa mendengar nada kesal yang diucapkan Ethan sebelum pria itu benar-benar menjauh. Hingga perhatiannya dialihkan oleh pertanyaan dokter tentang apa saja yang ia rasakan. “Mual dan pusing. Sepertinya saya hanya kecapekan, Dok.” “Riwayat penyakit maag?” “Tidak ada. Tapi beberapa hari ini saya kurang berselera makan. Mungkin karena itu.” “Hubungan dengan suami?” Cara menatap sang dokter, tak mengerti. “Ya, hubungan suami istri.” Cara semakin tak mengerti kenapa itu ada hubungannya dengan sakintnya. Dokter wanita itu tersenyum. “Apakah Anda melewatkan tamu bulanan Anda?” Wajah Cara yang sudah pucat tiba-tiba membeku. Menatap kedua mata sang dokter denga

  • Kembalinya Sang Istri Sah   43. Masa Lalu Bianca dan Ethan

    “Dia yang memaksa masuk menggunakan kartu aksesku, Ethan.” Emma mengulurkan kartu hitam mengkilat yang ada di tangannya. “Sepertinya aku harus mengembalikannya padamu, kan? Pengawalmu baru saja membawa barang-barangku ke mobil.” Ethan terdiam. Menatap kartu tersebut tetapi ada hal lain yang memenuhi pikirannya. Alis Emma menyatu melihat Ethan yang tampak lebih diam dari biasanya, dan yang satu ini pasti ada hubungannya dengan kemunculan Bianca yang begitu tiba-tiba tersebut. “Kenapa? Kau baik-baik saja?” Ethan melirik dengan ujung matanya. “Keluarlah. Urusan kita sudah selesai.” Emma terdiam sejenak. “Tidak. Belum, Ethan.” Ethan menghela napas sambil mengambil kartu yang diberikan Emma dan memasukkannya ke dalam laci. “Jika itu tentang perasaanmu. Lupakan, Emma. Aku tak butuh mendengar hal konyol semacam ini lagi.” Wajah Emma memerah, kecewa sekaligus malu. “Kau tak perlu memikirkan apa yang pernah Bianca lakukan untuk hidupmu, Ethan. Saat itu kau masih anak-anak dan dia meman

  • Kembalinya Sang Istri Sah   42. Cincin Pernikahan

    “Aku berhasil menemukannya. Setelah satu atau dua minggu menyelam di sana.”Cara masih membeku dalam keterkejutannya. Untuk waktu yang cukup lama. Menatap benda dengan hiasan permata tersebut. Ia sudah lupa bagaimana bentuk cincin yang Ethan selipkan di jari manisnya dengan penuh pemaksaan tersebut.“Apakah itu artinya pernikahan kalian juga …”“Ya, aku menggunakan pistol yang menempel di kepalanya untuk memaksanya mengucapka sumpah pernikahan.” Ethan menatap lurus kedua mata Cara. “Matanya yang jernih dipenuhi air mata. Bibirnya bergetar karena ketakutan dan wajahnya yang sepucat mayat tampak begitu cantik di mataku. Tapi …” Ethan sengaja mengulur kalimatnya, mengamati lebih lekat wajah Cara sebelum kemudian menyambar satu ciuman singkat di bibir wanita itu. “Dia memang selalu terlihat cantik. Tepat seperti yang dikatakan oleh Mano. Kau setuju?”Bianca menatap Cara dengan senyum yang lebih lebar. Menyembunyikan ribuan tanya yang mendadak muncul di benaknya. “Kau menyelam?”Ethan meng

  • Kembalinya Sang Istri Sah   41. Cincin Bianca

    Cara menatap punggung Ethan dan Zaheer yang menghilang di antara kerumunan para tamu. Acara sudah berubah menjadi lebih santai. Para undangan membentuk kerumunan. Saling mengobrol antara keluarga, teman lama, atau sekedar kolega. Hanya dirinyalah yang tak memiliki siapa pun untuk diajak bicara, apalagi mengobrol dan bercanda tawa.Tak ingin terlihat lebih tolol, Cara mengedarkan pandangan ke sekeliling. Mencari-cari sesuatu yang bisa dikerjakannya di tengah keramaian pesta ini. Dan rasa lapar yang mendadak datang membawa kakinya menuju meja prasmanan di seberang ruangan. menemukan pie telur di tepi meja. Tangannya terulur, tetapi pemilik tangan lain yang terulur seketika membuatnya membeku.“Kau memiliki keberanian yang besar datang ke tempat ini?” Irina meletakkan pie telur di tangannya ke piring milik Cara. Tatapannya dingin, begitu pun ujung bibirnya yang membentuk senyum datar. Seperti yang selalu dimiliki Ethan ketika tak menyukai keputusannya untuk tidak membalas perasaan pria i

  • Kembalinya Sang Istri Sah   40. Seorang Teman Lama

    “Ada apa dengan malam ini?” Cara menurunkan gaun pesta yang baru saja dibawa Ethan masuk. Lengkap dengan sepatu dan penata rias yang akan datang beberapa saat lagi. “Kita perlu memberikan selamat untuk pertunangan Emma dan Zevan, kan? Bagaimana pun dia adalah saudaraku.” Cara baru teringat. Zevan sempat memberitahunya tentang kesepakatan dalam pernikahan tersebut ketika keduanya tak sengaja bertemu di lobi dua hari yang lalu. Pria itu baru saja mengunjungi butik yang kebetulan berada di sekitar gedung Ethan. “Kau lupa?” Ethan meletakkan kedua tangannya di pinggang Cara, membawa tubuh wanita itu menempel di tubuhnya. Tak ada lagi penolakan dari wanita itu, bahkan wanita itu sudah mulai terbiasa dengan sentuhan-sentuhan ringannya. Pun begitu, masih saja ada jarak jika itu pembicaraan tentang Zevan. Cara menggeleng pelan. “Aku terlalu sibuk. Aku tak ingat kalau acaranya malam ini. Dan aku tak yakin keberadaanku dibutuhkan di tempat itu. Itu acara yang ….” “Aku membutuhkanmu

DMCA.com Protection Status