Share

6. Kembali Terancam

Penulis: Luisana Zaffya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-14 07:00:23

Sejak Ethan membawanya ke tempat ini dua jam yang lalu, Cara masih belum menemukan cara untuk keluar dari tempat ini. Setelah pulang dari rumah sakit, Ethan membawanya ke penthouse pria itu –dilihat dari koleksi pakaian, tas, sepatu, jam tangan, dan dasi yang ada di ruang penyimpanan, tentu saja Ethan tinggal di tempat ini-. Salah satu bangunan yang berada di bawah naungan Anthony Group. Yang pasti dengan pengamanan tingkat tinggi.

Satu-satunya jalan keluar hanya bisa menggunakan kartu akses yang dipegang oleh Ethan. Pun begitu, ada orang-orang yang bekerja di sini yang bisa keluar masuk tempat ini. Hanya saja, semuanya terlalu setia sehingga tak ada satu pun yang percaya dengan omong kosong tentang sakit perut atau kepalanya yang pusing dan ia sangat membutuhkan bantuan dokter karena luka di kakinya terasa nyeri dan tak tertahankan. Semua sandiwaranya hanya dijawab dengan jawaban yang sama. ‘Tuan Ethan melarang Anda keluar. Meskipun –maaf- Anda sekarat.’

Cara benar-benar putus asa. Setengah membanting tubuhnya di sofa panjang. menatap lift yang ada di seberang ruangan dengan tanpa daya. Ia kembali terkurung. Hanya saja, rumah Ethan masih memiliki banyak celah baginya untuk berusaha kabur. Pun jika itu harus memanjat pagar, masuk ke dalam bagasi mobil, atau menyamar menjadi pelayan di rumah pria itu.

Satu helaan napas tanpa daya lolos dari celah bibirnya. Kembali mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan yang luas tersebut. Ia merasa sendirian, tapi ada banyak mata yang mengawasinya.

Suara lift berdenting yang tiba-tiba terdengar membuat napas Cara tertahan. Seluruh tubuhnya menegang menatap pintu lift yang bergeser. Dan Cara tak tahu apakah harus merasa lega dengan sosok yang berdiri sendirian di dalam lift tersebut bukan Ethan. Melainkan seorang wanita berambut pendek sebahu mengenakan dres tanpa lengan yang panjangnya hanya setengah paha. Berwarna merah maroon yang membuat kulit putih wanita itu terlihat semakin bersinar.

Wanita itu berjalan keluar dengan langkah anggun dan suara heels yang beradu dengan lantai marmer terdengar lembut memecah keheningan.

“Nona Emma?” Seorang pelayan yang entah dari mana datangnya berjalan mendekat dengan wajah tertunduk hormat. Mengulurkan tangan untuk mengambil tas wanita itu. “Maaf, kami belum menyiapkan kamar untuk Anda, tuan Ethan tidak memberitahu kami …”

“Siapa dia?” Langkah Emma terhenti ketika menyadari seseorang yang berdiri di samping sofa panjang. Matanya menyipit, mengamati penampilan Cara dari atas ke bawah dengan penuh keheranan. Terutama ketika melihat perban yang membebat kaki kiri wanita itu. “Pelayan baru?”

Pelayan tersebut menggeleng. “Tuan Ethan …”

“Ethan yang membawanya?” Ujung bibir wanita itu menyeringai. Tak melepaskan pandangan dari Cara yang juga mengamati dirinya. “Sejak kapan?”

“Tadi sore.”

Emma mendengus tipis. Memberikan tasnya pada si pelayan dan berjalan mendekati Cara. Berhenti tepat di depan Cara dengan kedua tangan bersilang dada. “Cara?”

Keterkejutan Cara berubah menjadi tatapan dingin mengenali wanita itu adalah Emma. Salah satu dari orang-orang yang merundungnya di bawah perintah Ethan. Bagaimana mungkin ia tidak mengenali wanita itu meski sepuluh tahun telah berlalu.

Selain itu, wanita itu adalah mantan kekasih Zevan yang tiba-tiba terobsesi pada Ethan. Dan bagaimana wanita itu ada di sini, tentu saja karena keduanya masih berhubungan, kan?

“Kau kembali?” dengus Emma. Pandangannya bergerak turun ke kaki Cara dan seringainya bergerak lebih tinggi. “Ethan yang melakukannya? Kenapa kau masih keras kepala dan tak tahu diri.”

“Dan kau masih menjengkelkan seperti biasa.”

Emma tertawa kecil. “Ya, satu-satunya hal yang kukuasai memang jadi menjengkelkan siapa pun.”

Cara tak membalas, kembali duduk.

“Hati-hati, Cara.” Emma membeliakkan mata, memasang ekspresi terkejut yang dibuat-buat. “Jika kau menjatuhkan diri sekuat itu, aku cemas sofanya akan rusak. Kau tahu harga sofa ini tak bisa dibandingkan dengan dirimu, kan?”

Wajah Cara seketika merah padam.

“Dan lihatlah pakaian yang kau kenakan? Apakan kalian semiskin itu dalam pelarian sehingga membeli pakaian yang layak saja tidak mampu? Kau mengotori sofaku. Kau tahu harga perawatannya bahkan lebih mahal dibandingkan biaya perawatan tubuhmu untuk seumur hidupmu.”

“Dan rupanya uang sebanyak itu tak cukup untuk membersihkan mulutmu yang kotor, ya?” balas Cara tak kalah menjengkelkannya.

Senyum Emma membeku, tatapannya menajam. Satu tamparan mendarat di pipi Cara. Wajahnya berputar ke samping dengan keras. Dan ketika wanita itu kembali mengangkat kepala, ia membalas tamparan tersebut dengan tamparan yang tak kalah kuatnya.

Mata Emma melotot sempurna. Telapak tangannya memegang pipinya yang memerah. “Beraninya kau menyentuhkan tangan kotormu itu padaku, hah?”

“Bukankah kau yang lebih dulu menyentuh kotoran ini? Seharusnya kau tahu inilah yang akan kau dapatkan.”

Emma menggeram. Ketegangan di antara kedua wanita itu semakin memuncak. Dagu Cara terangkat, sama sekali tak gentar dengan kemarahan Emma yang berhasil membuat pelayan di dekat mereka beringsut ketakutan.

“Ada apa ini?” Suara Ethan menyela di antara keduanya. Berjalan mendekati kedua wanita yang saling bersitegang tersebut. “Emma? Kau di sini?”

“Kau yang membawa wanita kotor ini ke tempat kita?” delik Emma menunjuk kea rah Cara. Kemudian menunjukkan pipinya yang memerah. “Lihatlah apa yang telah berani dia lakukan padaku, Ethan. Dia menyentuhkan tangan kotornya di pipiku,” kesalnya setengah merengek.

Ethan menatap bekas tamparan di wajah Emma sejenak dan beralih ke pipi Cara yang juga sama memerahnya, lalu kembali pada wajah Emma. Lebih lama dari sebelumnya. Kerutan tersamar di keningnya. Cara yang ia kenal sepuluh tahun yang lalu tak akan berani melakukan hal semacam itu.

“Kau tak memberitahuku akan datang.”

“Apa?” Mata Emma membulat tak percaya dengan pertanyaan Ethan yang tak ada hubungannya dengan masalah besarnya.

“Jika kau memberitahuku lebih awal, aku akan pulang lebih cepat dan hal semacam ini tak perlu terjadi, kan?”

Kedua bola mata Emma nyaris keluar dari rangkanya dengan jawaban Ethan yang tak memuaskannya.

“Jangan manja, Emma. Kenapa aku harus melapor padaku untuk hal semacam ini.”

Mulut Emma yang menganga seketika terkatup rapat. Pun begitu kedua matanya menyiratkan kedongkolan yang begitu pekat. “Kenapa kau membawanya ke sini? Bukankah kau bilang kau sudah melepaskan mereka? Kau sudah melupakan mereka, kan?”

Ethan mengangguk, menatap Cara dan menjawab, “Melepaskan? Bagaimana mungkin aku melupakan mereka, Emma? Aku hanya mengatakan jika mereka kembali, mereka tak akan menyukai apa yang akan kulakukan pada mereka.”

Cara menelan ludah, membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba kering. Ia tak peduli pada apa yang dilakukan Ethan padanya, tapi kata mereka yang dipakai oleh Ethan merujuk pada Zevan juga. Dan pria itu terlibat masalah besar ini karena dirinya. bagaimana mungkin ia tak memedulikan

Emma tak tahu apakah harus merasa senang dengan ancaman tersebut. Satu-satunya hal yang diinginkannya hanyalah melenyapkan Cara dari hidup Ethan. Sehingga tak ada siapa pun yang akan menghalangi dirinya memiliki pria itu. Sementara yang diinginkan Ethan, rupanya masih wanita sampah ini.

“Jadi, kenapa kau tiba-tiba datang? Untuk memberiku kejutan?” Ethan kembali pada Emma setelah puas menikmati kepucatan Cara.

Emma tersenyum dengan pertanyaan tersebut. “Ya, tapi sepertinya kau tidak terkejut. Aku berencana menyiapkan makan malam romantis untuk menyambut kedatanganmu. Tapi …” Emma melirik sinis ke arah Cara. “… lagi-lagi dia selalu merusak rencanaku.”

“Hanya itu?” Salah satu alis Ethan terangkat. Tak tertarik.

Mulut Emma merapat oleh kekecewaan. Tapi kembali tersenyum ketika melanjutkan. “Juga … mamamu memanggilku. Untuk persiapan rencana pernikahan kita.”

Ethan mengerjap. Keterkejutan melintasi wajahnya, yang dengan cepat ia kuasai. Mamanya lagi-lagi membuat langkah yang begitu lancang.

“Karena itu akan menjadi pernikahan kita, aku harus mempersiapkan semuanya dengan sangat hati-hati dari jauh hari. Aku ingin pernikahan ini menjadi momen yang  …”

“Kita akan membahasnya.” Tangan Ethan terangkat, menghentikan Emma sebelum wanita itu bicara lebih banyak. “Pergilah ke kamarmu.”

“T-tapi ….” Tatapan tajam Ethan membungkamnya. Ia tahu saatnya untuk menutup mulut dan beranjak dari tempat ini sekarang juga. Dengan kesal, ia berjalan menuju tangga spiral yang ada di tengah ruangan.

“Sekarang, urusanku denganmu.” Ethan menatap Cara. Yang beringsut menjauh begitu ia memberikan seluruh perhatiannya pada wanita itu.

“Apa yang kau inginkan?” Cara berhasil mengeluarkan suaranya dengan tanpa getaran sedikit pun meski tatapan Ethan sudah cukup membuatnya ketakutan.

Ethan bergerak maju. Dagu wanita itu yang terangkat semakin mengusik dirinya untuk bermain-main dengan keberanian yang berusaha Cara dapatkan. Sayangnya, berapa pun banyaknya keberanian Cara. Ia akan menyadarkan wanita itu bahwa semua itu hanyalah kesia-siaan saja.

“Kau selalu tahu apa yang kuinginkan darimu, Cara.” Ethan berjalan maju, dengan gerakan sepelan mungkin hanya untuk membuat ketakutan Cara semakin meningkat dan ekspresi wanita itu tidak bisa berbohong.

Kaki Cara membentur sofa dan tubuhnya jatuh terduduk. Mengabaikan rasa nyeri yang menjerit di kakinya ketika tubuhnya berusaha melompat turun. Menghindari Ethan yang hendak menghambur ke arahnya.

Ia berhasil berdiri dan kakinya sudah bergerak membuat lompatan yang lebar ketika Ethan menyambar pinggang. Memanggul tubuhnya di pundak dan berjalan menuju pintu kamar utama yang berada tak jauh di belakang tangga spiral.

Tubuh mungil Cara dibanting di tempat tidur yang luas dan Ethan langsung menindihnya. Memaku kedua tangannya di atas kepala sementara tubuh kekarnya meredam pemberontakan Cara dengan mudah.

“Kita belum selesai bicara, sayang,” bisik Ethan tepat di atas wajah Cara. Memaksa pandangan wanita itu mengarah padanya. “Sepertinya ada sesuatu yang belum terjernihkan di antara kita, Cara. Bukankah suami istri harus saling terbuka?”

“Sungguh kau akan mengatakannya sekarang? Setelah kau membahas pernikahanmu dengan Emma beberapa saat yang lalu.”

“Aku tak peduli tentang pernikahan,” gusar Ethan sama sekali tak tertarik. Keningnya berkerut, oleh sesuatu yang terasa mengganggu. “Aku menemukan hasil tes darah Zevan dan ada kejanggalan di sana.”

“Apa maksudmu?”

“Kenapa golongan darahnya Rh-null?”

“Kau melakukan ini hanya untuk menanyakan hal sialan itu?”

“Kenapa golongan darahnya sama dengan golongan darahmu? Ketika kau kehabisan darah karena pendarahan sepuluh tahun yang lalu?”

Kemarahan di wajah Cara seketika memucat. Kepanikan membuat seluruh tubuh Cara menegang. Menyadari keteledorannya.

“Saat itu dia tidak bisa menjadi pendonor untukmu, kan?” Tatapan Ethan menyipit. Menguliti setiap ekspresi yang muncul di permukaan wajah Cara. “Karena dia AB-“

Napas Cara tercekat dengan keras.

“Apakah keguguran itu benar-benar terjadi?”

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Istri Sah   7. Kembali Mengingat Masa Lalu

    ‘Rh-null?’ Kedua alis Ethan berkerut dengan laporan medis yang dibawa oleh Zaheer. Ia tak sungguh menyuruh sepupunya itu membawa berkas tersebut, hanya untuk memastikan tak ada yang serius sehingga tak perlu menjadi baku hantam mereka sebuah masalah di depannya. Namun, ketidak sengajaan yang ia temukan dalam berkas tersebut berhasil menarik perhatiannya. ‘Kenapa golongan darahnya Rh-null? Bukankah dia AB-?’ Zaheer menjulurkan kepala, membaca laporan tersebut. ‘Dia memang Rh-null, Ethan. Kenapa kau terkejut?’ Wajah Ethan terangkat, menatap Zaheer dengan pikirannya yang melayang ke masa lalu. Saat Cara mengalami pendarahan, sudah terlambat baginya untuk membawa gadis itu ke rumah sakit besar yang berada di bawah naungan Anthony Group. Keduanya bertemu Zevan yang baru saja turun dari mobil, dan permusuhan di antara mereka membuat Ethan tak memiliki pilihan selain menumpang di mobil pria itu. Membawa Cara ke klinik terdekat. Saat itu kecemasan yang begitu besar dan tak pernah ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Kembalinya Sang Istri Sah   8. Kembali Terjerat

    Cara menjilat bibirnya yang mendadak kering mendengar percakapan Ethan dengan entah siapa yang ada di seberang. Tetapi ketika obat penggugur kandungan diungkit, ia tahu apa yang tengah coba pria itu gali. Cara kembali merapatkan pintu kamar mandi. Bersandar di pintu dan membiatkan ingatan masa lalu itu membawanya. Ketika pertama kalinya ia mengetahui tentang kehamilan itu. Siang itu, ia sedang makan siang dengan Zevan di gudang penyimpanan barang-barang. Tempat keduanya sering menyendiri dan bersembunyi dari kaki tangan Ethan. Setelah menghabiskan makannya, tiba-tiba ia muntah dan kepalanya pusing. Lalu jatuh pingsan dan Zevan membawanya ke klinik terdekat. Zevan pikir Zaheer atau Mano yang menaburi bekal makan siang Cara dengan sesuatu. Tetapi rupanya dokter mengatakan tentang gejala kehamilan dan meminta Cara melakukan beberapa tes lanjutan. Zevan bahkan tak terkejut dengan kehamilan tersebut, meski tak menyangka Ethan akan kehilangan kendali hingga membuat masalah besar semacam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Kembalinya Sang Istri Sah   9. Kembali Menjadi Istri Simpanan

    Kepala Cara terdongak. Rasa sakit di kepalanya masih bisa ia tahan, tetapi ketika matanya melirik ke depan dan melihat Emma yang menertawakannya, tangannya bergerak melempar makanan yang ada di piring ke arah wanita itu. Emma menjerit, matanya melotot sempurna dan tangannya sudah memegang gelas susunya ketika Ethan memberikan isyarat tangan untuk meninggalkan ruang makan. “T-tapi …” “Keluar!” geram pria itu tanpa melepaskan tatapan tajamnya pada Cara. Emma terpaksa beranjak, berjalan dengan kedua langkah di hentak-hentakkan di lantai. Sementara tangannya menyingkirkan nasi dan lauk pauknya yang menempel di rambut dan mengotori pakaiannya. Gerutuan tentang rambutnya yang baru keluar dari salon bergema di seluruh ruangan. Cara harus membayar semua itu dengan mahal. “Apakah aku salah?” desis Cara kemudian. Mengabaikan rasa sakit di kepalanya. “Aku memang simpananmu. Dan aku tak berminat untuk kau akui. Kau memberiku pilihan dan aku memutuskan pilihan. Kenapa kau tersinggung dengan p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Kembalinya Sang Istri Sah   10. Permainan Lama

    “Apa yang kau lakukan, Ethan. Dia harus …” “Aku sudah mengatakan padamu untuk tidak ikut campur urusanku, Emma. Jangan melewati batasanmu.” Desisan Ethan penuh peringatan yang keras. menyentakkan lengan wanita itu begitu keduanya keluar dari ruang tidur. “Kaulah yang lebih dulu melewati batasanmu, Ethan. Apa yang kau lakukan dengannya, hah? Kalian bahkan sudah menikah tanpa sepengetahuanku. Sepuluh tahun yang lalu? Aku tahu dulu kau begitu menggilainya. Tapi menikahi gadis murahan yang tak jelas asal-usulnya adalah kegilaan di level yang berbeda.” “Kau mulai menceramahiku?” Bibir Ethan menipis keras. “Kau hanya bermain-main dengannya, kan? Kenapa kau membiarkan dirimu dibutakan olehnya?” Tangan Ethan menangkap rahang Emma, menghentikan wanita itu melanjutkan kelancangannya. “Aku tak ingat meminta pendapatmu tentang wanita-wanitaku, Emma.” “Tapi aku tunanganmu.” Suara lift berdenting dari sisi lain ruangan. “Ya, jika kau masih ingin menjadi tunanganku. Sebaiknya tutup

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Kembalinya Sang Istri Sah   11. Kecurigaan Yang Menguat

    Jemari Ethan tak berhenti mengetuk-ngetuk pangkuannya. Kerutan di kening menunjukkan otaknya yang berpikir dalam. Menerka dan mempertimbangkan. Sesekali desahan lolos dari bibirnya. Sementara pandangannya tak lepas dari Cara yang berbaring memunggungi posisinya. Selimut yang tadi menutupi hingga pundak, kini tersingkap sampai di perut saat wanita itu bergerak mendapatkan kenyamanan. Kenyamanan yang tak benar-benar didapatkan ketika sesekali wanita itu tersentak kaget. Seolah terbangun dari mimpi buruk.Tak heran jika dirinyalah yang menjadi mimpi buruk wanita itu. Yang artinya, dirinya ada di dalam pikiran dan alam bawah sadar Cara. Batinnya mendengus.Ponselnya berkelip, nama sang sepupu muncul di sana. “Kau di bawah?”“Ya.”Ethan langsung beranjak. Berjalan ke samping tempat tidur dan mengambil ponsel Cara tanpa menciptakan suara sekecil apa pun. Berjalan keluar dan menutup pintu dengan hati-hati.Mano muncul dari arah ruang tamu. Dengan tas di tangan kanan menghampirinya. Keduanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Kembalinya Sang Istri Sah   12. Kembali Ke Keluarga Besar

    Ethan meninggikan senyumnya. “Tiba-tiba aku berubah pikiran.” “Apa maksudmu?” “Jika aku ingin punya anak, itu harus dari perutmu.” Ethan tertawa geli dengan wajah Cara yang memucat dan kengerian yang begitu kental di kedua mata wanita itu. “Ck, kenapa kau begitu tertekan, istriku. Aku tak mengatakan akan memiliki sekarang.” “Kau menipuku!” Ethan tak menyangkal. “Kau masih ingin berkonsultasi dengan dokter atau kita bisa langsung pulang. Keputusan ada di tanganmu.” Cara menekan kemarahannya. Mencoba berpikir jernih. Pil? Ia tak yakin bisa meminumnya dengan tepat waktu. Ia memaksa kembali duduk dan mengatakan ingin suntikan saja. “Berapa besar kemungkinan kontrasepsi itu tidak bekerja dengan baik? Dan apa saja yang harus dihindari.” Kali ini Ethan memberikan apa yang diinginkan oleh Cara. Ia menatap lurus mata sang dokter, yang langsung mengarahkan Cara naik ke ranjang pasien. Melakukan beberapa pemeriksaan yang tak dipertanyakan oleh Cara lagi. Sepertinya wanita itu memang akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Kembalinya Sang Istri Sah   13. Kembali Baku Hantam

    “Siapa dia?” Arman menelengkan kepala dengan ketertarikan. “Kau ingin memperkenalkan pada kami?” “Dia akan merasa rendah diri jika keluarga ini mengenalnya.” “Apa? Kenapa?” Ada tawa lembut yang terselip dalam suara Arman. “Jika kau seserius itu padanya, kau tak mungkin menyembunyikannya dari kami, kan?” “Dia … bukan berasal dari kelas sosial seperti semua orang di rumah ini.” Ujung mata Zevan melirik ke seberang meja. Ketegangan di wajah Ethan nyaris tak tertahankan. Dengan kemarahan sebesar itu, Zevan yakin sang sepupu mampu membalik meja di antara mereka dan membuat keduanya berada dalam baku hantam yang lebih menarik lagi. “Dia hanya seorang yatim piatu yang tumbuh besar di panti asuhan. Bersekolah di sekolah kita karena ikut program beasiswa.” Ada dengus mencemooh yang menyusul begitu Zevan menceritakan sepucuk cerita tentang Cara. Juga kesiap keras karena sakit terkejutnya. Pun begitu, tak ada yang berani menyela karena Arman Anthony yang menginginkan detail tersebut. “Tak h

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Kembalinya Sang Istri Sah   14. Cucu Kesayangan vs Cucu Terbaik

    “Kalian sibuk menyingkirkanku dan dia … bukankah setidaknya tidak menyia-nyiakan waktu sebanyak itu hanya untuk membuat sepupunya repot.” Ethan menekan kata sepupu yang membuat emosi melintasi kedua manik pria itu. “Bukannya sibuk menjadi penerus sebagai cucu kesayangan kakek, dia malah sibuk melarikan diri dengan istri orang lain.” “A-apa?” Armen tercekat. “Istri? Apa maksudmu, Ethan?” Arman berusaha mengendalikan keterkejutannya. “Kau menikahinya dengan pistol di kepala,” protes Zevan tak terima. Ethan sama sekali tak menyangkal. “Itu tak menghapus fakta bahwa dia masih istriku, sepupu.” Seringai Ethan naik lebih tinggi melihat kedua tangan Zevan yang mengepal hingga buku-buku jari pria itu memutih. Tubuhnya condong ke depan. “Pernikahan kami sah. Dan … kau berpikir bisa menggunakan anak-anakku untuk menginjak kepalaku? Pikirkanlah, Zevan. Aku tak sebodoh sepuluh tahun yang lalu.” Lagi, Arman Anthony berhasil dibuat terperangah oleh pengakuan sang cucu. Setelah pernikahan da

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Istri Sah   Extra Part 3

    My Lovely Wife“Jadi apa yang kau katakan?”Ethan menggeleng. “Ponselku berdering. Theo sudah di bawah.”Zaheer hanya manggut-manggut. “Tapi menurutmu sampai kapan dia akan berpikir dirinya masih hamil?”“Kapan pun itu, tak akan lama. Ck, aku tak tahu kehamilan. Menurutmu berapa minggu perut harus terlihat besar?”“3-4 bulan biasanya sudah mulai terlihat perkembangannya. Seperti Yang dikatakan Cara. Apalagi ini kehamilan keduanya.”Napas Ethan tertahan sejenak. “Aku tak tahu bagaimana cara memberitahunya.”“Kau akan menemukannya.” Zaheer mengedikkan bahu. “Seperti biasanya.”Ethan tak membalas.“Setelah keguguran itu, rahimnya juga sudah kembali normal.”Tambahan penjelasan Zaheer yang sudah diketahuinya itu membuat Ethan semakin dilanda dilema. Tak ada cara selain menghadapinya. Cara memang perlu tahu.Pada akhirnya, setelah empat hari masih dalam pengawasan intens dokter Faryal

  • Kembalinya Sang Istri Sah   Extra Part 2

    Jangan Meninggalkan Kami“E-ethan?” lirihnya dengan suara yang lemah. Tenggelam di antara isakan Ethan yang mulai membasahi punggung tangannya, yang menempel di wajah pria itu. Cara mulai menepikan rasa pusing yang menggelitik kepalanya. Entah bagaimana ia berada di tempat ini, terbangun dan menemukan Ethan yang terisak di sampingnya.‘Kami benar-benar membutuhkanmu, sayang.’ Bisikan yang diucapkan dengan penuh permohonan tersebut adalah kalimat pertama yang menyambutnya begitu kesadaran perlahan mulai muncul dan menguasainya. Istriku. Itu adalah panggilan terindah yang pernah diucapkan oleh Ethan. Dengan penuh ketulusan yang menghangatkan dadanya. Akan tetapi, kenapa suara Ethan terdengar begitu sedih? Kenapa pria itu bahkan … menangis? Tangannya mulai bergerak pelan. Menatap kepala Ethan yang masih tertunduk dengan menggenggam tangannya. Genggamannya semakin kuat, tetapi setidaknya tangannya masih bisa digerakkan, untuk mendapatkan perhatian Ethan

  • Kembalinya Sang Istri Sah   Extra Part 1

    Kembalilah, Kami Membutuhkanmu“Mama masih tidur?” gumam Cheryl, menjatuhkan kepalanya di pundak sang papa. Sementara Darrel yang berdiri di samping Ethan hanya menatap lurus pada ranjang pasien. Tempat sang mama berbaring dengan mata terpejam. Dengan dua mesin di samping kanan dan kiri ranjang yang mengeluarkan bunyi konstan, terhubung dengan tubuh rapuh Cara sebagai penunjang hidup. Sementara ketiganya berdiri di balik dinding kaca. Sejak tiga puluh menit yang lalu. Ethan merasakan genggaman tangan Darrel yang menguat. Pertanyaan Cheryl juga pertanyaan yang tak diucapkan sang putra. Sekaligus pertanyaan yang belum ia temukan jawabannya. Mereka masih menunggu. Berharap di tengah keputus asaan yang seolah tak ada ujungnya.“Sudah lima menit.” Ethan lebih memilih mengalihkan pembicaraan.  Ini sudah kedua kali Cheryl meminta tambahan lima menit setelah tiga puluh menit rutinitas yang wajib mereka lakukan setiap hari ini.Cheryl tak menjawab, t

  • Kembalinya Sang Istri Sah   75. Berakhir (End)

    “Tuan?” Suara benda jatuh dari seberang mengaktifkan sikap siaga Theo. Tubuh pria itu menegang. Menyusul erangan sang tuan yang seolah mengumpat dan suara lain yang terdengar.‘Kau bersama Cara?’Ujung mata Theo melirik ke samping. Menyadari sang nyonya yang tiba-tiba peka dengan keterkejutannya. Tatapan keras wanita itu melirik ponsel yang masih menempel di telinga.“Aku ingin bicara dengan Ethan. Berikan padaku.” Tangan Cara terulur, tetapi reaksi Theo tentu saja bergerak menjauh. Untuk selanjutnya ia membeku dengan suara Zevan dari seberang.‘Well, turuti kemauannya atau kepala bosmulah yang kulubangi selanjutnya.’‘Sialan kau, Zevan!’ umpat sang tuan yang tertahan.‘Kenapa kau begitu percaya diri kalau dia akan menyelamatkanmu, Ethan? Meski Cara bisa, dia tak akan melakukannya.’Mata Theo terpejam dengan percakapan yang terdengar. Sembari kepalanya berpikir keras mencari cara menyelamatkan sang tuan. Kepala pengawal

  • Kembalinya Sang Istri Sah   74. Patah Hati

    Suara dering ponsel yang terdengar dari balik pintu mengalihkan perhatian Ethan dan Mano. Ethan beranjak dan gegas mendekati pintu ruangannya yang didorong terbuka oleh Cara sebelum ia sempat menyentuh gagang pintu.“Ponselmu sejak tadi berbunyi. Sepertinya ada urusan yang penting.” Cara mengulurkan benda pipih tersebut. Memuji dirinya sendiri akan suaranya yang keluar setenang air danau meski hatinya terasa remuk redam.Ethan menunduk, menatap nama Bianca. Tak biasanya wanita itu menghubunginya malam-malam begini. Dan melihat riwayat panggilan yang menunjukkan belasan panggilan tak terjawab, sepertinya ada sesuatu yang serius. Tanpa berpikir dua kali, ia menjawab panggilan tersebut.“Ada apa?”Ethan mengerjap terkejut, kepalanya berputar dan langsung bertatapan dengan Mano. Keseriusan merebak di seluruh permukaan wajahnya, mengirim pesan pada Mano yang langsung menangkap sinyal tersebut dan menghampirinya.“Kita harus ke rumah sakit,” uc

  • Kembalinya Sang Istri Sah   73. Pernikahan Bisnis

    “Ada yang ingin kubicarakan denganmu.” Suara Zevan memecah ketegangan yang membentuk di sekitar keempat orang tersebut.Cara mundur satu langkah. Zevan yang berdiri di hadapannya bukan lagi Zevan yang ia kenal. Ah, ia tak pernah benar-benar tahu siapa Zevan yang berdiri di depannya saat ini juga sebelum-sebelumnya.Pandangan Zevan melirik kedua anak buah Ethan yang ada di samping kanan dan kiri Cara. Tak perlu bertanya apa yang ada di balik jas kedua pria besar dan tinggi tersebut. Akan tetapi … pandangannya beralih pada Cara. Satu-satunya yang paling lemah dan kesempatan yang dimilikinya untuk menghancurkan Ethan.Ia menekuk lututnya, memastikan raut penyesalan dan menyedihkan yang sempurna sebelum berbicara dengan penuh permohonan. Zevan melepaskan jaket hitamnya dan mengangkat kedua tangan pada dua pria tersebut, menunjukkan tak ada ancaman apa pun yang akan dilakukannya pada Cara.“Hanya lima menit,” ucapnya menatap lurus kedua mata Cara. “Mer

  • Kembalinya Sang Istri Sah   72. Tak Ada Alasan

    ‘Kau membunuhnya. Dia melakukan apa pun untuk mempertahankanmu.’  Jeda yang cukup lama, menciptakan keheningan di antara keduanya. ‘Hingga detik ini, kakek masih merasa apa yang dikatakannnya memang benar.’Mata Zevan terpejam mengingat kalimat terakhir Arman sebelum ia keluar dari ruangan tersebut. ‘Seharusnya dia tak melakukan itu. Itu adalah kesalahan terbesar di hidupnya yang menyedihkan. Kalian yang terlalu lemah.’Tak ada penyesalan apa pun telah mengucapkan kata yang berasal dari hatinya yang terdalam. Ia adalah kesalahan. Wanita itu melakukan kesalahan. Semua hidupnya yang menyedihkan menurun dari wanita itu. Ia hanya sedikit berbaik hati untuk mengakhiri nasib menyedihkan itu. Sebagai anak yang berbakti. Ujung bibirnya tertarik ke atas. Membentuk seringai tipis.*** “Apa maksudmu kakek tak sadarkan diri?” Kepala Ethan terangkat dari ponsel di tangannya pada Zaheer yang duduk di ujung sofa. Kecemasan menyelimuti wajah sang sepupu. “Hasil

  • Kembalinya Sang Istri Sah   71. Pengkhianatan Sang Cucu Kesayangan

    “Sepertinya ada banyak hal yang mengganggumu?” gumam Ethan saat keduanya berbaring dan sudah mendapatkan posisi nyaman di atas tempat tidur. Akan tetapi wanita itu tak juga tertidur setelah setengaha jam lebih.Cara menoleh ke belakang. “Kau belum tidur?”Ethan memutar tubuh Cara menghadapnya. “Apa yang sedang kau pikirkan?”“Hmm, bukan hal yang penting,” senyum Cara.“Tetapi mengganggumu.”Cara menghela napas rendah. Masih dengan senyum yang tersungging lebar, telapak tangannya menyentuh wajah Ethan. Mengusapkan jemarinya di rahang Ethan dengan lembut. “Seberapa pun kerasnya aku berusaha tak memikirkan semuanya, semua itu hanya semakin menggangguku, Ethan. Apa yang sebenarnya terjadi?”“Aku tak mungkin di sini jika rencana Zevan memang berhasil, Cara.”“Kenapa dia melakukan semua ini padamu? Pada Cheryl? Juga padaku dan anak …” Kalimat Cara seketika terhenti.Mata Ethan memicing tajam. Ekspresi wajah pria itu seketika berubah tegang. “Apa yang dilakukannya padamu?”Cara mengerjap. C

  • Kembalinya Sang Istri Sah   70. Tidak Ada

    Arman Anthony menunggu di balik pintu kaca gelap yang ada di sampingnya, ketika pintu itu bergeser membuka, sang cucu melangkah keluar dari ruang interogasi bersama seorang pria berjaket hitam dengan tubuh besar yang menampilkan sikap dan ekspresi datar sebelum berjalan meninggalkan cucu dan kakek tersebut.“Kenapa aku tak terkejut?” Ethan bergumam rendah. Kedua pengacaranya memberikan satu anggukan hormat pada Arman Anthony, kemudian berpamit pergi bersama dua pengacara kiriman sang kakek yang berhasil membawanya keluar dari ruangan tersebut. “Aku bisa melakukannya sendiri. Apakah Mano yang membuat masalah? Atau Zaheer? Ck, mereka begitu tak sabaran.”“Kenapa kakek pun tak terkejut kau tak mengucapkan terima kasih, Ethan.”Ethan mendesah pelan. Ada kejengahan yang tersirat di kedua mata abu gelapnya. “Karena aku tahu bukan itu yang kakek inginkan dariku.”Arman tersenyum tipis. “Sepertinya mereka tidak memberimu makanan yang layak. Kakek akan mak

DMCA.com Protection Status