“Bu Rachel, pihak Yelitos Group baru saja menelepon.” Jenny melapor dengan hormat dan sengaja menyebut Yelitos Group. Mata sekretaris Ricky seketika memerah karena iri.Rachel tersenyum dan berkata, “Maaf, Pak Ricky. Hari ini aku memang sangat sibuk. Lain hari biar aku yang traktir Pak Ricky.”Usai berkata, Rachel berjalan ke kantornya bersama Jenny sambil bertanya, “Ada apa pihak Yelitos Group menelepon kita?”“Sekretaris Pak Reihan yang menelepon. Dia bilang Pak Reihan ingin mendiskusikan detail desain chip secara langsung dengan Bu Rachel.” Jenny membuka buku catatannya dan berkata dengan serius, “Karena draf awal yang kita kirimkan terlalu sederhana, Pak Reihan ingin mengetahui detail dari aspek-aspek berikut. Pertama, sumber data pelanggan. Kedua ....”Rachel kembali ke ruangannya lalu menyusun data yang berisi detail setiap aspek. Setelah itu, dia pergi ke Yelitos Group sambil membawa data tersebut. Sekarang dia adalah mitra kerja sama Yelitos Group. Dia sungguh perlu memaparkan
Ronald ingin mencari alasan untuk pergi ke Aurora Technology sekarang. Apakah dia tidak punya alasan lagi?“Print data kemajuan proyek dan berikan aku salinannya. Serta buat daftar beberapa masalah yang kemungkinan akan terjadi,” perintah Ronald.Randi tidak tahu apa yang akan Ronald lakukan. Oleh karena itu, dia segera menyiapkan dokumen dan mengantarkannya kepada Ronald. Randi masih khawatir persiapan dokumen itu tidak cukup sempurna. Namun, Ronald sudah meninggalkan kantor dengan membawa dokumen itu tanpa melihatnya.Randi bergegas menyusulnya dan berkata, “Pak Ronald, nanti masih ada rapat yang sangat penting.”“Undur saja.”Ronald langsung masuk ke lift dengan ekspresi dingin di wajahnya. Dia sendiri juga tidak tahu mengapa dia sangat ingin bertemu dengan Rachel saat ini. Seolah-olah dia tidak akan bisa tenang sebelum melihat perempuan itu.Ronald melajukan mobilnya menuju Aurora Technologi secepat yang dia bisa. Setelah hatinya siap, pria itu baru mengambil dokumen dan naik ke at
Lantai atas Gedung Yelitos adalah kantor eksklusif untuk CEO. Begitu Ronald ke sana, kehadirannya menarik perhatian beberapa sekretaris. Mereka sering mengurus berbagai dokumen. Tentu saja mereka mengenal siapa Ronald.Seorang sekretaris perempuan menghampirinya dan berkata dengan sopan, “Pak Ronald, apakah Pak Ronald ingin bertemu dengan Pak Reihan? Pak Reihan tiba-tiba ada urusan ....”Mata tajam Ronald tertuju pada sekretaris itu. Kemudian, dia berkata, “Di mana Rachel?”Sekretaris itu tampak sangat ketakutan. Dulu dia merasa mata Reihan sangat menakutkan. Namun, setelah dia melihat Ronald sekarang, dia baru tahu apa yang disebut menakutkan.Sekretaris itu spontan mundur dan berkata dengan suara bergetar, “A-aku hanya lihat Bu Rachel masuk. Tapi aku ng-nggak lihat dia keluar. Mungkin ... mungkin dia masih menunggu Pak Reihan kembali di ruang tamu.”“Di mana ruang tamu?”Sekretaris itu segera menunjuk ke ujung koridor. Ronald langsung berjalan dengan cepat ke sana. Sesampainya di dep
“A-aku benar-benar nggak lakukan apa pun padanya. Dia hanya kena obat bius, nanti juga akan bangun.”Begitu dokter itu selesai bicara, Rachel yang sedang baring di tempat tidur pelan-pelan membuka matanya. Dia menatap dua orang di sampingnya dengan kebingungan dan berkata, “Ada apa ini?”Ronald menghempaskan tubuh dokter itu. Kemudian, dia bergegas ke samping tempat tidur dan bertanya dengan gugup, “Bagaimana kondisi kamu? Ada rasa nggak nyaman? Kamu harus kasih tahu kalau ada rasa nggak nyaman, apa pun itu.”Kepala Rachel terasa agak berat. Dia hanya merasakan sakit di tulang selangkanya. Dia pun hendak menyentuh bagian yang sakit itu dengan tangannya.Namun, dokter tiba-tiba menghentikannya dan berkata, “Jangan sentuh pakai tanganmu. Jangan kena air dulu. Kalau nggak, itu akan merusak keindahan tato ini.”Rachel spontan menundukkan kepalanya. namun, dia tidak bisa melihat tulang selangkanya sendiri. Hanya saja, rasa sakit itu terasa semakin nyata.“Pak Ronald, boleh tolong ambilkan c
Sudah ada dua pengawal yang menunggu di bawah gedung. Ronald menghempaskan tubuh dokter itu dan berkata dengan dingin, “Carikan laboratorium untuk dia. Kurung dia selama sebulan dulu.”Begitu dokter itu hendak memohon belas kasihan, kedua pengawal Ronald langsung menutup mulutnya dan menyeretnya pergi.Rachel mengerutkan bibirnya dan berkata, “Dia orangnya Reihan. Kamu bilang Reihan orang yang sangat berbahaya. Kalau kamu apa-apakan dia, apakah Reihan akan cari masalah sama kamu?”“Aku hanya takut dia nggak akan datang. Asalkan dia berani datang, aku punya banyak cara untuk hadapi dia.”Sorot mata Ronald begitu gelap. Kematian ayahnya adalah masalah yang tidak bisa dia lewati selama bertahun-tahun. Namun, Rendy masih saja ingin melakukan sesuatu pada perempuan yang paling Ronald cintai. Rendy bahkan mengukir tanda di tubuh Rachel. Ronald sama sekali tidak bisa menolerir hal ini.Selama Rendy berani menginjakkan kaki di Kota Suwanda lagi, Ronald akan membuat pria itu tahu apa rasanya di
Michael berjalan keluar sambil memegang tangan adiknya, lalu dia memanggil kedua orang tuanya, “Mama, Papa.”Michelle juga meniru sang kakak, “Mama, Papa.”Ronald membungkuk dan menggendong gadis kecil itu, “Hari ini kangen nggak sama Papa?”“Kangen.” Michelle mengangguk dengan cepat, dengan senyum polos di wajahnya.Michael mendongakkan kepalanya. Seketika dia mengernyitkan alisnya, “Kenapa Mama terlihat nggak enak badan?”Rachel tersenyum dan menjawab, “Mama rapat terus sepanjang hari. Ada orang yang merokok di kantor. Udara terasa terlalu pengap. Jadi kepala Mama agak pusing. Ayo, kita masuk ke mobil dulu.”Ronald memasukkan Michelle ke kursi belakang, lalu memakaikan sabuk pengaman pada kedua anak. Setelah itu, dia baru menyalakan mesin mobil. Michael yang duduk di kursi belakang sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. Dia mengendus dengan kuat, tapi tidak mencium bau rokok di tubuh ibunya.Kemudian, Michael melihat syal sutra yang melilit di leher Rachel. Michael ingat ibunya tid
“Ma, aku mau makan sayap ayam Coca-cola, makan ikan dimasak kecap. Asalkan Mama yang masak, aku makan apa saja.”Darren memegang tangan Rachel dan bertingkah manja pada ibunya. Namun, raut wajah Ronald menjadi muram ketika mendengar perkataan anak itu.“Malam ini mama kalian nggak boleh masak,” kata Ronald.Si kecil mendongakkan kepalanya dan bertanya dengan bingung, “Kenapa?”“Nggak kenapa-kenapa.” Ronald berkata dengan dingin, “Kalau kamu nggak mau makan masakan koki, aku yang akan masak untuk kamu.”Darren, “....”Ayahnya keterlaluan, terlalu mendominasi. Darren tidak akan menyukai ayahnya lagi! Akan tetapi, aura ayahnya sangat menyeramkan. Kalau Darren bersikeras mau makan masakan ibunya, apakah ayahnya akan mengusirnya karena marah?Setelah mengalami pergulatan batin hebat, Darren baru berkata dengan sedih, “Kalau begitu aku akan makan masakan Om Chef saja ....”Rachel membungkuk dan mengelus rambut Darren. Kemudian, dia berkata sambil tersenyum, “Mama rapat terus sepanjang hari i
Meskipun Ronald tahu dia tidak sebaik Rachel di mata anak-anak, tetap saja perbedaan sikap mereka tidak perlu sebesar itu.Rachel juga merasa agak lucu. Dia membelai kepala anak-anak satu per satu, lalu berkata lembut, “Kalian semua baik-baik di rumah, dengarkan kata Nenek. Papa dan Mama nggak lama, kok. Oke?”Michael mengangguk, “Mama tenang saja. Aku akan jaga Michelle dengan baik.”“Mama, aku akan ajak adik-adik main bersama. Mama nggak usah khawatirkan kami,” kata Eddy.“Dadah, Ma. Aku dan Michelle main piano dulu,” ujar Darren sambil melambaikan tangan.Setelah melihat anak-anak, terutama Michael, tidak merasa khawatir lagi, Rachel akhirnya bisa bernapas lega. Dia pun mengikuti Ronald ke dalam mobil.Begitu duduk di dalam mobil, Rachel menoleh dan berkata dengan tulus, “Terima kasih.”“Aku tahu apa yang kamu khawatirkan.” Ronald berkata sambil menyetir mobil, “Sebenarnya Michael yang paling dewasa dari empat anak. Dia cerdas dan dewasa sebelum hatinya. Belum lagi dia punya hati ya