Lantai atas Gedung Yelitos adalah kantor eksklusif untuk CEO. Begitu Ronald ke sana, kehadirannya menarik perhatian beberapa sekretaris. Mereka sering mengurus berbagai dokumen. Tentu saja mereka mengenal siapa Ronald.Seorang sekretaris perempuan menghampirinya dan berkata dengan sopan, “Pak Ronald, apakah Pak Ronald ingin bertemu dengan Pak Reihan? Pak Reihan tiba-tiba ada urusan ....”Mata tajam Ronald tertuju pada sekretaris itu. Kemudian, dia berkata, “Di mana Rachel?”Sekretaris itu tampak sangat ketakutan. Dulu dia merasa mata Reihan sangat menakutkan. Namun, setelah dia melihat Ronald sekarang, dia baru tahu apa yang disebut menakutkan.Sekretaris itu spontan mundur dan berkata dengan suara bergetar, “A-aku hanya lihat Bu Rachel masuk. Tapi aku ng-nggak lihat dia keluar. Mungkin ... mungkin dia masih menunggu Pak Reihan kembali di ruang tamu.”“Di mana ruang tamu?”Sekretaris itu segera menunjuk ke ujung koridor. Ronald langsung berjalan dengan cepat ke sana. Sesampainya di dep
“A-aku benar-benar nggak lakukan apa pun padanya. Dia hanya kena obat bius, nanti juga akan bangun.”Begitu dokter itu selesai bicara, Rachel yang sedang baring di tempat tidur pelan-pelan membuka matanya. Dia menatap dua orang di sampingnya dengan kebingungan dan berkata, “Ada apa ini?”Ronald menghempaskan tubuh dokter itu. Kemudian, dia bergegas ke samping tempat tidur dan bertanya dengan gugup, “Bagaimana kondisi kamu? Ada rasa nggak nyaman? Kamu harus kasih tahu kalau ada rasa nggak nyaman, apa pun itu.”Kepala Rachel terasa agak berat. Dia hanya merasakan sakit di tulang selangkanya. Dia pun hendak menyentuh bagian yang sakit itu dengan tangannya.Namun, dokter tiba-tiba menghentikannya dan berkata, “Jangan sentuh pakai tanganmu. Jangan kena air dulu. Kalau nggak, itu akan merusak keindahan tato ini.”Rachel spontan menundukkan kepalanya. namun, dia tidak bisa melihat tulang selangkanya sendiri. Hanya saja, rasa sakit itu terasa semakin nyata.“Pak Ronald, boleh tolong ambilkan c
Sudah ada dua pengawal yang menunggu di bawah gedung. Ronald menghempaskan tubuh dokter itu dan berkata dengan dingin, “Carikan laboratorium untuk dia. Kurung dia selama sebulan dulu.”Begitu dokter itu hendak memohon belas kasihan, kedua pengawal Ronald langsung menutup mulutnya dan menyeretnya pergi.Rachel mengerutkan bibirnya dan berkata, “Dia orangnya Reihan. Kamu bilang Reihan orang yang sangat berbahaya. Kalau kamu apa-apakan dia, apakah Reihan akan cari masalah sama kamu?”“Aku hanya takut dia nggak akan datang. Asalkan dia berani datang, aku punya banyak cara untuk hadapi dia.”Sorot mata Ronald begitu gelap. Kematian ayahnya adalah masalah yang tidak bisa dia lewati selama bertahun-tahun. Namun, Rendy masih saja ingin melakukan sesuatu pada perempuan yang paling Ronald cintai. Rendy bahkan mengukir tanda di tubuh Rachel. Ronald sama sekali tidak bisa menolerir hal ini.Selama Rendy berani menginjakkan kaki di Kota Suwanda lagi, Ronald akan membuat pria itu tahu apa rasanya di
Michael berjalan keluar sambil memegang tangan adiknya, lalu dia memanggil kedua orang tuanya, “Mama, Papa.”Michelle juga meniru sang kakak, “Mama, Papa.”Ronald membungkuk dan menggendong gadis kecil itu, “Hari ini kangen nggak sama Papa?”“Kangen.” Michelle mengangguk dengan cepat, dengan senyum polos di wajahnya.Michael mendongakkan kepalanya. Seketika dia mengernyitkan alisnya, “Kenapa Mama terlihat nggak enak badan?”Rachel tersenyum dan menjawab, “Mama rapat terus sepanjang hari. Ada orang yang merokok di kantor. Udara terasa terlalu pengap. Jadi kepala Mama agak pusing. Ayo, kita masuk ke mobil dulu.”Ronald memasukkan Michelle ke kursi belakang, lalu memakaikan sabuk pengaman pada kedua anak. Setelah itu, dia baru menyalakan mesin mobil. Michael yang duduk di kursi belakang sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. Dia mengendus dengan kuat, tapi tidak mencium bau rokok di tubuh ibunya.Kemudian, Michael melihat syal sutra yang melilit di leher Rachel. Michael ingat ibunya tid
“Ma, aku mau makan sayap ayam Coca-cola, makan ikan dimasak kecap. Asalkan Mama yang masak, aku makan apa saja.”Darren memegang tangan Rachel dan bertingkah manja pada ibunya. Namun, raut wajah Ronald menjadi muram ketika mendengar perkataan anak itu.“Malam ini mama kalian nggak boleh masak,” kata Ronald.Si kecil mendongakkan kepalanya dan bertanya dengan bingung, “Kenapa?”“Nggak kenapa-kenapa.” Ronald berkata dengan dingin, “Kalau kamu nggak mau makan masakan koki, aku yang akan masak untuk kamu.”Darren, “....”Ayahnya keterlaluan, terlalu mendominasi. Darren tidak akan menyukai ayahnya lagi! Akan tetapi, aura ayahnya sangat menyeramkan. Kalau Darren bersikeras mau makan masakan ibunya, apakah ayahnya akan mengusirnya karena marah?Setelah mengalami pergulatan batin hebat, Darren baru berkata dengan sedih, “Kalau begitu aku akan makan masakan Om Chef saja ....”Rachel membungkuk dan mengelus rambut Darren. Kemudian, dia berkata sambil tersenyum, “Mama rapat terus sepanjang hari i
Meskipun Ronald tahu dia tidak sebaik Rachel di mata anak-anak, tetap saja perbedaan sikap mereka tidak perlu sebesar itu.Rachel juga merasa agak lucu. Dia membelai kepala anak-anak satu per satu, lalu berkata lembut, “Kalian semua baik-baik di rumah, dengarkan kata Nenek. Papa dan Mama nggak lama, kok. Oke?”Michael mengangguk, “Mama tenang saja. Aku akan jaga Michelle dengan baik.”“Mama, aku akan ajak adik-adik main bersama. Mama nggak usah khawatirkan kami,” kata Eddy.“Dadah, Ma. Aku dan Michelle main piano dulu,” ujar Darren sambil melambaikan tangan.Setelah melihat anak-anak, terutama Michael, tidak merasa khawatir lagi, Rachel akhirnya bisa bernapas lega. Dia pun mengikuti Ronald ke dalam mobil.Begitu duduk di dalam mobil, Rachel menoleh dan berkata dengan tulus, “Terima kasih.”“Aku tahu apa yang kamu khawatirkan.” Ronald berkata sambil menyetir mobil, “Sebenarnya Michael yang paling dewasa dari empat anak. Dia cerdas dan dewasa sebelum hatinya. Belum lagi dia punya hati ya
“Tadi aku dengar dokter IGD bilang dia mau antar tahanan ke poli spesialis kandungan untuk menunggu hasil pemeriksaan.”“Berarti dia memang hamil. Perempuan itu beruntung banget. Anak di perutnya sudah menyelamatkan nyawanya.”“Dari perutnya masih belum kelihatan kalau dia lagi hamil. Paling-paling baru satu atau dua bulan ....”Rachel spontan menoleh pria yang berdiri di sampingnya ketika mendengar komentar dari orang-orang di sekitarnya.Ronald langsung menjelaskan, “Bukan aku, nggak ada hubungannya sama aku.”Rachel hanya tertawa pelan. Kalau Shania benar-benar hamil, bagaimana mungkin itu tidak ada hubungannya dengan Ronald? Bagaimanapun, Shania menganggap dirinya sebagai ibu dari anak-anak. Dia bisa datang dan pergi dengan bebas ke rumah keluarga Tanjaya. Bahkan di sana ada kamar khusus untuk menyimpan pakaian Shania.Ronald menyadari ekspresi wajah Rachel semakin lama menjadi semakin muram. Dia pun segera menjelaskan, “Rachel, aku sumpah. Aku benar-benar nggak pernah sentuh Shani
Shania yang ditampar tiba-tiba tidak sigap dan jatuh ke tanah. Dia memegang wajahnya yang perih dan lanjut berkata, “Aku masih belum selesai bicara. Kenapa kamu sudah marah duluan? Masih ada Eddy. Kamu lihat dia seperti orang dewasa yang bertubuh kecil, bukan? Itu juga aku yang paksa dia sampai jadi seperti itu. Ronald cuek sama aku, aku juga cuek sama Eddy. Anak itu menginginkan kasih sayang ibu. Tapi aku nggak mencintainya. Aku buat dia ....”Rachel sudah tidak sanggup mendengarkan lagi. Dia berjalan ke depan dan menarik kerah baju Shania. Dia ingin menampar Shania lagi. Namun, dua polwan segera mendekat dan menghentikannya.Shania bersembunyi di belakang polwan, lalu berkata sambil terisak, “Dia kakakku. Aku datang untuk mengakui kesalahanku dengan niat baik. Tapi dia malah mau pukul aku sampai mati. Sekarang kalian mengerti kenapa aku mau culik anak kakakku, kan. Karena kakakku ini gila. Dari dulu dia ingin pukul aku sampai mati. Aku culik anak dia hanya untuk melindungi diriku sen