Share

Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku
Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku
Penulis: Ziajung

BAB 1

“Kamu begitu basah....”

Aku menggigit bibir bawahku ketika mendengar suara seraknya. Entah itu pujian atau ejekan, aku tidak bisa membedakannya. Dia memang selalu menggunakan nada seperti itu ketika berbicara kepadaku... dan jangan lupakan senyum miring dengan kerlingan mata tajamnya.

Ruangan bernuansa merah dengan aroma musk yang kuat membuat tubuhku semakin panas. Temaramnya lampu membuat pria di atasku itu terlihat semakin menggoda. Tubuhnya yang berkeringat bergerak seperti binatang liar di atasku. Bibirnya yang tebal tersenyum penuh sensual, memberikan siluet tegas di garis rahangnya.

“Apa boleh aku menyentuhnya?” dia bertanya lagi, kali ini sambil membelaiku dari luar celana dalam. Sial! Kalau begitu, kenapa harus bertanya?

Aku ingin mengumpat, tapi desahan di ujung lidahku menghentikannya. “K-kamu... ugh!”

Ssst...” Pria itu kembali merangkak ke atas, meskipun tangannya masih ada di bawah sana. Napasnya yang panas terasa menyentuh bibirku. “Aku sudah bilang, yang perlu kamu lakukan hanya menikmati saja.”

Kepalaku semakin kosong saat jarinya mulai memasukiku. Begitu perlahan, tapi menimbulkan sensasi yang luar biasa. Rasanya perih bercampur geli, hingga membuatku meringis. Sekali lagi, aku menahan suara-suara laknat itu agar tidak lolos dari mulutku.

“Keluarkan saja,” pintanya sambil bergerak perlahan. Aku pun menggelinjang ketika ia menemukan satu titik lembut di dalam tubuhku.

“...Pi...”

“Apa?”

“...ppy.”

“Poppy!” eh? Siapa Poppy? “Ih, serius banget, sih!”

Srug!

***

Senggolan di lengannya membuat wanita berambut sebahu itu menutup laptopnya. Seketika ruangan bernuansa merah itu berubah menjadi ruang guru Serenity Spring School—sebuah pre-school elit di ibu kota. Di sebelahnya, ada seorang wanita berambut ikal sedang mencondongkan tubuh ke arahnya.

“E-eh?! Kenapa, Lay?” Poppy Sofia bertanya dengan wajah kaku. Layla gak lihat apa yang aku tulis, kan?

Layla terlihat mengerutkan dahi dan menyipitkan matanya. Melihat itu, Poppy meneguk air liurnya yang terasa lebih pahit diam-diam. Walaupun ia sudah berteman cukup lama dengan Layla, tetap saja ini belum waktunya untuk memberitahu soal pekerjaan sampingan itu.

“Kamu ada ide gak kado yang pas buat laki-laki itu apa, ya?”

Poppy menghela napas ketika Layla menanyakan hal lain. Ia terlalu serius mengetik sampai tidak menyadari kalau Layla bertanya kepadanya sedari tadi. Sebenarnya, tidak masalah kalau tulisan yang Poppy ketik adalah laporan perkembangan anak murid, atau paling tidak cerita romansa biasa. Namun tentu saja, itu terlalu “tidak biasa” sampai Poppy harus menyembunyikan hal ini dari siapa pun.

Tidak ada yang menyangka kalau guru pre-school berambut sebahu itu memiliki pekerjaan sampingan yang lain. Ia adalah penulis novel online, spesialis dark-romance dengan bumbu adegan 18+. Awalnya, Poppy hanya coba-coba saja untuk menyalurkan hobinya. Dia suka membaca cerita dark-romance, jadi ingin mencoba untuk membuatnya satu. Namun ternyata, boom! Ceritanya meledak.

Kalau ada yang mengetahui siapa sosok di balik nama pena Maria Quinn adalah Poppy Sofia, maka hancurlah persona polos dan manis yang dibangunnya sebagai guru.

Poppy menggeser kursinya sambil perlahan menjauhkan laptop yang sudah ditutup itu dari Layla. “Buat suami kamu?”

Layla mengangguk. “Aku dulu selalu kasih kado kamera ke baji—maksudku, Raikhal, pas ulang tahun. Dia, kan, suka fotografi.”

“Dan Pak Aldimas sukanya apa?”

Ada kalanya Poppy iri dengan Layla yang sudah menikah. Bukan iri karena suami Layla adalah direktur MD Group, yang juga menanungi yayasan sekolah ini, melainkan karena Layla pasti punya banyak pengalaman dengan suaminya. Sedangkan Poppy, berpacaran saja baru satu kali waktu kelas 2 SMP.

Terlebih, kali ini Poppy sedang dilanda frustrasi karena deadline dari sang editor untuk sekuel ceritanya. Ia harus membuat seri baru, tentunya dengan adegan seks yang lebih menantang. Berkali-kali Poppy menyerahkan draft, editornya itu selalu bilang, “Kayaknya kurang deh, Kak.”, dan menyarankan Poppu untuk mengeksplor lebih jauh.

Gimana mau eksplor lebih jauh? Pengalaman aja aku gak punya!

Faktanya, Poppy masih perawan—belum pernah berhubungan seks dengan siapa pun.

“Aku mau kasih kejutan gitu,” suara Layla membuat Poppy kembali ke alam sadar. Oke, mari lupakan soal deadline itu sekarang.

“Hm....” Poppy melepaskan kacamata bulat yang selalu dipakainya ketika mengetik di laptop. Ia pun mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari. “Aku pernah, sih, kasih kado jam tangan ke kakak aku. Pernah juga dasi dan notebook sampul kulit gitu. Tapi pas dia tahu harga barang-barang itu, aku malah diomelin. Katanya, dia gak butuh apa-apa. Diucapin aja udah senang.”

Layla mendesah, menyandarkan punggungnya ke kursi. “Tapi, kan, tetap aja....”

Poppy menguap lebar sambil mengangguk-angguk. “Ya, kan... aku juga berpikir begitu.”

Ah... deadline tidak manusiawi itu sudah menyita waktu tidur Poppy selama beberapa hari. Ia dilanda insomnia. Setiap menutup mata, yang terbayang hanyalah ekspresi terangsang Flora—si tokoh utama cerita barunya—saat disentuh oleh Gerald—tokohnya yang lain. Belum lagi editornya yang pantang menyerah walaupun hujan badai menyerang, selalu mengingatkannya tentang deadline.

“Kak, udah belum, ya?”

“Kak, bagian ini kurang deh.”

“Kak, aku tunggu revisian bab selanjutnya ya.”

ARGH!

“Kamu capek banget kelihatannya, Pop. Kurang tidur?”

Poppy melirik Layla yang menatapnya penuh khawatir. Ia pun hanya mengangkat bahu, tidak menampik soal keadaannya yang kurang fit.

Drrt! Drrt!

+62 8217 6xxx is calling....

“Bentar, ya, ada telepon.” Poppy berbalik badan untuk mengambil ponselnya. Ada nomor yang tak dikenal memanggil.

Poppy adalah manusia introver yang jarang berkenalan dengan orang. Jadi, jarang sekali orang yang mengetahui nomor ponselnya selain keluarga, teman dekat, rekan kerja, dan... editornya. Dia tidak pernah berurusan dengan kartu kredit atau pinjaman online, karena sang kakak selalu melarangnya. Jadi, mungkin saja ini adalah nomor darurat dari salah satu kontak yang ia kenal.

Dengan pemikiran seperti itu, Poppy pun menjawab panggilan itu sambil berdiri dari kursinya. “Halo?”

Poppy sengaja keluar dari ruang guru itu sambil mendengarkan orang di seberang berbicara, “Apa benar ini Mbak Poppy? Keluarganya Pak Dante Januar?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status