Share

BAB 4

 

“Eh, eh, mau ke mana?” Dante menghentikan Poppy yang baru mau beranjak. “Kalau mau ngobrol, di sini aja.”

“Pasien itu harus istirahat, jangan bawel.” Regan menarik tangan Poppy ke arahnya. “Dan inget, lo harus puasa abis ini, sebelum operasi besok pagi.”

Gerutuan Dante tidak bisa Poppy dengar dengan jelas karena Regan sudah menariknya lebih dulu. Pikiran Poppy sudah berkelana entah ke mana. Apa ini soal penyakit Dante? Apa begitu serius sampai-sampai Dante sendiri tidak boleh mendengarnya?

Regan membawa Poppy menuju ruangannya yang berada satu lantai di atas. Selama perjalanan itu, mereka berdua hanya diam. Terlalu banyak yang Poppy pikirkan sampai tidak tahu harus mengucapkan apa. Ia hanya memandangi punggung tegap Regan yang tampak semakin gagah dengan sneli itu.

Ia baru mendapatkan pijakannya kembali ketika Regan membuka pintu ruangannya.

“Sakitnya Kak Dante parah, ya?” tanya Poppy pelan sambil melangkah masuk.

Regan menutup pintu itu. “Kamu gak perlu khawatir, dia bakal baik-baik aja.”

Regan berjalan melewatinya dan duduk di kursinya. Sementara itu, Poppy masih berdiri dan menetralkan detak jantungnya. Entah ini karena rasa khawatirnya akan penyakit Dante, atau karena berada dalam satu ruangan dengan Regan.

Setelah mengumpulkan keberaniannya, Poppy melangkah menuju kursi yang ada di depan meja Regan dan duduk.

“Maaf, ya, Kak, kami jadi repotin Kakak lagi,” ucap Poppy.

“Udah dibilangin berkali-kali, kamu jangan begitu.”

Poppy menunduk, memainkan jarinya. “Tetap aja. Aku gak enak sama Kakak dan keluarga.”

Tidak hanya sebagai teman dan atasan Dante, Poppy mengenal Regan sebagai penyelamat juga. Keluarga Regan yang menyelamatkan Poppy dan Dante kala itu. Mereka membantu keduanya membiayai pendidikan sampai Dante lulus dan bekerja sebagai ketua bagian legal Dashar Group.

Poppy pun sebenarnya ingin melamar sebagai karyawan Dashar Group setelah lulus. Namun, Dante melarangnya. Ia berkata, cukup dirinya yang menebus semua utang itu, dan Poppy bisa memilih jalan hidupnya sendiri.

So, Poppy,” suara berat Regan kembali menyadarkan Poppy. Wanita itu pun mengangkat kepalany. “Yang ingin aku bicarain—“

Lagu The Family Madrigal dari soundtrack film Encanto memenuhi ruangan itu tiba-tiba. Poppy gelagapan, dan segera merogoh tasnya. Ia melempar tatapan tidak enak kepada Regan yang langsung bungkam kala itu.

“Sebentar, Kak.”

Lagu itu terus mengalun—membuat Poppy hampir merutuk. Gara-gara kepanikannya tadi, ia sampai lupa memasang ponselnya pada mode getar. Padahal ia sedang berada di rumah sakit.

Poppy mengeluarkan ponsel dan memeriksa nama penelepon. Editor Ray. “Ck!”

Tanpa menjawab, Poppy hanya mensenyapkan ponsel itu. Tidak lama kemudian, panggilan dari editornya berakhir, dan digantikan oleh sebuah pesan.

Editor Ray: [Halo, Kak, sudah belum ya? Aku tunggu sampai malam ini ya Kak. Thank you.]

Hah? Gimana maksudnya? Bukannya udah aku kirim?

Poppy sepertinya lupa dengan keberadaan Regan di sana yang memandangnya penuh penasaran. Pesan dari editor itu benar-benar mencuri perhatiannya, sampai-sampai Poppy membuka ruang pesan mereka berdua. Benar saja, tautan yang Poppy kirim tadi, tidak ada di sana.

Apa tadi aku lupa enter, ya?

Poppy mengirim tautan itu kembali bersamaan dengan pesan alibi kalau pesannya tenggelam. Ia pun keluar dari ruang pesan itu, lalu... terkejut.

Kenapa link cerita aku ada di chat room Kak Regan?!

Poppy mengangkat kepalanya perlahan dari ponsel itu. Ia menatap Regan yang tengah tersenyum ke arahnya.

“Ah, kayaknya kamu udah sadar, ya?”

“H-hah?” Poppy terkekeh canggung sambil jarinya bergerak untuk menghapus pesan itu. “Sadar apa, ya, Kak?”

Regan mengambil ponselnya dari saku sneli, melihatnya sejenak, dan kembali menatap Poppy. “Gak perlu dihapus, udah aku d******d kok.”

Poppy menelan air liurnya yang terasa begitu pahit kali ini. Tangannya gemetar menggenggam ponsel itu. Senyuman Regan seolah sudah menyedot habis kata-kata dari kepalanya.

Regan berdiri dari duduknya dan mencondongkan tubuh ke arah Poppy yang duduk di hadapannya. Tatapan matanya seperti predator yang mengincar si mangsa. Tubuh Poppy terasa kaku. Ia terpojokkan.

“Jadi,” suara Regan terdengar jauh lebih dalam, seolah bisa menenggelamkan Poppy saat itu juga. “Bisa jelasin apa yang kamu tulis di sana?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status