Share

BAB 6

Penulis: Ziajung
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-21 10:39:15

Walupun sudah hampir bertahun-tahun menghadapi wajah Regan, nyatanya Poppy tetap tidak terbiasa. Pria itu terlalu bercahaya untuk dikatakan “tampan”, dan terlalu berkarisma untuk dikatakan “keren”.

Ujung jari Regan yang menyentuh lembut pipinya menghantarkan sensasi panas ke seluruh tubuhnya. Poppy tidak berkutik. Bahkan setelah mendengar dering panggilan darurat dari ponsel khusus Regan.

“Oke, saya akan segera ke sana.”

Suara Regan menyadarkan Poppy. Ia melihat pria itu sudah berdiri kembali di balik mejanya, merapikan sneli. Namun, entah kenapa matanya tetap mengarah kepada Poppy.

Poppy tanpa sadar menegang kembali, hingga menimbulkan suara kekehan dari Regan.

“Sayang sekali, aku harus kerja lagi,” ucap Regan sambil berjalan memutari mejanya.

“O-oh... g-gitu, ya.”

Ngomong apa sih aku! Poppy menggerutu dalam hati. Ia bahkan sampai mencubit pahanya sendiri.

Regan kembali terkekeh, lalu mengusap pelan pipi Poppy. “Kamu bisa di sini dulu lebih lama.”

“Hah?”

“Aku khawatir, mereka berpikir macam-macam kalau kamu keluar dengan keadaan begitu,” jawab Regan ambigu sebelum membuka pintu ruangannya.

Blam!

Suhu tubuh Poppy meningkat drastis setelah pintu tertutup dari luar. Punggungnya merosot di kursi, bersamaan dengan suara napas yang terdengar berat. Apa tadi itu? Apa Regan memang biasa bersikap seperti ini kepada wanita?

Poppy memang pernah mendengar dari Dante kalau Regan mempunyai banyak pengalaman dengan wanita di Amerika. Ia terus mewanti-wanti Poppy agar jangan mendekati pria seperti Regan. Mulai dari mahasiswi sampai model terkenal, katanya Regan pernah tidur dengan beberapa dari mereka.

Lalu sekarang, apa Regan sedang menggodanya?

Jangan bego deh, Pop! Poppy menghujat dirinya sendiri.

Semakin lama berdiam di ruangan Regan, semakin otaknya tidak bekerja dengan baik. Aroma pria itu tertinggal jelas di sana, membuat jantung Poppy terus berdetak cepat. Dengan terburu-buru, akhirnya ia keluar dari ruangan itu. Untungnya tidak ada yang mencurigai ketika seseorang biasa sepertinya keluar dari ruangan Dokter Regantara Dashar.

“Kamu kenapa?” tanya Dante langsung begitu Poppy kembali ke sampingnya.

“A-aku kenapa?” Poppy bertanya balik dengan sedikit panik. Ia berusaha untuk terlihat biasa saja.

Dahi Dante berkerut. “Muka kamu merah. Kamu demam? Pusing? Heatstroke?”

Poppy refleks menyentuh pipinya sendiri yang memang terasa panas. Namun ia yakin, itu bukan karena demam atau sakit. Ini semua... gara-gara Regan.

“Aku panggilin dokter—”

“Gak apa-apa, Kak!” Poppy menahan tangan Dante yang sudah ingin beranjak dari brankar. Dasar! Padahal dirinya sendiri adalah pasien, tapi tetap saja mengkhawatirkan Poppy.

“Aku gak apa-apa, kok,” ulang Poppy.

Dante sepertinya tidak langsung percaya. Ia terus menatap Poppy selama beberapa detik, membuat wanita itu harus menunjukkan senyum terbaiknya. Sampai akhirnya, pria itu menghela napas panjang dan kembali duduk dengan nyaman di brankar.

Poppy sendiri juga menjadi lega. Bisa malu seumur hidup kalau dokter mengetahui apa yang membuat wajahnya memerah.

Ia pun duduk di kursi, di sebelah brankar Dante, dan mulai merebahkan kepalanya di sana. Begitu banyak yang terjadi dalam satu hari ini, hingga membuat kepalanya lumayan berdenyut. Dari novel keduanya yang belum dimulai, dikejar tagihan naskah, Dante masuk rumah sakit, sampai... rahasianya yang terbongkar oleh Regan. Kalau bisa, Poppy ingin sekali membongkar pasang kepalanya ini.

“Beneran gak apa-apa, Dek?” tanya Dante lembut sambil mengusap kepala Poppy.

“Hm.”

Yah... gak mungkin juga aku ngadu kalau ada apa-apa, dan itu berhubungan sama teman Kak Dante sendiri!

***

Nyatanya, Poppy tidak bisa menghindari Regan walaupun ia sangat ingin. Sudah hampir dua bulan Regan tinggal di rumah Poppy dan Dante karena rumahnya belum selesai direnovasi. Sebenarnya, bisa saja Regan menyewa apartemen sendiri, tetapi ibu Regan menyuruhnya untuk tinggal bersama Dante saja karena jaraknya lebih dekat dari rumah sakit.

Namun menurut Dante, ada alasan lain di balik itu. Ibu Regan pasti ingin Dante dan Poppy mengawasi anaknya setelah rumor-rumor percintaannya di Amerika itu.

Saking jarangnya mereka bertemu di rumah, Poppy terkadang lupa kalau Regan bisa saja duduk di ruang tengah rumahnya dengan secangkir teh dan buku pada tengah malam seperti ini.

“Belum tidur?” tanya Regan yang duduk berselonjor kaki di sofa.

Air yang sedang diminum Poppy sampai tersebur keluar dan membasahi bagian atas piyamanya.

“A-aku cuma mau minum.” Poppy mengangkat gelasnya yang berisi air putih. Sial, kenapa dia jadi gugup begini?

“Revisi kamu sudah?”

Poppy sering mendapat tagihan revisi dari editornya, tapi entah kenapa ucapan Regan jauh lebih menegangkan. Mau berbohong pun rasanya sulit, yang ada, Poppy hanya mengangguk patuh seperti anak anjing.

“Mana, coba kulihat.”

Lagi-lagi seperti mantra, Poppy melesat ke kamarnya untuk mengambil laptop. Setelah mengantar barang-barang Dante ke rumah sakit, Poppy segera menyelesaikan revisinya. Sebenarnya ia mau menjadikan Dante alasan untuk telat mengirimkan revisi, tetapi kakaknya itu justru melarang Poppy untuk menginap di rumah sakit. Alhasil, sekarang ia hanya berduaan dengan Regan di rumah ini—walaupun Poppy awalnya tidak menyadari.

Poppy dan Regan sudah duduk bersebelahan di sofa. Pria itu meletakkan bukunya di meja, dan berganti memperhatikan layar laptop Poppy. Alisnya berkerut-kerut sambil membaca baris demi baris, membuat Poppy tanpa sadar menggigit bibir bawahnya.

Dibanding takut, Poppy malah tegang karena melihat garis wajah Regan yang tersorot cahaya dari laptopnya. Ruangan ini memang memakai lampu temaram di malam hari, sehingga sosok Regan seperti tokoh dalam drama klasik yang tampak memesona.

Pria itu hanya memakai kaus hitam polos dan celana bahan berwarna abu-abu. Walaupun kaus itu tidak ketat, tapi Poppy bisa melihat samar otot lengannya yang tersingkap. Rambutnya yang tadi ditata ke atas, sudah turun menutupi dahinya. Regan tampak jauh lebih lembut daripada saat di rumah sakit tadi.

“Jelek.”

Yah, tapi tidak dengan ucapannya.

“Gak ada perkembangan karakter di dua bab ini. Percakapannya flat, cuma dibuat sensual aja. A gentleman doesn’t talk that way, Poppy. He’s just being a jerk.”

Setiap ucapan Regan seperti belati berkarat yang menghujam dada Poppy. Bukannya anti-kritik, tapi ini pertama kalinya Poppy mendapat kritikan setajam itu. Biasanya, sang editor memperhalus kata-katanya sambil memberikan beberapa masukan. Tidak seperti Regan yang terlalu to the point.

“Kali ini, tulisan kamu seperti amatir,” tutup Regan sambil meletakkan laptop Poppy ke meja. “Seperti tulisan seorang virgin.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 7

    Mata Poppy membulat. “O-omongan Kakak bisa masuk pelecehan seksual, tau!”Poppy terlalu malu untuk menyatakan diri seorang perawan. Pada saat teman-teman seusianya memamerkan kehidupan seks yang bergelora—baik bersama suami, pacar, ataupun ‘partner’—Poppy malah terjebak dalam imajinasinya sendiri. Terlebih, ia menuangkan imajinasinya itu dalam bentuk tulisan dan dipublikasikan. Apa kata dunia jika cerita dewasa ini dibuat oleh seorang wanita yang sama sekali tidak memiliki pengalaman seks?!“Jadi benar, kamu gak punya pengalaman?” Regan malah membalikkan kata-kata Poppy.Wanita itu terjebak. Regan memang tidak menuduhnya secara langsung tadi. Namun, harga diri Poppy yang tersenggol malah membongkar semuanya.Poppy menghindari mata Regan yang menatap lurus ke arahnya. “Hm.”“Berciuman?”Sekarang, Poppy menelan air liurnya sendiri. “P-pernah. Waktu kelas 2 SMP....”“Apa itu bisa disebut ciuman?”Sekali lagi, harga diri Poppy tersenggol. Tidak ada aturan tertulis bahwa penulis cerita dew

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 8

    Bibir Regan terasa seperti cokelat yang meleleh di mulut Poppy. Rasanya seperti perpaduan pahit dan manis, serta sensasi hangat daun mint. Regan seperti hidangan penutup premium untuknya.Semakin dicecap, semakin Poppy ketagihan. Ia ingin merasakan lebih dari sekadar rasa manis dan pahit itu. Poppy membuka mulutnya, tetapi sesuatu benda basah dan lunak menyusup di sela bibirnya dengan cepat. Lidah Regan membelai permukaan bibirnya, sebelum bertemu dengan lidah Poppy di dalam mulutnya.“Hm....”Poppy tidak sadar kapan tepatnya tangan itu bersandar di dada Regan. Ia juga tidak sadar ketika pria itu menarik pinggangnya untuk lebih mendekat. Kepalanya hanya penuh dengan suara kecapan yang basah itu. Sampai Poppy merasakan dadanya mulai sesak dan mulai meremas kaus Regan.Regan menjauhkan bibirnya. “Bernapas, Poppy....”Meskipun begitu, napas Regan sama memburunya. Poppy pun membuka mata dan langsung berhadapan dengan tatapan berkabut milik Regan. Itu adalah ekspresi yang tidak pernah Rega

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 9

    “Apa yang buat kamu penasaran?”Entah ini hanya perasaan Poppy atau memang Regan semakin menundukkan kepalanya. Suara pria itu pun semakin berat dan dalam, bahkan terdengar hampir seperti bisikan saja.“Apa... bedanya dengan ciuman biasa?” tanya Poppy dengan suara pelan.Mata hitam itu membuat Poppy tenggelam semakin dalam. Napasnya yang beraroma mint membentur ujung hidung Poppy.“Gimana kalau kamu coba sendiri?”Poppy menelan air liurnya. Ciuman semalam masih terbayang, tetapi ia terus menyakinkan dirinya bahwa Regan melakukan itu hanya untuk pelajaran saja. Lantas, apakah Poppy harus melakukan itu lagi demi adegan yang sedang ditulisnya? Apa... itu tidak apa-apa.Kebimbangan itu membuat Poppy tanpa sadar menggigit bibir bawahnya. Beberapa kali ia melihat film dewasa dengan adegan ciuman, tapi belum bisa membedakan mana french kiss,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 10

    Setelah mendapat satu kata “ACC” dari Regan, Poppy segera mengirimkan draf itu kepada editornya. Ia sudah siap mendapat kritikan kedua, tetapi respons editornya justru di luar dugaan. Dia sangat senang, bahkan memuji-muji tulisan Poppy dan mengatakan kalau ini adalah karya besar. Dia tidak sabar untuk Poppy membuat draf lanjutan sampai siap diterbitkan kembali.Ternyata efektif juga ya belajar sama Kak Regan, pikiran itu langsung terlintas di kepala Poppy setelah mendapat rentetan pujian dari editornya. Ternyata benar, pengalaman adalah guru yang paling baik.Poppy melihat lagi tulisan yang dibuatnya. Sejujurnya, kata-kata itu tidak sepenuhnya menggambarkan apa yang Poppy rasakan saat itu. Ciuman Regan... lebih dari sekadar “manis”, “basah”, dan “indah” yang Poppy gambarkan di sana. Ada sesuatu yang membuat dadanya berdesir lebih hebat.Tangan wanita itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 11

    Ketika Regan mengatakan ‘sampai jumpa’, Poppy tidak menyangka kalau mereka akan bertemu secepat ini. Pukul 5 sore, Poppy akhirnya keluar dari sekolah itu, dan mendapati mobil Regan sudah berhenti di depan lobi.Kaca jendela mobil Regan pun turun ketika Poppy mendekat. “Kakak ngapain di sini?”“Jemput kamu,” jawab Regan, masih duduk anteng di belakang kemudi. “Dante yang suruh.”Masuk akal juga. Memang biasanya Poppy pulang-pergi sendiri dengan ojek online atau diantar-jemput Dante. Kakaknya itu pasti sangat khawatir karena tidak bisa menjaga Poppy selama beberapa hari ke depan. Namun, ia tidak menyangka kalau Dante benar-benar menitipkannya kepada Regan.Untuk menghargai usaha Regan—dan Dante—Poppy akhirnya naik ke mobil itu. Sepertinya setelah ini ia harus memberitahu Dante untuk tidak mengkhawatirkannya. Bagaimanapun, Regan adalah seorang dokter bedah yang sibuk, Poppy jadi tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 12

    Jari-jari Regan mencengkeram roda kemudi dengan erat. Buku-bukunya pun memutih. Sial sekali. Sudah dua kali ia hampir terjebak dalam hasrat bejat itu.Regan menarik napas panjang, lalu kembali melihat ke depan. Ia sedang berusaha menenangkan isi kepalanya.“Kamu tahu maksud ucapan kamu tadi, kan?” tanya Regan dengan suara rendah dan sedikit serak, sambil menjalankan lagi mobilnya kembali.Poppy menelan air liurnya sendiri. Tentu saja ia tahu. Memahami soal gairah, artinya ia harus menyentuh titik tersensitif tubuhnya. Sebagai seorang perawan yang sama sekali tidak berpengalaman, tawaran Regan tadi terdengar sangat gila. Namun di satu sisi, kepala Poppy terus menantangnya untuk mencoba.Perlahan, Poppy mengangkat kepalanya. Dari samping sini, ia bisa melihat perubahan ekspresi Regan. Tidak ada senyum seperti tadi. Rahangnya pun tampak mengeras, dan jakunnya naik turun seperti menahan kesa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 13

    “Kak—“ Poppy mendesah di antara ciuman Regan dan gerakan jarinya.Ciuman Regan terputus, dan bibir pria itu berpindah ke belakang telinga Poppy. Napas panasnya menghantarkan getaran yang membuat tubuh Poppy semakin lemas. Seluruhnya ia bersandar pada tubuh kekar Regan.Ting! Tong!“Permisi! Paket!”Poppy menoleh ke arah pintu, tetapi Regan masih belum berhenti menciumi telinga dan leher Poppy. Begitu pun jarinya yang masih berusaha menurunkan celana dalam Poppy.“Kak....”“Paket buat Mas Dante Januar!” teriak seseorang itu lagi dari luar pintu.Nama lengkap Dante sukses membuat Regan mendesah berat, Ia menjauhkan kepalanya dari leher Poppy dan menatap wanita itu dengan frustrasi. Meskipun begitu, tangannya masih berada di balik rok Poppy itu.“P-paket, Kak,” ucap Poppy terbata.Wajah wanita itu sudah sangat merah, bahkan bibirnya jug

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 14

    Ceklek!Mata Regan membesar ketika pintu itu bisa dibukanya. Tidak terkunci.“Poppy?” panggil Regan pelan sambil melangkah masuk. Ini adalah kali pertamanya ia masuk ke kamar wanita itu.Seperti kamar wanita pada umumnya, kamar Poppy sangat rapi dan tertata. Ruangannya didominasi warna peach, dengan sentuhan pastel. Ada rak berisi penuh buku di salah satu sudut ruangan, sebuah lemari pakaian, meja rias, kasur dengan seprai merah muda, dan....Poppy yang tertidur di atas meja belajar.Wanita itu sudah mengganti pakaiannya dengan kaus oblong dan celana pendek. Sepertinya dia juga sudah mandi. Poppy merebahkan kepalanya di atas meja, dan menjadikan satu lengannya sebagai bantal. Laptop di depannya masih menyala, dan ada satu buku terbuka berisi tulisan tangannya.Regan menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Poppy. Mulut wanita itu sedikit terbuka. Jika dilihat dari air liur itu, sepertinya memang Poppy sudah terlelap dalam.Regan mendengkus geli. “Baru beberapa menit yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05

Bab terbaru

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 70

    “ADEEEK! KAMU KE MANA AJA?!”“Kenapa hape kamu mati, hah?! Kamu hampir buat Kakak gila tau, gak?!”“Polsek?? Kenapa kamu bisa di polsek?!”“Tapi, kamu gak diapa-apain, kan?”“Heh, dokter gadungan! Motor gue mana?!”Serangkaian ocehan Dante akhirnya bisa redam ketika Poppy mengatakan dirinya sangat lelah dan ingin tidur. Sebawel-bawelnya Dante, ia tidak akan membiarkan Poppy kelelahan. Jadi, sebelum pria itu berubah pikiran lagi, Poppy buru-buru melesat ke kamarnya dan menutup pintu.Poppy melempar dirinya ke kasur dan menarik napas panjang. Begitu banyak yang terjadi hari ini. Mulai dari pengalaman pertama naik kendaraan umum, tersesat, sampai kecopetan. Jangan lupakan juga bagian dirinya yang luluh dengan mudah dengan ucapan manis Regan.Poppy membuka matanya dan bangun. Ia harus

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 69

    “Kamu—hah….” Regan menghela napas panjang, menyatukan dahi mereka berdua. “Jangan jalan-jalan sendiri lagi, oke? Kamu bisa marah-marah ke aku, pukul aku, maki-maki aku, atau bahkan ngadu ke Dante—apa pun itu—asal jangan pergi sendirian lagi, oke?”Poppy mengangguk. “Terus, HP-ku—”“Nanti aku yang urus,” potong Regan, kemudian menoleh kepada pria paruh baya yang berdiri di sana. “Pak Ferdi, terima kasih. Saya mohon bantuannya untuk mengurus sisanya.”Ah, Poppy baru ingat. Beberapa saat setelah ia melaporkan diri soal dirinya yang tersesat dan kehilangan barangnya, pria itu datang. Dia bilang kalau dirinya adalah teman Papi dan Regan, dan Regan sedang dalam perjalanan menuju polsek. Pada saat itu, rasanya Poppy ingin kabur kembali. Ia sudah membayangkan betapa buruk perasaannya jika harus bertemu Regan lagi.Namun ternyata, yang

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 68

    “Mbak Poppy sudah ditemukan di Polres XX, Mas Regan.”Regan tidak peduli dengan ucapan Pak Ferdi selanjutnya. Ia bahkan tidak sadar kalau yang disambarnya adalah kunci motor Dante, sebelum melihat bahwa alarm mobilnya tak kunjung bunyi. Merasa tidak ada waktu untuk menukar kunci, jadi ia langsung saja mengendarai motor itu dan melesat menuju tempat Poppy.Sepanjang perjalanan, pikiran Regan tidak tenang. Apa yang terjadi sampai Poppy berada di tempat yang berjarak dua jam lebih dari rumahnya. Untuk dikatakan kabur dari rumah, itu terlalu mudah ditemukan. Namun di satu sisi, sangat mustahil juga Poppy berpergian seperti ini tanpa mengabari Dante.Satu yang akhirnya mungkin menjadi jawaban adalah Poppy sedang menghindari Regan.Mengingat itu, amarahnya tentu tak terbendung lagi.Perjalanan sejauh itu Regan tempuh seperti orang gila. Ia hanya membutuhkan satu jam lebih sepuluh menit untuk

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 67

    Hari berjalan lambat setelah kejadian kemarin. Regan seperti tidak diberikan kesempatan untuk menjelaskan oleh Semesta. Poppy terus mengabaikannya, ditambah sikap Dante semalam, Regan juga khawatir jika bersikap terang-terangan di rumah.Begitu banyak waktu yang Regan buang hanya dengan memandangi layar ponsel. Tidak ada jadwal operasi hari ini—berbanding terbalik dengan kemarin. Regan hanya visite dan konsultasi dengan beberapa pasien. Namun, justru itu yang membuatnya lebih membenci hari ini.Ruang chat Poppy masih sehambar kemarin. Wanita itu tidak mengangkat panggilan video atau panggilan suara darinya. Beberapa chat hanya dibaca dan sisanya bahkan tidak dibaca sama sekali. Hari ini pun Regan sudah mencoba kembali, tetapi hasilnya masih sama.Regantara Dashar: Pop, tolong angkatRegantara Dashar: Ayo kita ketemu, aku mau jelasin semuanyaRegantara Dashar: Aku gak bisa jelasin di

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 66

    Pintu kayu di depannya terasa begitu mengintimidasi di mata Regan. Jantungnya berdebar sangat kencang karena tahu Poppy ada di dalam sana. Hari sudah berganti dan jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Regan baru saja pulang dari rumah sakit setelah seharian disibukkan dengan pasien.Sepertinya, Semesta tidak mengizinkannya untuk tenang hari ini.Sekali lagi, ia melihat ponselnya yang menunjukkan ruang obrolan dengan Poppy. Wanita itu belum membaca pesan terakhirnya—yang mengajak Poppy untuk berbicara setelah Regan pulang. Regan menghela napas, tangannya sudah terangkat ingin mengetuk pintu itu sebelum sebuah suara menginterupsinya.“Jangan.”Pria itu menoleh. Beberapa langkah darinya, tepatnya di depan dispenser, Dante sudah berdiri sambil membawa mug berbentuk kepala anjing. Regan lupa kalau sahabatnya itu suka keluar tengah malam untuk mengambil minum.Regan tidak bisa melihat wajah

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 65

    “Kenapa berhenti, Babe—oh, ada tamu, ya?”Regan tidak menghiraukan ucapan Claudia itu, malah mendorongnya untuk menyingkir, dan segera menghampiri Poppy. Dia tidak tahu kenapa keadaannya menjadi seperti ini. Bodohnya Regan yang terlalu terbuai dengan sentuhan itu sebelum memastikan siapa yang memeluknya. Tubuh dan pikirannya yang kelelahan membuat semua otaknya tidak bisa bekerja dengan baik.Seharusnya ia sadar waktu Claudia memeluknya dari belakang dan langsung menarik tubuhnya untuk berbalik. Poppy bukan wanita yang bisa bersikap agresif di depan pria mana pun, bahkan di depan Regan sendiri.“Pop, ini gak—”Kepala Regan terasa kosong hanya untuk memberikan penjelasan. Apalagi ketika melihat Poppy jelas-jelas menepis tangannya itu. Wajah wanita itu sudah tampak pias, dengan bola mata bergetar. Satu gerakan lagi saja, mungkin Poppy bisa menangis di sana.&ldquo

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 64

    Tidak perlu waktu lama untuk Regan memacu mobilnya menuju rumah sakit. Begitu sampai pun, sudah ada perawat yang menunggunya untuk menjelaskan situasi. Regan mengantar Poppy ke ruangannya sambil mendengarkan penjelasan sang perawat. Setelah memastikan Poppy sampai dengan selamat di ruangannya, Regan segera pergi ke ruang operasi bersama perawat itu.Dan sekarang, Poppy kebosanan.Ruangan Regan sama monotonnya dengan ruang dokter lainnya. Hanya ada seperangkat komputer, tumpukan dokumen, dan buku-buku medis. Furnitur lainnya yaitu satu sofa kecil—tempat Poppy duduk sekarang. Mungkin karena ini ruangan pribadi Regan, yang biasanya menjadi tempat pria itu menyusun laporan dan konsultasi saja, tidak ada ranjang pasien di sini.Poppy pikir, ia hanya perlu menunggu paling lama setengah jam. Namun, dua jam berlalu, Regan tidak juga kembali. Perutnya mulai keroncongan. Poppy baru ingat kalau terakhir ia makan adalah saat jam isti

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 63

    Ada kebanggaan yang membuncah ketika Regan melihat binar mata Poppy sekarang. Kerja kerasnya terbayar sudah. Ia tidak menyesal telah merogoh tabungannya lebih dalam, sampai beberapa kali bersitegang dengan arsitek dan interior desainer demi rumah ini. Wanita itu terlihat sangat bahagia.Walaupun pasti tidak sebanding dengan apa yang Regan rasakan sekarang.“Kak? Serius?”Itu bukan pertanyaan pertama Poppy ketika memasuki ruangan ini—ruangan yang khusus Regan buat untuk wanita itu. Ruangan ini juga yang paling banyak menyita waktu renovasi. Hampir sebulan penuh Regan habiskan untuk konsultasi desainnya.“Gimana? Suka?” Regan malah balik bertanya.“Siapa yang gak suka perpustakaan pribadi!” Poppy memekik senang dengan bibir yang tak berhenti tersenyum. “Dan… dan… buku-bukunya! Oh my God!”Baru kali ini Regan melihat ekspr

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 62

    Poppy sempat berpikir Regan sedang menjahilinya kembali. Namun, begitu melihat pintu garasi rumah itu terbuka otomatis hanya dengan satu tekan di ponsel Regan, ia tidak bisa berkata-kata. Regan pun dengan tenangnya memasukan mobil ke garasi.“Ayo, turun,” ajak pria itu sambil membuka sabuk pengaman.“Sebentar, sebentar….” Poppy mengangkat satu tangannya. “Rumah kita? Maksudnya… kok, bisa—gak, maksudku, aku gak merasa pernah beli rumah atau nabung buat beli rumah….”Rancauan Poppy dibalas Regan dengan senyuman dan cubitan ringan di pipinya. “Aku jelasin di dalam, ya.”Melihat tidak ada tanda-tanda Poppy akan keluar dengan cepat, Regan pun memutar langkahnya dan membuka pintu di sebelah Poppy. Ia menuntun wanita itu untuk turun dari mobil, lalu membawanya ke sebuah pintu di sana. Pintu itu ternyata terhubung dengan tangga yang membawa mereka ke

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status