Share

BAB 7

Penulis: Ziajung
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-31 10:53:57

 

Mata Poppy membulat. “O-omongan Kakak bisa masuk pelecehan seksual, tau!”

Poppy terlalu malu untuk menyatakan diri seorang perawan. Pada saat teman-teman seusianya memamerkan kehidupan seks yang bergelora—baik bersama suami, pacar, ataupun ‘partner’—Poppy malah terjebak dalam imajinasinya sendiri. Terlebih, ia menuangkan imajinasinya itu dalam bentuk tulisan dan dipublikasikan. Apa kata dunia jika cerita dewasa ini dibuat oleh seorang wanita yang sama sekali tidak memiliki pengalaman seks?!

“Jadi benar, kamu gak punya pengalaman?” Regan malah membalikkan kata-kata Poppy.

Wanita itu terjebak. Regan memang tidak menuduhnya secara langsung tadi. Namun, harga diri Poppy yang tersenggol malah membongkar semuanya.

Poppy menghindari mata Regan yang menatap lurus ke arahnya. “Hm.”

“Berciuman?”

Sekarang, Poppy menelan air liurnya sendiri. “P-pernah. Waktu kelas 2 SMP....”

“Apa itu bisa disebut ciuman?”

Sekali lagi, harga diri Poppy tersenggol. Tidak ada aturan tertulis bahwa penulis cerita dewasa harus memiliki pengalaman seks—walaupun itu pasti memberikan nilai tambah. Apalagi Regan meremehkan ciuman pertamanya dengan seorang teman sekelasnya waktu kelas 2 SMP. Padahal waktu itu, Poppy masih menganggap ciuman adalah sesuatu yang sakral dan melambangkan cinta sejati.

Wajah Poppy memberengut. “Aku tau ciuman kayak apa kok! Aku sering nonton film.”

P**n?”

Poppy sontak menoleh dengan mata membulat. “Bukan, ya!”

“Kamu udah 27, Poppy. Sah-sah saja kalau memang nonton p**n.” Regan mengangkat bahu, lalu kembali meraih cangkir tehnya. “Tapi tetap, itu tidak cukup, kan.”

“Tapi buku pertama aku sukses kok dengan referensi itu!”

Poppy sepertinya tidak sadar kalau dirinya baru saja membongkar aib sendiri. Ia juga tidak menyadari kalau sudut bibir Regan sudah terangkat karena jawabannya itu. Umur hanyalah angka, pada kenyataannya, Poppy masih sepolos itu.

“Kalau kamu masih pakai formula yang sama, ya pembaca akan bosan,” sahut Regan masih tenang sambil meletakkan cangkir tehnya kembali.

Poppy tidak memperhitungkan ini sebelumnya. Memberikan draf mentahnya kepada Regan sama saja dikuliti habis-habisan. Pria itu tidak hanya mengkritik tulisannya, tetapi juga kehidupan seksnya. Dan Poppy jadi semakin kesal karena ia sama sekali tidak bisa membantah ucapan Regan.

“Jadi aku harus gimana?” tanya Poppy dengan perasaan setengah kesal. Ia meraih laptop itu, bersiap untuk mencatat revisi dari Regan.

Regan duduk bersandar sambil bersilang kaki. Matanya menatap lurus Poppy dengan senyum tipis di sudut bibirnya. “Mau aku ajarin?”

“Apa?”

Alis Poppy berkerut. Bukan hanya terkejut, ia juga bingung apa yang dimaksud Regan. Apa yang ingin diajarkan pria itu?

“Ciuman,” jawab Regan.

Jari-jari Poppy berhenti di atas keyboard laptopnya. Ia tidak tahu apakah Regan sedang bercanda atau tidak. Senyum pria itu belum pudar, tetapi tatapan matanya masih lurus mengarah kepada Poppy.

Apa maksud ucapan Regan? Apa pria itu serius? Mengajari ciuman... terdengar klise, tapi entah kenapa seperti sebuah penawaran menarik untuk Poppy. Bibirnya yang belum pernah tersentuh sejak belasan tahun lalu itu, pasti juga penasaran.

Regan menyadari perubahan raut wajah Poppy. Wanita itu memang tampak terkejut tadi, tapi sekarang malah bungkam seribu bahasa. Poppy seolah tenggelam dalam pikirannya sendiri.

“Sudahlah, aku cuma—“

“Boleh,” Poppy menjawab sebelum Regan menyelesaikan ucapannya. “Aku mau... diajarin ciuman.”

Regan tidak langsung bereaksi. Pria itu malah terdiam beberapa saat, sebelum tawanya pecah. Begitu geli sampai ia menurunkan kaki dan menutup wajahnya dengan satu tangan. Sementara itu, Poppy malah bingung sendiri. Apa ada yang salah dengan jawabannya?

I don’t know you were this attractive, Sweetheart.”

Dada Poppy berdesir kala Regan memanggilnya begitu. Sekali lagi, Poppy berpikir apakah ia sudah membuat keputusan yang benar atau tidak. Terlebih, yang dihadapinya adalah Regantara Dashar, seorang pria matang yang—kata Dante—playboy.

Come here,” setelah puas tertawa, Regan menepuk sofa di dekatnya, menyuruh Poppy untuk mendekat.

Wanita itu pun meletakkan laptopnya ke meja dan bergeser. Mereka sudah duduk berhadapan di sofa besar itu. Kedua kaki Poppy bersilang di atas sofa, sedangkan Regan sengaja mengulurkan satu kakinya ke bawah. Satu tangan pria itu ada di punggung sofa, dan satunya lagi menuntun pinggang Poppy agar lebih mendekat.

“Tutup mata kamu,” ucap Regan dengan suara dalam dan lembut.

Poppy menurut. Wanita itu perlahan menutup matanya, dan mulai merasakan napas beraroma mint itu menyentuh ujung hidungnya. Regan tidak langsung menciumnya, tetapi hanya menggesekkan ujung hidungnya ke hidung Poppy.

“Apa yang kamu rasakan?” bisik Regan tepat di depan bibir Poppy.

Bibir Poppy terbuka, tapi kesulitan untuk mengeluarkan kata-katanya. Napasnya terasa semakin berat setelah merasakan kehangatan napas Regan. Ia bahkan tidak mampu membuka matanya, seolah Regan telah menarik semua kekuatan dalam dirinya.

“... Gak tau...,” jawab Poppy akhirnya.

“Gak apa-apa. We can take it slow.”

Dan bibir hangat itu bertemu dengan bibir Poppy.

Bab terkait

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 8

    Bibir Regan terasa seperti cokelat yang meleleh di mulut Poppy. Rasanya seperti perpaduan pahit dan manis, serta sensasi hangat daun mint. Regan seperti hidangan penutup premium untuknya.Semakin dicecap, semakin Poppy ketagihan. Ia ingin merasakan lebih dari sekadar rasa manis dan pahit itu. Poppy membuka mulutnya, tetapi sesuatu benda basah dan lunak menyusup di sela bibirnya dengan cepat. Lidah Regan membelai permukaan bibirnya, sebelum bertemu dengan lidah Poppy di dalam mulutnya.“Hm....”Poppy tidak sadar kapan tepatnya tangan itu bersandar di dada Regan. Ia juga tidak sadar ketika pria itu menarik pinggangnya untuk lebih mendekat. Kepalanya hanya penuh dengan suara kecapan yang basah itu. Sampai Poppy merasakan dadanya mulai sesak dan mulai meremas kaus Regan.Regan menjauhkan bibirnya. “Bernapas, Poppy....”Meskipun begitu, napas Regan sama memburunya. Poppy pun membuka mata dan langsung berhadapan dengan tatapan berkabut milik Regan. Itu adalah ekspresi yang tidak pernah Rega

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 9

    “Apa yang buat kamu penasaran?”Entah ini hanya perasaan Poppy atau memang Regan semakin menundukkan kepalanya. Suara pria itu pun semakin berat dan dalam, bahkan terdengar hampir seperti bisikan saja.“Apa... bedanya dengan ciuman biasa?” tanya Poppy dengan suara pelan.Mata hitam itu membuat Poppy tenggelam semakin dalam. Napasnya yang beraroma mint membentur ujung hidung Poppy.“Gimana kalau kamu coba sendiri?”Poppy menelan air liurnya. Ciuman semalam masih terbayang, tetapi ia terus menyakinkan dirinya bahwa Regan melakukan itu hanya untuk pelajaran saja. Lantas, apakah Poppy harus melakukan itu lagi demi adegan yang sedang ditulisnya? Apa... itu tidak apa-apa.Kebimbangan itu membuat Poppy tanpa sadar menggigit bibir bawahnya. Beberapa kali ia melihat film dewasa dengan adegan ciuman, tapi belum bisa membedakan mana french kiss,

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 10

    Setelah mendapat satu kata “ACC” dari Regan, Poppy segera mengirimkan draf itu kepada editornya. Ia sudah siap mendapat kritikan kedua, tetapi respons editornya justru di luar dugaan. Dia sangat senang, bahkan memuji-muji tulisan Poppy dan mengatakan kalau ini adalah karya besar. Dia tidak sabar untuk Poppy membuat draf lanjutan sampai siap diterbitkan kembali.Ternyata efektif juga ya belajar sama Kak Regan, pikiran itu langsung terlintas di kepala Poppy setelah mendapat rentetan pujian dari editornya. Ternyata benar, pengalaman adalah guru yang paling baik.Poppy melihat lagi tulisan yang dibuatnya. Sejujurnya, kata-kata itu tidak sepenuhnya menggambarkan apa yang Poppy rasakan saat itu. Ciuman Regan... lebih dari sekadar “manis”, “basah”, dan “indah” yang Poppy gambarkan di sana. Ada sesuatu yang membuat dadanya berdesir lebih hebat.Tangan wanita itu

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 11

    Ketika Regan mengatakan ‘sampai jumpa’, Poppy tidak menyangka kalau mereka akan bertemu secepat ini. Pukul 5 sore, Poppy akhirnya keluar dari sekolah itu, dan mendapati mobil Regan sudah berhenti di depan lobi.Kaca jendela mobil Regan pun turun ketika Poppy mendekat. “Kakak ngapain di sini?”“Jemput kamu,” jawab Regan, masih duduk anteng di belakang kemudi. “Dante yang suruh.”Masuk akal juga. Memang biasanya Poppy pulang-pergi sendiri dengan ojek online atau diantar-jemput Dante. Kakaknya itu pasti sangat khawatir karena tidak bisa menjaga Poppy selama beberapa hari ke depan. Namun, ia tidak menyangka kalau Dante benar-benar menitipkannya kepada Regan.Untuk menghargai usaha Regan—dan Dante—Poppy akhirnya naik ke mobil itu. Sepertinya setelah ini ia harus memberitahu Dante untuk tidak mengkhawatirkannya. Bagaimanapun, Regan adalah seorang dokter bedah yang sibuk, Poppy jadi tidak

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 12

    Jari-jari Regan mencengkeram roda kemudi dengan erat. Buku-bukunya pun memutih. Sial sekali. Sudah dua kali ia hampir terjebak dalam hasrat bejat itu.Regan menarik napas panjang, lalu kembali melihat ke depan. Ia sedang berusaha menenangkan isi kepalanya.“Kamu tahu maksud ucapan kamu tadi, kan?” tanya Regan dengan suara rendah dan sedikit serak, sambil menjalankan lagi mobilnya kembali.Poppy menelan air liurnya sendiri. Tentu saja ia tahu. Memahami soal gairah, artinya ia harus menyentuh titik tersensitif tubuhnya. Sebagai seorang perawan yang sama sekali tidak berpengalaman, tawaran Regan tadi terdengar sangat gila. Namun di satu sisi, kepala Poppy terus menantangnya untuk mencoba.Perlahan, Poppy mengangkat kepalanya. Dari samping sini, ia bisa melihat perubahan ekspresi Regan. Tidak ada senyum seperti tadi. Rahangnya pun tampak mengeras, dan jakunnya naik turun seperti menahan kesa

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 13

    “Kak—“ Poppy mendesah di antara ciuman Regan dan gerakan jarinya.Ciuman Regan terputus, dan bibir pria itu berpindah ke belakang telinga Poppy. Napas panasnya menghantarkan getaran yang membuat tubuh Poppy semakin lemas. Seluruhnya ia bersandar pada tubuh kekar Regan.Ting! Tong!“Permisi! Paket!”Poppy menoleh ke arah pintu, tetapi Regan masih belum berhenti menciumi telinga dan leher Poppy. Begitu pun jarinya yang masih berusaha menurunkan celana dalam Poppy.“Kak....”“Paket buat Mas Dante Januar!” teriak seseorang itu lagi dari luar pintu.Nama lengkap Dante sukses membuat Regan mendesah berat, Ia menjauhkan kepalanya dari leher Poppy dan menatap wanita itu dengan frustrasi. Meskipun begitu, tangannya masih berada di balik rok Poppy itu.“P-paket, Kak,” ucap Poppy terbata.Wajah wanita itu sudah sangat merah, bahkan bibirnya jug

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 14

    Ceklek!Mata Regan membesar ketika pintu itu bisa dibukanya. Tidak terkunci.“Poppy?” panggil Regan pelan sambil melangkah masuk. Ini adalah kali pertamanya ia masuk ke kamar wanita itu.Seperti kamar wanita pada umumnya, kamar Poppy sangat rapi dan tertata. Ruangannya didominasi warna peach, dengan sentuhan pastel. Ada rak berisi penuh buku di salah satu sudut ruangan, sebuah lemari pakaian, meja rias, kasur dengan seprai merah muda, dan....Poppy yang tertidur di atas meja belajar.Wanita itu sudah mengganti pakaiannya dengan kaus oblong dan celana pendek. Sepertinya dia juga sudah mandi. Poppy merebahkan kepalanya di atas meja, dan menjadikan satu lengannya sebagai bantal. Laptop di depannya masih menyala, dan ada satu buku terbuka berisi tulisan tangannya.Regan menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Poppy. Mulut wanita itu sedikit terbuka. Jika dilihat dari air liur itu, sepertinya memang Poppy sudah terlelap dalam.Regan mendengkus geli. “Baru beberapa menit yan

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 15

    Eh?Apaan sih, Poppy Sofia! Poppy mengumpat dirinya sendiri. Ia pun menggeleng keras dan mulai mengangkat sendoknya. Sepertinya, rasa lapar ini sudah mempengaruhi kerja otaknya.“Kenapa?”Uhuk!Pertanyaan Regan yang tiba-tiba membuat Poppy tersedak kuah soto. Apalagi kuahnya masih panas dan terasa pedas, rasa menyengat itu sampai menusuk hidungnya.“Pelan-pelan aja, aku gak bakal minta,” ucap Regan kemudian sambil menggeser gelas berisi air putih ke hadapan Poppy.“Makasih,” dengan masih sedikit terbatuk, Poppy meraih gelas itu.Regan tidak menyahut dan kembali ke tabletnya. Ia juga tidak melanjutkan pertanyaannya tadi. Suasana dapur yang temaram itu menjadi hening seperti sebelumnya.Tanpa sadar, Poppy melirik sinis tablet di hadapan Regan. Pria itu memakai earphone di salah satu telinganya, j

Bab terbaru

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 24

    Suara itu membuat Poppy mengangkat pandangannya. Ia tidak akan begitu kaget kalau Dante yang bertanya. Namun, di sini Regan-lah yang bertanya—seorang Regantara Dashar yang mempunyai sejuta martabat itu menanyakan nasi kepadanya?!“Buat?” dengan bodohnya, Poppy malah bertanya balik.“Aku kayaknya laper juga,” jawab Regan sambil menggeser kursinya, lalu berjalan menuju dapur. “Aku boleh minta mi kamu sedikit?”Terdengar decakan berulang dari Dante. “Gelar doang dokter, kalau laper kepepet tetap aja makan mi instan pakai nasi.”“Dokter juga manusia,” sahut Regan dari dapur.Tak berapa lama kemudian, pria itu kembali dengan semangkuk nasi. Dia pun pindah duduk di sebelah Poppy. Wanita yang masih kebingungan itu pun diam saja saat Regan memindahkan setengah porsi mi-nya ke mangkuk berisi nasi itu.Regan yang Poppy tah

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 23

    Dante yang merasa haus pun menyalakan lampu tidur untuk melihat jam yang baru menunjukkan pukul 11 malam. Mungkin karena efek pasca-operasi, Dante jadi cepat merasa lelah dan tidur lebih awal. Biasanya, dia masih bisa mengobrol dengan Regan sampai tengah malam dan tetap bangun pagi-pagi keesokan harinya.Air di gelasnya kosong, membuat Dante dengan terpaksa harus keluar dari kamar. Sialnya, air di dispenser atas pun kosong, galonnya belum diganti. Akhirnya, Dante terpaksa melangkahkan kakinya dengan malas ke lantai bawah.Pada saat itulah ia melihat lampu kamar Poppy masih menyala dari celah pintu. Heran sekali. Walaupun sudah berusia 27 tahun, Poppy tidak biasanya masih bangun sampai pukul 11 malam. Ia pun mengetuk pintu itu. Namun, karena tidak ada jawaban, Dante mencoba untuk membukanya—dan tak terkunci.“Dek? Kok, lampunya belum mati?”Kosong. Hanya lampu kamarnya yang menyala, tapi pemiliknya tidak ada. Kamar mandinya

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 22

    Tidak seperti ciuman-ciuman sebelumnya, kali ini Poppy langsung menutup mata begitu merasakan lembutnya bibir Regan. Pria itu seolah semakin berani menguasai Poppy di tengah temaramnya lampu dapur. Satu tangannya mengingkari pinggang Poppy, sebelum dengan mudahnya memindahkan tubuh mungil Poppy ke pangkuannya. Sekarang, kedua kaki Popi duduk mengangkangi tubuh Regan yang masih duduk di kursi meja makan.“Gak mau jawab? Hm?” tanya Regan dengan suara seraknya setelah melepas ciuman itu sesaat. Ia menggigit gemas bibir bawah Poppy, sebelum berucap kembali, “Atau kamu takut aku aduin ke Dante?”“G-gak gitu....” Poppy berusaha memundurka wajahnya agar tidak terlalu dekat dengan Regan, tetapi pria itu menahan tengkuknya. “A-aku malu....”“Cuma ada aku di sini.”“Ya, karena cuma ada Kakak, jadinya—“Lagi-lagi,

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 21

    Poppy kehilangan kata-kata untuk sesaat. Bagaimana ia menjelaskan semua ini kepada Regan, kalau dirinya sendiri tidak tahu dari mana memulainya. Semua terjadi begitu saja sampai dirinya berada di titik ini. Namun, kalau Poppy menjelaskan itu, bukankah sama saja memberitahu Regan betapa mesum isi kepalanya ini?“A-aku cuma ikutin pasar, kok! Editorku yang nyuruh.” Pada akhirnya, Poppy memilih untuk melimpahkan dosanya itu kepada orang lain.Regan mengerling, menatap Poppy dengan senyuman. “Benar?”“I-iya!” tanpa sadar, Poppy menaikan suaranya.Regan menggeleng, lalu kembali menatap layar tabletnya. “Apa ini fantasi terdalam kamu, Poppy?” Regan menoleh lagi. “Rough, BDS—““Gak, ya!”Tawa Regan pecah, yang malah membuat wajah Poppy semakin panas. Ia tidak tahu kalau Regan punya sisi jahil sepert

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 20

    “Adeeeeek!”Teriakan itu menyambut Poppy ketika membuka pintu rumah. Poppy melihat Dante berdiri di ruang tengah sambil mengulurkan tangannya. Ya, pemandangan dramatis ini sudah tidak asing di mata Poppy. Wanita itu hanya bisa meringis malu dan berjalan ke arah Dante.Dante membawa Poppy ke dalam pelukannya. Ia pun mengusap-usap rambut Poppy dengan gerakan agak kasar—sedikit berlebihan. “Adek gak kangen Kakak? Kakak di rumah sakit mikirin kamu... kamu makan gak, kamu kecapekan gak, kamu—““Jangan banyak gerak dulu.”Sebelum Poppy menyadari, Regan sudah menarik kaus Dante dan mendorongnya ke sofa di belakang. Entah sejak kapan pria itu sudah ada di sini. Seingat Poppy, Regan masih sibuk menurunkan belanjaannya tadi.“Elah, lagi melepas kangen juga!”“Mending lo mikirin wasiat buat Poppy kalau lambung lo gue potong sekalian.”“Ah, itu....” Sepertinya, jawaban Regan membuat Dante ingat soal pesannya tadi kepada Poppy. “Kangen naspad gue, Pak Dok.”“Kata Kak Regan, jangan makan yang berat

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 19

    Melihat Poppy kembali jalan di depannya, Regan hanya menghela napas. Ada kalanya ia tidak bisa menolak ucapan wanita itu. Padahal mangga itu terlihat sama dengan mangga yang sering dia makan. Lagi pula, kenapa juga Poppy harus mempermasalahkan soal uang?Emangnya muka gue semiskin itu, ya, untuk bisa makan mangga mahal?Mereka masih ada di section sayur dan buah, dan Poppy kembali berhenti di salah satu rak. Wanita itu terdiam cukup lama, sebelum mengambil satu pak stroberi dari sana. Namun, ia tidak langsung meletakkannya di troli, hanya menimbang sambil bergumam pelan.“Lagi mahal, ya... kayaknya minggu lalu gak segini....”Lalu, seperti dugaan Regan, Poppy kembali meletakkan stroberi itu ke rak.Regan tidak paham bagaimana kalkulasi seorang wanita. Harusnya, jika dia menginginkannya, toh tinggal beli. Selain itu, dalam kasus Poppy, dia tidak dalam keadaan harus berhemat. Dante tidak semiskin itu—

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 18

    Sebagai tim legal, Dante memang memiliki kemampuan yang luar biasa. Dia sangat cakap berbicara dan bernegoisasi. Itulah kenapa papa Regan mempercayakan posisi ketua tim legal kepada Dante—terlepas dari kedekatan hubungan mereka.Namun di satu sisi, pria ini sangat tidak peka membaca keadaan sekitarnya. Untuk saat ini, Regan sangat berterima kasih atas itu.“Mungkin,” Regan hanya menanggapi seadanya. Ia tidak mau membuat Dante menaruh curiga.Helaan napas Dante terdengar, membuat Regan akhirnya ikut bernapas lega. “Yah... semoga aja setelah ini dia ketemu sama cowok yang baik deh.”Ucapan Dante merupakan ucapan tulus seorang kakak untuk adiknya—walaupun nada bicaranya sangat menyebalkan. Namun, Regan justru tidak menyukai hal itu. Poppy bertemu pria baik... baik dalam arti bagaimana? Baik di mata Dante, bukan berarti baik untuk Poppy....Dan dirinya.

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 17

    Poppy semakin tidak mengerti arah pembicaraan ini. Beberapa detik lalu, mereka masih membahas Dante, lalu tiba-tiba Regan berkata “ayo”. Kalau artinya untuk menjemput Dante, bukankah pria itu yang bilang sendiri kalau Poppy tidak perlu khawatir?Regan yang sudah berjalan untuk mengambil kunci mobilnya yang ada di meja dekat TV pun menyahut, “Aku antar kamu ke sekolah.”Poppy tidak bisa membantah apa pun karena Regan sudah berjalan lebih dulu menuju halaman depan. Seketika, ia menjadi panik. Ini sudah hari kedua Regan menawarkan diri untuk mengantar Poppy bekerja. Biasanya tidak pernah. Sekalipun berangkat bersama, pasti ada Dante di antara mereka.Akhirnya, mau tidak mau Poppy menyelesaikan suapan terakhir nasi gorengnya dengan sedikit terburu-buru. Setelah meletakkan peralatan makannya ke tempat cuci piring, ia pun menyusul Regan yang sedang memanaskan mesin mobil.Tidak sep

  • Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku   BAB 16

    Poppy terpaku. Entah karena ucapan Regan, atau karena ibu jari pria itu yang mengusap ujung bibirnya. Dari jarak sedekat ini, Poppy bisa melihat jelas detail wajah Regan di bawah temaramnya lampu dapur. Lesung pipi pria itu tampak dalam saat tersenyum. Sepasang mata tajam itu menatap lurus dirinya, seolah ingin membaca seluruh isi kepala Poppy. Dan bibir itu... bibir yang sudah menciumnya beberapa kali, tapi tetap terlihat sangat menggoda.“Aku sendiri kaget waktu Dante bilang kamu sekarang udah jadi guru.”Suara Regan berikutnya membuat Poppy akhirnya tersadar. Wanita itu mengerjap, dan buru-buru melap bibirnya sendiri. Mungkin ada sisa kuah soto yang belepotan di sana.“K-kenapa?” tanya Poppy untuk mengurangi rasa gugupnya.“Dante manjain kamu banget dari dulu. Walaupun dia selalu bebasin kamu ikut ekskul apa pun sampai pilih jurusan kuliah. Dia sama sekali gak expect

DMCA.com Protection Status