Share

BAB 5

 

Air liur Poppy terasa jauh lebih pahit sekarang. Salah satu yang paling ia takuti di dunia ini adalah saat identitas rahasianya terbongkar. Belum lagi, Regan sangat dekat dengan kakaknya.

Bagaimana kalau ia langsung mengadukan itu kepada Dante? Apakah Poppy bakal dikurung seumur hidup di kamarnya, tanpa ponsel, laptop, dan internet?

Poppy tidak mau membayangkan itu!

“I-itu... itu bukan tulisan aku. Iya, hahahaha, aku copy itu dari web tulisan orang lain.” Poppy menghindari tatapan Regan dan tertawa canggung. Jari telunjuk kanannya memainkan cincin yang melingkar di telunjuk kirinya. “Karena bagus dan mau aku baca jadinya aku masukin dokumen.”

Regan masih menatap Poppy dengan senyum tipis itu. Dari ujung matanya, Poppy bisa melihat kepala pria itu mengangguk.

“Begitu?”

Pertanyaan Regan seolah hanya formalitas, tidak perlu mendapat jawaban dari Poppy. Namun, wanita itu tetap mengangguk dengan penuh keyakinan.

“Kamu fans banget sama Maria Quinn, ya?” tanya Regan lagi.

Poppy tidak tahu apakah ia sedang menelan air liurnya sendiri atau batu kerikil. Sejauh mana yang Regan ketahui? Seingat Poppy, ia baru menuliskan judul dan draf kasar saja, tidak sampai menuliskan nama penanya di sana.

“Aku akuin, tulisan dia bagus dan... seksi.” Regan yang masih menatap Poppy pun menyandarkan punggungnya ke kursi. Alisnya bergerak naik ketika mengucapkan kata terakhir itu.

Lalu, seolah baru teringat sesuatu, ia pun kembali menegakkan tubuhnya dan mengambil tablet PC di meja. “Oh, karena kamu katanya baru mau baca, gimana kalau aku bacain di sini. Jadi, kamu gak perlu repot-repot baca sendiri nanti.”

Poppy buru-buru mengibaskan tangannya. Membaca tulisannya sendiri adalah hal terlarang untuk Poppy. Ia tidak mau dirinya tenggelam dalam lautan penuh rasa malu.

“G-gak perlu, Kak. Aku bisa baca sendiri nanti,” Poppy beralasan.

“Aku tau kamu bakal repot urus Dante nanti.” Namun, Regan tidak mau kalah. “Jadi, lebih baik dibacain sekarang, kan.”

Poppy tidak tahu kalau Regan mempunyai sisi keras kepala seperti ini. Ia selalu memandang Regan sebagai sosok yang lebih dewasa daripada Dante. Regan adalah pria yang tenang, lembut, sopan, walaupun jarang berbicara. Melihatnya bertingkah seperti ini adalah hal yang baru untuk Poppy.

Wanita itu terpaku dengan perubahan sikap Regan sampai tidak menyadari senyum miring kembali terbit di bibir pria itu. Regan sudah mengangkat tabletnya dan kembali bersandar di kursi. Sambil bergerak pelan, suara beratnya mulai mengalun di udara.

“Jangan lakukan itu, Tuan!’ pria itu tetap tidak mendengarkanku. Tubuh kekarnya memenjarakanku di antara tembok. Suaranya yang berat, berbisik tepat di telingaku, “Kau itu milikku, selamanya milikku—“

Mata Poppy membulat! “AH! STOP!”

Ia mencoba untuk meraih tablet Regan, tapi tentu saja pria itu bergerak lebih cepat. Wajah Poppy sudah memanas dan memerah. Bola matanya yang bergetar itu melihat bibir Regan kembali terbuka—ingin melanjutkan bacaannya. Buru-buru wanita itu menutup telinga dan memalingkan wajah.

Namun, bukan lanjutan kalimat novel Poppy yang terdengar, melainkan kekehan renyah pria itu. “Kamu punya hobi yang unik, Poppy Sofia.”

Regan meletakkan tablet yang sudah dimatikan itu kembali ke meja. Tangannya bersidekap di depan dada. Sambil bersandar, satu kakinya bertumpu di kaki lain.

Poppy menggigit bibir bawahnya. “J-jangan bilang ke Kak Dante ya, Kak. Please....”

“Kenapa?”

“K-karena....”

“Karena takut ketauan kalau adeknya yang polos ternyata punya imajinasi liar?” potong Regan.

“Bukan gitu!” Tapi, gak salah juga, sih.... “Kalau Kak Dante tau aku dapat uang dari nulis itu, dia pasti akan salahin dirinya sendiri dan bakal kerja dua kali lebih gila supaya aku berhenti.”

Poppy tidak tahu apakah Regan akan memakan alasan itu atau tidak. Walaupun tidak sepenuhnya berbohong, Poppy juga mengkhawatirkan kakaknya itu. Di satu sisi, kalau ia terlalu jujur dan mengatakan kalau menulis cerita dewasa hanya sekadar hobi, sudah pasti Regan akan mencapnya sebagai wanita aneh.

Bagaimana tidak? Seorang wanita 27 tahun, guru pre-school yang berwibawa, tidak sedang menjalin hubungan, menulis cerita erotis yang tidak biasa. Oh, jangan bayangkan sebuah adegan manis saja. Tulisan Poppy bertema dark-romance yang kebanyakan dibumbui fantasi juga.

Poppy mengangkat kepalanya. Ia mencoba untuk merayu Regan dengan tatapan memelas. “Ya, Kak Regan. Please, jangan kasih tau Kak Dante.”

Pria itu tidak langsung menjawab. Ia mengetukkan jari-jarinya di atas meja sambil menatap Poppy. Sontak saja itu membuatnya mengalihkan pandangan lagi sambil berdeham. Ditatap seorang Regantara Dashar sangat tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

“Oke.”

Mata Poppy berbinar mendengar jawaban Regan. Senyumnya merekah. “Maka—“

“Tapi ada syaratnya.”

Dia senang terlalu cepat. Tentu saja Regantara Dashar bukan orang yang mudah seperti Dante. Walaupun senyumnya memudar, Poppy tetap berusaha tidak terlihat kesal.

“Apa?” tanyanya.

“Mulai sekarang....” Regan menarik kursinya agar lebih dekat dengan Poppy. Mereka masih terhalang sebuah meja, tetapi entah kenapa Poppy bisa merasakan harum aroma mint dari napas pria itu.

Mata wanita itu mengerjap dua kali. Tubuhnya terasa kaku, tidak bisa bergerak, walaupun ia tahu kalau Regan sengaja mendekatkan wajah ke arahnya.

“Sebelum kamu kasih draf itu ke editor, kamu harus ACC-an ke aku dulu.”

“K-kenapa?” cicit Poppy.

Regan tersenyum miring. “Sepertinya aku suka tulisan Maria Quinn. Aku mau jadi pembaca eksklusif.”

“K-Kakak bisa baca itu nanti kalau udah terbit.”

Regan menyelipkan rambut Poppy yang menutupi pipi bulatnya ke belakang telinga. “Aku mau jadi pembaca pertama semua tulisanmu, bahkan sebelum editor kamu. Paham?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status