Yandi segera masuk ke dalam ruang kantor saat Becca keluar. Terlihat Tuan Arga tersenyum simpul, matanya memancarkan semangat yang jarang dilihat Yandi.
Menghela nafas lega, tak terasa Yandi pun ikut tersenyum. Yandi merasa urusan dengan Becca akan berjalan mudah dan lancar. Yandi berdiri saja di hadapan Tuan Arga, menunggu apa yang akan diperintahkan padanya."Yandi, tolong buatkan perjanjian hutang piutang pada Becca, supaya semuanya jelas. Ada hitam di atas putih," perintah Tuan Arga.
"Baik, Tuan. Apakah seperti yang Tuan Arga katakan tadi di mobil? Becca bekerja sebagai koki di rumah Tuan selama satu tahun?" tanya Yandi memastikan.
"Benar."
"Apakah ada tambahan yang lain?" tanya Yandi lagi.
"Hem ... Sepertinya itu sudah cukup. Buatkan draft kontraknya, biar nanti aku periksa," kata Tuan Arga.
"Baik, Tuan."
"Apa jadwalku setelah ini?" tanya Tuan Arga, lalu berdiri dan akan meninggalkan kantor Jewelry Gallery ini. Ia tahu sudah waktunya kembali pada pekerjaannya yang sudah pasti menumpuk.
"Setelah ini, Tuan Arga sudah dijadwalkan untuk bertemu klien dari Singapura. Sepertinya mereka ingin memperpanjang kontrak," jelas Yandi sambil membuka catatan di ponselnya tentang jadwal Tuan Arga hari ini.
"Baiklah. Mereka ingin bertemu di mana?" tanya Tuan Arga yang sudah berjalan keluar kantor.
Pak Rohan dan karyawan yang lain menundukkan kepalanya tanda hormat pada big boss mereka tanpa banyak bicara, hanya melihat Tuan Arga dan Yandi keluar dari Jewelry Gallery lalu masuk ke mobil mereka."Mereka sudah menunggu di kantor pusat, Tuan," kata Yandi sambil menyetir mobil dengan kecepatan sedang.
"Oke," sahut Tuan Arga sambil mengambil ponsel yang ada di sakunya karena berbunyi, tanda ada panggilan masuk.
Saat melihatnya, Tuan Arga pun menolak panggilan itu. Ia membuang ponselnya ke samping tempat duduknya. Nama 'Sarah' terlihat lagi saat ponselnya kembali berbunyi.
Rasanya ia sangat malas meladeni Sarah, apalagi di jam kerjanya yang padat.Tuan Arga lalu memblokir nomor Sarah. Ia tidak mau mengambil resiko jika Sarah kembali menelponnya saat nanti sedang ada meeting penting.
"Yandi, tolong kamu selidiki Sarah," perintah Tuan Arga sambil memijit keningnya.
"Selidiki bagaimana, Tuan?" tanya Yandi tidak begitu paham akan apa yang Tuan Arga maksud.
"Kamu selidiki saja semuanya tentang Sarah. Aku hanya ingin mencari celah agar bisa memutuskan pertunangan. Tidak tahan rasanya jika ia bermanja-manja," ucap Tuan Arga kesal. Entah mengapa semakin hari, rasa sebalnya pada Sarah semakin bertambah. Apalagi jika Sarah mulai merajuk dan manja, Tuan Arga hanya ingin segera menjauh. Tapi untuk saat ini, rasanya itu tidak mungkin. Ia hanya memikirkan orang tuanya jika ia memutuskan pertunangan dengan Sarah tanpa alasan yang jelas.
"Baik, Tuan Arga." Yandi memang harus siap akan perintah apapun dari Tuan Arga, walaupun itu terkadang tidak masuk akalnya.
Sebenarnya Yandi pernah menyelidiki Sarah sebelum acara pertunangan waktu itu. Kegiatan Sarah seperti wanita-wanita kaya pada umumnya. Ke salon, belanja, makan bersama teman-teman atau pergi ke gym. Hanya itu kegiatan Sarah yang Yandi temukan.
Dan sekarang, ia harus kembali menyelidiki kegiatan Sarah lagi. Tapi jika itu yang diinginkan Tuannya, maka ia tidak bisa membantah.
***
Becca berdiri di belakang etalase galeri dengan wajah manyun. Pikirannya sudah melayang tak menentu. Akal sehatnya tidak bisa menerima akan tawaran Tuan Arga yang aneh baginya.
Menjadi koki selama satu tahun dan ia sudah bebas dari hutangnya? Apakah itu mungkin?Becca masih melamun saat pundaknya ditepuk pelan. Seketika Becca menoleh, dilihatnya Mila, sahabatnya tersenyum padanya.
"Melamun terus dari tadi. Memang apa yang Tuan Arga katakan tadi?" tanya Mila ingin tahu. Ia pun merasa penasaran, karena Becca hanya menutup mulutnya jika tidak ditanyai.
"Nanti aja setelah pulang kerja aku ceritain, Mil. Kalau sekarang, takut nanti ditegur Pak Rohan," kata Becca sambil melirik ke arah Manajernya berdiri tak jauh dari tempatnya.
"Oke, baiklah," ucap Mila lalu menjauh dari Becca dan kembali ke tempatnya.
Selesai jam kerja, Mila langsung menyeret Becca ke kafe tak jauh dari galeri. Ia sudah tidak sabar mendengar hukuman apa yang Tuan Arga berikan untuk Becca.
Setelah duduk di pojok yang jauh dari pelanggan yang lain, Becca dan Mila memesan kopi dan cemilan untuk menemani mereka mengobrol.
"Ayolah Bec, memang Tuan Arga menghukum kamu apa sih?" tanya Mila yang semakin penasaran.
"Hem ... ceritain nggak ya?" Becca malah menggoda Mila yang semakin terlihat tidak sabar.
"Ah terserah lah," ucap Mila pura-pura marah.
Sementara Becca hanya tertawa melihat Mila yang ngambek.Minuman dan makanan kecil pun datang, Becca segera meminum kopinya.
"Mila, tadi itu Tuan Arga menyuruhku memasak makan malam di rumahnya setiap hari setelah aku pulang kerja selama satu tahun. Jika aku bisa melakukannya dengan baik, maka hutang kerugian kalung berlian itu lunas," ucap Becca akhirnya memberitahu Mila.
Dahi Mila tiba-tiba mengernyit, tidak bisa masuk diakalnya jika hutang sebesar itu akan dengan mudah dilunasi.
"Hanya itu?" tanya Mila tidak percaya."Yup! Hanya itu," kata Becca mantap.
"Apa kamu nggak merasa aneh dengan tawaran begitu?" tanya Mila lagi yang masih tak percaya.
"Hem gimana ya? Aku merasa sedikit aneh sih, tapi ya sudahlah yang penting aku bisa segera bisa terbebas dari hutang. Menurutmu bagaimana?" Becca balik bertanya.
"Ya gimana ya ... kalau kamu sudah memutuskan sanggup ya aku hanya bisa mendoakan semoga semua lancar dan kamu bisa cepat terbebas dari hutang itu," ucap Mila akhirnya, tapi ia masih merasa ada yang aneh dengan tawaran Tuan Arga.
"Makasih, Mila. Kamu memang sahabat terbaikku." Becca tersenyum lega, senang rasanya memiliki sahabat yang selalu mendukungnya.
"Bec, tapi ... boleh nggak aku kasih pesan untukmu," kata Mila sambil meminum kopinya hingga habis.
"Boleh dong, memang apa sih bikin deg-degan aja ah kamu," kata Becca tertawa.
"Bec, kamu tahu nggak kalau Tuan Arga itu pengalaman dengan wanita-wanita yang selalu siap sedia jika dibutuhkan. Aku hanya takut kalau Tuan Arga akan menggodamu atau ... ah pokoknya kamu harus hati-hati jika dekat dia," kata Mila tidak enak hati.
"Memang kamu tahu dari mana kalau Tuan Arga itu suka mempermainkan wanita?"
"Yah pokoknya banyaklah yang bilang. Kamu harus hati-hati, Bec!" ucap Mila yang kini terlihat serius.
"Haha ... iya-iya, Mila sayang. Aku tahu kok, lagipula Tuan Arga itu nggak mungkin tertarik sama aku. Lihat aku, sangat jauh dari wanita-wanita yang biasanya menemani Tuan Arga. Juga di rumahnya yang besar, pasti banyak pelayan dan penjaga. Jadi jangan kuatir, aku pasti tidak akan berdua saja dengan Tuan Arga. Lagipula kan Tuan Arga sudah punya tunangan," kata Becca santai.
"Pokoknya kamu tetap harus hati-hati, oke?!" Mila tetap bersikeras mengatakannya, ia memang mengkhawatirkan sahabatnya ini.
"Iya, Mila sayang." Becca memberikan senyum menenangkan, berharap Mila tidak kuatir lagi.
Sepulang dari kafe, Becca pun langsung pulang ke kost nya. Kini saat duduk sendiri di atas ranjangnya, ia pun memikirkan kembali ucapan Mila. Tak dapat dipungkiri, ia pun merasa aneh dengan tawaran Tuan Arga yang semudah ini.
Benarkah tawaran Tuan Arga tulus atau ada maksud lain?
Becca memejamkan matanya, ia pun takut menghadapi besok sore jika ia harus datang ke rumah Tuan Arga.-
-
-
Malam belum terlalu larut, namun cuaca di luar sana yang masih hujan rintik-rintik membuat kafe ini terasa lengang. Lampu temaram menghiasi setiap sudut kafe, dengan iringan musik lembut terdengar di telinga.Sarah memegang segelas wine di tangannya, meminumnya sedikit demi sedikit berharap bisa menghangatkan tubuhnya. Bibirnya tersenyum manis, terkadang tertawa lebar saat lawan bicaranya membuat lelucon yang membuatnya senang."Sarah, kamu mau tambah wine lagi atau mau makan?" tanya Jerry, teman minum Sarah saat ini."Kita tambah lagi yuk, malam ini harus kita rayakan," sahut Sarah melemparkan senyum manisnya."Oke, Sayang." Senyum Jerry tak kalah senangnya.Malam ini membuat Sarah dan Jerry bahagia. Sarah memang sudah bertunangan dengan Arga, namun malam ini ketika Jerry menawarkan hubungan suka sama suka dengan Sarah, tanpa pikir panjang Sarah langsung menerimanya.Dan yang lebih gila lagi, Jerry adalah teman Arga. Bukan teman dekat, hanya
Becca memasuki kawasan perumahan elit. Matanya takjub melihat rumah-rumah besar nan mewah dengan halaman luas yang tertata apik. Becca membatin dalam hati, pasti setiap rumah dilengkapi kolam renang untuk memanjakan para penghuninya.Becca kembali memeriksa alamat yang Pak Yandi diberikan padanya. Rumah nomor 7 yang bercat putih. Rumah Tuan Arga. Becca pelan-pelan memacu motornya dan akhirnya ia melihat sebuah rumah indah bercat putih. Rumah dengan desain klasik nan mewah.Menghentikan motornya di depan gerbang, Becca dihampiri petugas keamanan."Selamat sore, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Satpam dengan wajah ramah."Selamat sore, Pak. Maaf saya mau bertanya, benarkah ini rumah Tuan Arga?" tanya Becca balas tersenyum."Benar. Apakah Nona ini Nona Becca?" tanyanya lagi."Benar, Pak." Becca agak bingung mengapa satpam tahu namanya."Nona Becca, silahkan masuk. Motornya diparkir di dalam saja. Tadi Pak Yandi sudah pesan pada saya
Sepanjang makan malam berlangsung, Becca hanya menundukkan wajahnya, enggan bertatapan langsung dengan Tuan Arga. Bukan takut, tapi lebih tepatnya ia tak mau mencari masalah.Becca sadar jika harus menahan dan mengalah demi kebebasan dirinya dari hutang karena masalah kalung itu.Sementara Tuan Arga sangat menikmati makanan yang terhidang. Semua kesukaannya dan rasanya sangat enak baginya. Ia memang tak salah menilai orang. Ia yakin Becca seseorang yang pandai memasak.Selesai makan malam, tanpa membuang waktu Becca langsung membereskan meja makan. Saat ke dapur, ternyata Bu Isti tidak ada di sana. Mungkin Bu Isti sudah beristirahat di kamarnya.Becca agak terkejut saat dilihatnya Tuan Arga berdiri bersandar di meja dapur saat ia selesai mencuci piring."Becca, kamu ikut ke ruangan saya!" perintah Tuan Arga pendek tanpa bisa dibantah.Becca hanya pasrah mengikuti Tuan Arga dari belakang. Padahal tadi, ia sudah berencana untuk segera pulang seu
"Becca, katakan siapa yang tadi bersamamu!" ucap Andre memaksa."Kak Andre, masuk dulu yuk. Nggak enak kan dilihat kalau di jalan begini. Sudah malam lagi," pinta Becca mengalihkan perhatian Andre sambil berpikir alasan yang masuk akal. Terus terang Becca belum ingin menceritakan apa yang dialaminya pada Andre. Ia tidak ingin Andre terus menolongnya."Kita jalan-jalan aja, Bec. Di kos mu nggak enak sama yang lain kan udah malam," kata Andre lalu sedikit mendorong tubuh Becca agar masuk ke dalam mobilnya. Ia sangat penasaran akan cerita Becca, tapi mungkin jika boleh jujur, ia cemburu.Andre menstater mobilnya dan menjalankan mobilnya di kafe yang ia tahu masih buka hingga tengah malam.Sementara Becca hanya terdiam memandang gelapnya malam dari jendela mobil. Otaknya menyusun kata-kata yang hendak ia sampaikan pada Andre."Bec, kamu kok diam aja. Sebenarnya ada apa.sih denganmu? Nggak biasanya kamu begini," tanya Andre yang tidak sabar akan penjelasa
Hari ini Becca merasa sangat lelah. Sudah seminggu ia menjalani hari-harinya dengan bekerja di galeri dan sore hingga malam harus memasak untuk Tuan Arga. Walau baru seminggu ia menjalani, tapi tulang-tulangnya terasa remuk setiap bangun pagi harinya. Kini Becca bertanya-tanya apakah ia akan sanggup menjalani ini satu tahun ke depan?Istirahat siang di galeri, Becca merebahkan tubuhnya di kursi panjang ruang karyawan. Ia sangat lelah, mungkin ia juga sakit. Tak tahu lagi rasa tubuhnya pokoknya ia kelelahan."Bec, makan dulu yuk. Ini nasi padang yang tadi kamu pesan," ajak Mila sambil menyodorkan sebungkus nasi padang pesanan Becca."Iya, makasih. Mila, kamu makan dulu aja. Aku capek banget pengen rebahan dulu," kata Becca sambil masih memejamkan matanya."Kamu sakit, Bec?" tanya Mila khawatir lalu memegang kening Becca."Enggak sih, cuma capek banget rasanya.""Ya pastilah capek, kamu hampir tiap hari pulang malam kan dari rumah Tuan Arga?!"
Becca berdiri di balkon kamar di lantai 2 yang disediakan untuknya. Belum pernah ia merasakan menempati kamar semewah ini. Tadi Tuan Arga sendiri yang menyuruh agar Becca menempati kamar ini.Saat tadi Becca memberitahu kepada Bu Isti kalau ia akan menginap di rumah Tuan Arga malam ini, reaksi Bu Isti biasa saja karena Becca mengatakan jika ia tidak enak badan dan Tuan Arga sendirilah yang memerintahkannya.Semilir angin membelai wajah Becca, rasanya sangat sejuk. Pemandangan taman yang ada di bawahnya dihiasi lampu yang semakin mempercantik taman, bagi Becca sangat indah. Ia sangat menikmati suasana malam yang indah. Malam pun belum terlalu larut karena jam baru menunjukkan pukul setengah sepuluh malam."Becca, kenapa kamu di luar? Nanti tambah sakit, katanya tadi tidak enak badan?!" Suara Tuan Arga menyentak lamunan Becca, membuat ia sedikit memekik."Ehm ... Saya hanya ingin melihat langit malam dari sini apakah sama dengan yang ada di kos saya," ucap
Becca seketika melompat dari ranjangnya sesaat setelah membuka matanya. Tangannya langsung memegang kepalanya yang terasa berdenyut saat ini.Oh God ... Apa yang sudah aku lakukan semalam???Becca mondar mandir mengelilingi ranjang big size kebingungan, lalu kembali menghempaskan tubuhnya ke ranjang lagi. Ah ... Tubuhnya terasa nyaman tidur di ranjang ini. No! Ia harus segera pulang pagi ini juga.Melirik jam di dinding yang masih menunjukkan pukul setengah enam pagi, Becca memang harus gerak cepat. Ia tidak ingin bertemu Tuan Arga pagi ini dan langsung ingin kembali ke kos nya saja.Becca pun menuju kamar mandi, walaupun ingin cepat pulang tapi bolehkan dia mandi dulu di kamar mandi yang mewah ini. Ada bath up segala, mana pernah Becca mandi berendam di bath up kan?!Tidak mau membuang kesempatan, Becca pun mengisi bath up dengan air hangat dan mulai mandi berendam. Tubuhnya terasa nyaman dan inginnya berlama-lama namun ia teringat jika harus segera
Becca terlihat syok, pikirannya sudah mengembara kemana-mana. Apa maksudnya dikontrak sehari? Memang dia barang? Tubuhnya seketika langsung merinding membayangkan akan jadi apa dirinya nanti.Sementara Tuan Arga tampak puas, ia tertawa dalam hati. Entah mengapa menyiksa gadis di depannya terasa menyenangkan untuknya. Kepolosan dan kenaifan Becca tanpa dibuat-buat.Becca berusaha tegar, ia harus bisa melewati hari ini. Saat matanya melihat ke arah pintu resto, seketika hatinya bersorak gembira. Terlihat Tuan Yandi berjalan memasuki resto. Senyum Becca mengembang, tak menyangka ia akan sesenang ini melihat Tuan Yandi. Padahal biasanya ia langsung menghindari apapun yang berurusan dengannya.Tuan Arga melirik Becca yang terlihat sangat senang melihat Yandi. Ada rasa sebal di hatinya mengapa Becca bisa sebahagia itu melihat Yandi saja."Kamu kenapa, Becca? Melihat Yandi seperti melihat berlian berjalan?" tanya Tuan Arga ketus."Iya, Tuan. Saya senang k