Malam belum terlalu larut, namun cuaca di luar sana yang masih hujan rintik-rintik membuat kafe ini terasa lengang. Lampu temaram menghiasi setiap sudut kafe, dengan iringan musik lembut terdengar di telinga.
Sarah memegang segelas wine di tangannya, meminumnya sedikit demi sedikit berharap bisa menghangatkan tubuhnya. Bibirnya tersenyum manis, terkadang tertawa lebar saat lawan bicaranya membuat lelucon yang membuatnya senang.
"Sarah, kamu mau tambah wine lagi atau mau makan?" tanya Jerry, teman minum Sarah saat ini.
"Kita tambah lagi yuk, malam ini harus kita rayakan," sahut Sarah melemparkan senyum manisnya.
"Oke, Sayang." Senyum Jerry tak kalah senangnya.
Malam ini membuat Sarah dan Jerry bahagia. Sarah memang sudah bertunangan dengan Arga, namun malam ini ketika Jerry menawarkan hubungan suka sama suka dengan Sarah, tanpa pikir panjang Sarah langsung menerimanya.
Dan yang lebih gila lagi, Jerry adalah teman Arga. Bukan teman dekat, hanya teman saat masa sekolah dan kuliah.Sarah dan Jerry sepakat untuk menjalin hubungan dengan didasari kesenangan semata, tidak ada hubungan cinta yang mendalam dalam hati.
Bagi Sarah, mungkin ini pelarian karena ia sering diabaikan Arga, tunangannya. Arga yang dicintainya dengan sepenuh hati, namun tampaknya Arga belum membuka hati untuknya. Sarah berpikir, tidak ada salahnya bukan mencari kesenangan sedikit dengan pria lain?!
Sedangkan bagi Jerry, ia tidak tahu apa yang ia pikirkan. Mungkin ia memang agak tertarik dengan Sarah. Wajah cantik dan body yang aduhai membuat lelaki manapun akan tertarik pada Sarah.
Namun mungkin, Jerry juga punya alasan lain. Dalam hati kecilnya, Jerry memiliki rasa iri pada Arga. Kesuksesan bisnis Arga membuat siapapun memang iri hati. Apalagi, Arga adalah seorang teman yang disukai. Dengan menjalin hubungan terlarang dengan Sarah, membuat Jerry seakan telah mengalahkan Arga."Jerry, kamu janji kan kalau hubungan kita ini akan selalu menjadi rahasia kita berdua?" tanya Sarah memastikan sekali lagi. Bagaimana pun ia juga khawatir jika Arga sampai tahu.
"Tenanglah, Sarah. Aku tidak mungkin membiarkan rahasia kita ini sampai terbongkar. Bunuh diri itu namanya," kata Jerry menenangkan Sarah.
Ia juga masih waras, jika sampai Arga tahu ia berhubungan dengan Sarah, maka habislah ia. Tidak tahu nasib apa yang akan menimpanya."Jerry, memangnya kamu belum punya pacar? Setahuku kamu masih berpacaran dengan Celine?" tanya Sarah menelisik.
"Aku sudah putus dengan Celine tiga bulan yang lalu," jelas Jerry. Saat menyebut nama Celline, hatinya masih terasa perih. Tak dapat dipungkiri, ia masih menyimpan cinta untuk Celine, wanita yang telah dipacarinya tiga tahun belakangan ini.
"Kenapa kamu bisa putus?" tanya Sarah lagi ingin tahu.
"Ah sudahlah, malam perayaan kita jangan memikirkan orang lain.
"Benar juga sih," ucap Sarah sambil menyesap wine nya, terasa cairan yang membasahi tenggorokannya terasa hangat.
"Sarah, malam ini acara kita apa dong untuk merayakan hubungan kita?" tanya Jerry menatap penuh arti pada Sarah.
Sarah sesaat tersenyum, ia tahu apa yang diharapkan Jerry padanya.
"Maksudnya?""Ah ayolah, Sar. Masa' aku harus mengatakannya dengan jelas," ucap Jerry tersenyum simpul.
Perlahan dikecupnya punggung tangan Sarah."Kita ke Hotel Paradise?" tanya Jerry menatap mata Sarah.
"Eh jangan! Itu milik Arga, kau mau cepat mati?" Sarah membeliakkan matanya, ngeri jika sampai Arga tahu.
"Oh iya, aku lupa sayang. Terus kita ke hotel mana dong yang bagus?"
"Kita ke villa ku aja ya, lebih aman. Agak sedikit ke luar kota sih, tapi sangat aman buat kita," kata Sarah.
"Kamu nggak takut ketahuan orang tuamu?" tanya Jerry, yang kini bisa lebih berpikir.
"Terus ke mana dong?"
"Kita ke Flamboyan Resort aja gimana? Tempatnya privat dan eksklusif banget," kata Jerry, ia teringat tempat yang aman buat ia dan Sarah bisa bermesraan.
"Oke, tempat itu memang privat banget. Yuk," ajak Sarah langsung, mengambil tasnya dan kemudian mengulurkan tangannya sambil berdiri.
Jerry menyambut tangan Sarah dengan mesra, ia memang sudah menantikan saat-saat seperti ini.Perjalanan ke Flamboyan Resort memakan waktu hampir satu jam. Dalam perjalanan, Sarah sempat mengirimkan pesan pada Arga. Ia hanya ingin tahu keberadaan Arga saat ini, namun pesannya hanya dibaca tanpa dibalas Arga seperti biasa.
Sarah menghela nafas, ia memang tahu jika Arga terpaksa mau bertunangan dengannya. Tapi ia juga ingin disayangi Arga.
Sarah menoleh memandangi Jerry yang sedang menyetir, ia tersenyum. Jerry seorang lelaki yang tampan dengan tubuh yang atletis. Sarah tak kecewa jika berbagi ranjang dengan Jerry, ia akan mendapatkan kesenangan yang tak ia dapatkan dari seorang Arga.
Sesampainya di Flamboyan Resort, Sarah dan Jerry langsung memesan kamar. Keduanya seperti sepasang kekasih yang dimabuk kepayang.
Setelah berada di dalam kamar, tak menunggu waktu lagi, Jerry menyambar Sarah dalam pelukannya. Bibir Jerry memagut bibir Sarah dengan rakus. Salah satu tangan Jerry melepas baju Sarah satu demi satu, sementara yang satunya membelai leher jenjang Sarah.
Sarah mendesah, gairahnya melonjak tak tertahankan. Memang ini bukan yang pertama untuknya, namun dengan Jerry, Sarah merasakan kenikmatan yang ia sendiri tak dapat mengatakannya.
"Kamu siap, Sayang," bisik Jerry menggoda di telinga Sarah yang kini tak memakai sehelai benang pun di tubuhnya.
Sarah tak membalas ucapan Jerry, namun ia berbaring menggoda di ranjang yang besar. Siap menerima Jerry.
Bibir Jerry tersenyum senang, tak menyangka akan mendapatkan tubuh semolek milik Sarah. Perlahan ia melepaskan bajunya, dan naik ke ranjang.
Bibir Jerry kembali mencium bibir Sarah, kali ini semakin dalam, membuat Sarah mendesah. Sementara tangan Jerry memainkan gundukan dada Sarah yang kencang. Tak menunggu lagi, bibir Jerry menelusuri leher lalu turun ke dada Sarah, bermain dengan dua gundukan yang tidak terlalu besar namun padat dan kencang. Sementara Sarah, mendesah penuh kenikmatan.
Jerry berlama-lama menciumi setiap inci tubuh Sarah, tak mau melewatkan semua bagiannya. Tangannya pun tak tinggal diam, dengan perlahan, disentuhnya bagian sensitif milik Sarah yang membuat si empunya berteriak nikmat, melonjakkan gairahnya yang semakin membubung tinggi.
Jerry tersenyum puas, ia pun akhirnya memainkan bagian yang ditunggunya. Dihunjamnya tubuh Sarah dengan gairah yang sudah tak kuasa ia tahan. Keduanya saling mencengkeram, bergerak seirama dalam alunan gairah yang menggebu. Desah kenikmatan dan jeritan tertahan menahan rasa yang akhirnya menuju puncaknya.
Keduanya mencapai puncak kenikmatan bersama, saling memeluk dalam buaian gairah yang panas.
***
Arga duduk di ruang kerjanya, ia memang sudah pulang sejak menjelang malam tadi. Yandi, juga sudah ia suruh pulang. Kini Arga sedang menatap layar laptop yang menampilkan laporan-laporan keuangan perusahaannya.
Seperti inilah ia biasanya menghabiskan malamnya dengan masih bekerja walaupun sudah berada di rumah. Penat terasa di tubuhnya, rasa dingin menjalar di tubuhnya. Memang di luar hujan belum berhenti.
Sejenak Arga menutup matanya, ia teringat Becca, gadis naif yang telah dipermainkannya. Seharusnya ia tidak usah repot-repot mengurusi kerugian kalung berlian yang dirusakkan Becca, cukup Yandi saja yang mengurusi. Namun entah mengapa, saat menatap wajah imut Becca, keinginan untuk selalu memandanginya selalu membuatnya senang.
Arga tersenyum puas, tak sabar rasanya menanti esok sore saat Becca akan datang ke rumahnya. Ia sangat menanti-nantikannya. Arga sudah membuat rencana yang pasti akan membuat Becca tak dapat lepas dari tangannya.
-
-
-
Becca memasuki kawasan perumahan elit. Matanya takjub melihat rumah-rumah besar nan mewah dengan halaman luas yang tertata apik. Becca membatin dalam hati, pasti setiap rumah dilengkapi kolam renang untuk memanjakan para penghuninya.Becca kembali memeriksa alamat yang Pak Yandi diberikan padanya. Rumah nomor 7 yang bercat putih. Rumah Tuan Arga. Becca pelan-pelan memacu motornya dan akhirnya ia melihat sebuah rumah indah bercat putih. Rumah dengan desain klasik nan mewah.Menghentikan motornya di depan gerbang, Becca dihampiri petugas keamanan."Selamat sore, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Satpam dengan wajah ramah."Selamat sore, Pak. Maaf saya mau bertanya, benarkah ini rumah Tuan Arga?" tanya Becca balas tersenyum."Benar. Apakah Nona ini Nona Becca?" tanyanya lagi."Benar, Pak." Becca agak bingung mengapa satpam tahu namanya."Nona Becca, silahkan masuk. Motornya diparkir di dalam saja. Tadi Pak Yandi sudah pesan pada saya
Sepanjang makan malam berlangsung, Becca hanya menundukkan wajahnya, enggan bertatapan langsung dengan Tuan Arga. Bukan takut, tapi lebih tepatnya ia tak mau mencari masalah.Becca sadar jika harus menahan dan mengalah demi kebebasan dirinya dari hutang karena masalah kalung itu.Sementara Tuan Arga sangat menikmati makanan yang terhidang. Semua kesukaannya dan rasanya sangat enak baginya. Ia memang tak salah menilai orang. Ia yakin Becca seseorang yang pandai memasak.Selesai makan malam, tanpa membuang waktu Becca langsung membereskan meja makan. Saat ke dapur, ternyata Bu Isti tidak ada di sana. Mungkin Bu Isti sudah beristirahat di kamarnya.Becca agak terkejut saat dilihatnya Tuan Arga berdiri bersandar di meja dapur saat ia selesai mencuci piring."Becca, kamu ikut ke ruangan saya!" perintah Tuan Arga pendek tanpa bisa dibantah.Becca hanya pasrah mengikuti Tuan Arga dari belakang. Padahal tadi, ia sudah berencana untuk segera pulang seu
"Becca, katakan siapa yang tadi bersamamu!" ucap Andre memaksa."Kak Andre, masuk dulu yuk. Nggak enak kan dilihat kalau di jalan begini. Sudah malam lagi," pinta Becca mengalihkan perhatian Andre sambil berpikir alasan yang masuk akal. Terus terang Becca belum ingin menceritakan apa yang dialaminya pada Andre. Ia tidak ingin Andre terus menolongnya."Kita jalan-jalan aja, Bec. Di kos mu nggak enak sama yang lain kan udah malam," kata Andre lalu sedikit mendorong tubuh Becca agar masuk ke dalam mobilnya. Ia sangat penasaran akan cerita Becca, tapi mungkin jika boleh jujur, ia cemburu.Andre menstater mobilnya dan menjalankan mobilnya di kafe yang ia tahu masih buka hingga tengah malam.Sementara Becca hanya terdiam memandang gelapnya malam dari jendela mobil. Otaknya menyusun kata-kata yang hendak ia sampaikan pada Andre."Bec, kamu kok diam aja. Sebenarnya ada apa.sih denganmu? Nggak biasanya kamu begini," tanya Andre yang tidak sabar akan penjelasa
Hari ini Becca merasa sangat lelah. Sudah seminggu ia menjalani hari-harinya dengan bekerja di galeri dan sore hingga malam harus memasak untuk Tuan Arga. Walau baru seminggu ia menjalani, tapi tulang-tulangnya terasa remuk setiap bangun pagi harinya. Kini Becca bertanya-tanya apakah ia akan sanggup menjalani ini satu tahun ke depan?Istirahat siang di galeri, Becca merebahkan tubuhnya di kursi panjang ruang karyawan. Ia sangat lelah, mungkin ia juga sakit. Tak tahu lagi rasa tubuhnya pokoknya ia kelelahan."Bec, makan dulu yuk. Ini nasi padang yang tadi kamu pesan," ajak Mila sambil menyodorkan sebungkus nasi padang pesanan Becca."Iya, makasih. Mila, kamu makan dulu aja. Aku capek banget pengen rebahan dulu," kata Becca sambil masih memejamkan matanya."Kamu sakit, Bec?" tanya Mila khawatir lalu memegang kening Becca."Enggak sih, cuma capek banget rasanya.""Ya pastilah capek, kamu hampir tiap hari pulang malam kan dari rumah Tuan Arga?!"
Becca berdiri di balkon kamar di lantai 2 yang disediakan untuknya. Belum pernah ia merasakan menempati kamar semewah ini. Tadi Tuan Arga sendiri yang menyuruh agar Becca menempati kamar ini.Saat tadi Becca memberitahu kepada Bu Isti kalau ia akan menginap di rumah Tuan Arga malam ini, reaksi Bu Isti biasa saja karena Becca mengatakan jika ia tidak enak badan dan Tuan Arga sendirilah yang memerintahkannya.Semilir angin membelai wajah Becca, rasanya sangat sejuk. Pemandangan taman yang ada di bawahnya dihiasi lampu yang semakin mempercantik taman, bagi Becca sangat indah. Ia sangat menikmati suasana malam yang indah. Malam pun belum terlalu larut karena jam baru menunjukkan pukul setengah sepuluh malam."Becca, kenapa kamu di luar? Nanti tambah sakit, katanya tadi tidak enak badan?!" Suara Tuan Arga menyentak lamunan Becca, membuat ia sedikit memekik."Ehm ... Saya hanya ingin melihat langit malam dari sini apakah sama dengan yang ada di kos saya," ucap
Becca seketika melompat dari ranjangnya sesaat setelah membuka matanya. Tangannya langsung memegang kepalanya yang terasa berdenyut saat ini.Oh God ... Apa yang sudah aku lakukan semalam???Becca mondar mandir mengelilingi ranjang big size kebingungan, lalu kembali menghempaskan tubuhnya ke ranjang lagi. Ah ... Tubuhnya terasa nyaman tidur di ranjang ini. No! Ia harus segera pulang pagi ini juga.Melirik jam di dinding yang masih menunjukkan pukul setengah enam pagi, Becca memang harus gerak cepat. Ia tidak ingin bertemu Tuan Arga pagi ini dan langsung ingin kembali ke kos nya saja.Becca pun menuju kamar mandi, walaupun ingin cepat pulang tapi bolehkan dia mandi dulu di kamar mandi yang mewah ini. Ada bath up segala, mana pernah Becca mandi berendam di bath up kan?!Tidak mau membuang kesempatan, Becca pun mengisi bath up dengan air hangat dan mulai mandi berendam. Tubuhnya terasa nyaman dan inginnya berlama-lama namun ia teringat jika harus segera
Becca terlihat syok, pikirannya sudah mengembara kemana-mana. Apa maksudnya dikontrak sehari? Memang dia barang? Tubuhnya seketika langsung merinding membayangkan akan jadi apa dirinya nanti.Sementara Tuan Arga tampak puas, ia tertawa dalam hati. Entah mengapa menyiksa gadis di depannya terasa menyenangkan untuknya. Kepolosan dan kenaifan Becca tanpa dibuat-buat.Becca berusaha tegar, ia harus bisa melewati hari ini. Saat matanya melihat ke arah pintu resto, seketika hatinya bersorak gembira. Terlihat Tuan Yandi berjalan memasuki resto. Senyum Becca mengembang, tak menyangka ia akan sesenang ini melihat Tuan Yandi. Padahal biasanya ia langsung menghindari apapun yang berurusan dengannya.Tuan Arga melirik Becca yang terlihat sangat senang melihat Yandi. Ada rasa sebal di hatinya mengapa Becca bisa sebahagia itu melihat Yandi saja."Kamu kenapa, Becca? Melihat Yandi seperti melihat berlian berjalan?" tanya Tuan Arga ketus."Iya, Tuan. Saya senang k
Perlahan Becca membuka pintu kamar mandi, kepalanya celingukan mencari keberadaan Tuan Arga. Ia hanya memakai bathrobe karena bajunya tadi ia tinggalkan sembarangan di kursi dekat jendela."Cari siapa?"Suara Tuan Arga sontak mengejutkannya."Ya ampun ... Bikin kaget saja."Becca memegang dadanya dan melihat ke arah sumber suara. Ternyata Tuan Arga sedang bersandar santai di dinding sebelah pintu kamar mandi, menunggunya."Kamu sudah siap, Bec?" tanya Tuan Arga mendekatkan wajahnya ke wajah Becca.Becca mundur perlahan, tangannya menutupi dadanya menahan tubuh Tuan Arga yang sudah akan menyentuh tubuhnya," Siap untuk apa, Tuan?"Tuan Arga berjalan semakin maju hingga tubuh Becca akhirnya terperangkap antara dinding dan tubuh Tuan Arga. Kemudian Becca memejamkan matanya, wajahnya sudah merah padam membayangkan bibir Tuan Arga yang lembut akan melumat bibirnya. Hembusan nafas Tuan Arga terasa membelai wajahnya.Namun ... detik de