"Kalau gitu langsung kita nikahkan saja bulan depan, Pak," sahut Bu Rima antusias.
"Apa?!" teriak Mila dan Yandi berbarengan.
"Tapi ... " Yandi tergagap, seperti kehilangan kata-kata. Otaknya buntu nggak bisa berpikir.
"Ah Yandi, kamu ini kok kurang gercep sih," omel Bu Rima gemas.
Sementara Mila sudah bisa menguasai diri dan kini hanya menampilkan senyum manisnya."Kok Ibu tau gercep segala?" Yandi sewot sendiri.
"Jangan salah, tua-tua begini Ibu juga sering nonton sinetron. Tau lah kalau cuma istilah begituan. Memang Ibu tinggal di dalam hutan," balas Bu Rima tidak mau kalah.
"Gimana Yandi?" tanya Pak Wisnu, mengembalikan ke topik pembicaraan semula.
"Gimana apanya?" tanya Yandi bingung.
"Aduh Yandi, kenapa kamu jadi lemot sih! Itu soal nikah bulan depan. Ah ... tanya kamu kelamaan. Nak Mila, gimana menurutmu? Setuju nggak kalau nikah bulan depan?" tanya Bu Rima tersenyum berharap.
"Ya Bu," sahut Mila santai.
Candle light dinner, begitulah kata orang saat melihat Becca dan Tuan Arga makan bersama di balkon villa. Suasana begitu romantis dengan kerlip lilin dan cahaya bulan yang redup.Becca sangat menikmati makan malam yang telah disiapkan Tuan Arga. Bagi Becca tentu saja ini adalah candle light dinner pertamanya. Menu makanan apapun malam ini pasti terasa sangat enak di lidahnya. Selesai makan, Becca meminum segelas lemon tea sambil memandang lampu kerlap kerlip di sekitar villa. Pemandangan malam ini memang sungguh menakjubkan."Kamu suka, Bec?" tanya Tuan Arga yang terus menatap mata Becca."Suka banget, Tuan.""Kenapa panggil 'Tuan' terus sih? Panggil Sayang bisa kan?!" pinta Tuan Arga."Uhuk ... harus ya?""Ah kamu ini, terserahlah kalau gitu," ucap Tuan Arga yang menampakkan wajah cemberut."Hehe ... maaf soalnya lidah saya udah terbiasa panggil 'Tuan', jadi susah ngubahnya.""Iya iya, terserahlah. Tapi yang penting kamu sayan
Tubuh Becca menggeliat, rasa geli mengusik ketenangan tidurnya. Ia merasakan lehernya diciumi dengan mesra. Apakah ini mimpi?"Aaaaaaa ... " Sekuat tenaga Becca bangun dari tidurnya dengan berteriak histeris."Astaga, Becca! Apa-apaan sih kamu?! Kamu mimpi buruk?" tanya Arga terkejut, ia sedang asyik-asyiknya menciumi leher putih mulus milik Becca eh ... yang punya malah berteriak membuat jantungnya serasa melompat."Eh sayang, kamu disini?" tanya Becca kebingungan.Nampaknya ia lupa jika semalam tidur bersama Arga. Dan saat ini mata Arga seketika membeliak dengan pemandangan indah yang terpampang di depan matanya. Becca yang polos tanpa sehelai benang pun.Tanpa sadar, Arga menelan salivanya dan seketika gairah kembali membuncah dalam tubuhnya. Juniornya seketika mendesak ingin dipuaskan."Istigiii!" teriak Becca saat menyadari jika kedua bukit kembarnya terlihat menantang minta dibelai. Reflek tangannya langsung menarik selimut untuk menutupi
Ponsel Becca berdering seakan menjerit minta segera diangkat. Dengan setengah hati, Becca pun mengambil ponsel yang masih tersimpan di dalam tasnya.Mila? Ada apa dia telpon? Tanya Becca dalam hati.Segera Becca menggeser tombol hijau di layar ponselnya.- "Hallo, Mila."- "Becca!!! Kamu masih hidup kan?!"- Ha??? Kamu lagi ngigau ya?"- "Enak aja, aku ini lagi di galeri. Kamu kemana sih kok udah 2 hari menghilang? Habis pulang kerja ini rencana aku mau laporin kamu ke polisi loh."- "Aku nggak ngilang, Mila. Aku lagi dalam misi penting."- "Apaan misi-misi! Bec, kalau kamu nggak pulang malam ini, beneran deh aku bakal lapor ke kantor polisi."- "Hahaha ... Kamu kangen sama aku ya, Mil?"- "Becca! Aku nggak bercanda!"- "Iya iya, sabar dong, Mil. Jangan ngegas mulu' ntar kecenya ilang loh. Sabar ntar malem aku pasti pulang kok. Don't worry be happy, okey ... "- "Beneran loh ya ... Awas ntar kalau ka
Mobil Arga melaju dengan kecepatan sedang, perlahan menjauh dari vila yang selama dua hari ini mereka tinggali. Becca menatap pemandangan indah yang terhampar didepan matanya dengan mata kosong. Pikirannya melayang tak menentu. Sementara Arga yang menyetir di sebelahnya pun tampak terdiam. Pandangannya fokus menatap jalan aspal yang tampak berkelok di hadapannya. Perlahan menuruni perbukitan dan melaju menuju kota tempat tinggalnya.Becca sama sekali tidak ingin memulai percakapan apapun dengan Arga. Bahkan kepalanya berpaling seakan sedang menikmati pemandangan indah yang mereka lewati sepanjang jalan. Namun siapa sangka jika pikirannya melayang memikirkan diriya sendiri. Entahlah Becca harus marah atau bagaimana. Terus terang ia kecewa dengan sikap Arga yang ingin menjadikannya seperti wanita simpanan. Rasanya ia ingin memaki Arga, namun nyalinya seakan menciut saat ingat siapa Arga. Bagaimanapun Arga adalah bosnya walaupun saat ini statusnya adalah pacar Arga.Heh ... Benarkah a
Tangan Becca gemetar. Mengapa ini bisa terjadi? Mimpi buruk apa ia semalam?"Becca! Apa yang telah kamu lakukan?!" teriak Pak Rohan, Manajer Galery, dengan suara lantang.Becca terdiam mematung, menatap nanar sebuah kalung berlian dengan desain yang indah. Kalung berlian seharga ratusan juta rupiah bisa putus di tangannya. Ia memang tidak sengaja menjatuhkan kalung itu saat akan memasukkannya ke dalam kotak perhiasan yang akan dikirimkan kepada pemesannya. Saat Becca akan mengambil kalung itu, talinya malah menyangkut di handle etalase dan Becca yang tidak berpikir panjang malah menarik kalung itu.Dan ... terjadilah sudah. Kalung berlian yang indah putus menjadi dua."Becca!" teriak Pak Rohan semakin keras, memekakkan telinga siapa pun yang mendengarnya. Memang saat itu galery dalam keadaan sepi. Hari masih pagi sehingga belum ada pengunjung yang datang.Teman-teman kerja Becca tidak berani bersuara ataupun bergerak, semua takut menghadapi a
Becca tidak punya nafsu makan saat jam istirahat kerja. Namun Mila terus membujuknya sehingga akhirnya ia pun mau makan.Di ruang istirahat galeri ini, beberapa teman Becca juga sedang makan siang. Sementara teman yang lain berjaga di depan, melayani pengunjung. Jam istirahat memang harus dilakukan secara bergantian."Bec, ayolah makan dulu. Aku tahu kamu tidak ingin makan, tapi kamu harus punya tenaga. Kami akan selalu mendukungmu, ya kan teman-teman?!" Mila terus membujuk Becca dan mencari dukungan pada temannya yang lain."Iya terima kasih sekali. Aku akan makan," kata Becca akhirnya.Setelah jam istirahat selesai, Pak Rohan memanggil Becca untuk masuk ke ruangannya."Duduk dulu, Bec," perintah Pak Rohan sambil memeriksa pesan-pesan yang masuk ke ponselnya."Baik, Pak Rohan. Terima kasih," ucap Becca sambil duduk dengan tubuh yang kaku. Walaupun pikirannya mengatakan jika ia siap menerima konsekuensi dari kesalahannya, tapi sepertinya tub
"Becca, ikuti saya!" perintah Yandi tegas."Ba - baik," saut Becca terbata, ia sungguh tidak siap menghadapi apa yang terjadi pada dirinya.Dengan langkah gemetar, Becca memasuki sebuah ruangan yang didesain mewah dan elegan. Jika tidak dalam situasi seperti ini, Becca pasti akan mengagumi ruang kantor Tuan Arga. Tapi untuk saat ini, ruangan ini malah seperti mimpi buruk untuknya.Becca memberanikan diri mendongakkan kepalanya, memandang orang yang selama ini hanya dapat didengar namanya saja, Arga Armando.Aura yang terpancar dari wajah dan matanya terasa berkharismatik. Tidak salah jika ia telah menjadi pengusaha sukses di usianya yang masih muda.Untuk beberapa detik, waktu terasa berhenti saat mata tajam Tuan Arga menatap lekat mata Becca. Deg ... Jantung Becca berdetak kencang, terbius oleh pandangan mata yang tak dapat ia artikan.Becca membuang nafasnya panjang, mengatur detak jantungnya yang tak beraturan. Ia memaki dirinya sendiri, ta
Becca keluar dari kantor Tuan Arga dengan dada terasa sesak menahan marah. Jantungnya berdetak kencang seperti habis berlari maraton. Baru kali ini ia mendapat penghinaan yang menginjak harga dirinya.Becca cepat-cepat menekan tombol lift untuk mengantarnya ke lantai bawah. Saat memasuki lift, untung saja tidak ada orang selain dirinya.Bersandar di dinding lift, Becca mengatur nafasnya. Perasaannya campur aduk, antara marah, kesal tapi juga takut. Ia takut telah menyinggung perasaan Tuan Arga yang sangat berkuasa. Ia tak ada seujung kuku dibanding Tuan Arga.Setelah bisa mengendalikan emosinya, Becca mengambil sebotol air mineral dari dalam tasnya. Dengan perlahan diminumnya hingga habis tak bersisa. Air minum yang membuat dirinya semakin tenang.Saat pintu lift terbuka, Becca segera keluar. Dengan langkah cepat ia keluar dari halaman perkantoran Tuan Arga. Becca tidak tahu jalan pulang. Becca mengamati sekitarnya, lalu ia menemukan sebuah taman kecil. D