"Becca, ikuti saya!" perintah Yandi tegas.
"Ba - baik," saut Becca terbata, ia sungguh tidak siap menghadapi apa yang terjadi pada dirinya.
Dengan langkah gemetar, Becca memasuki sebuah ruangan yang didesain mewah dan elegan. Jika tidak dalam situasi seperti ini, Becca pasti akan mengagumi ruang kantor Tuan Arga. Tapi untuk saat ini, ruangan ini malah seperti mimpi buruk untuknya.
Becca memberanikan diri mendongakkan kepalanya, memandang orang yang selama ini hanya dapat didengar namanya saja, Arga Armando.
Aura yang terpancar dari wajah dan matanya terasa berkharismatik. Tidak salah jika ia telah menjadi pengusaha sukses di usianya yang masih muda.Untuk beberapa detik, waktu terasa berhenti saat mata tajam Tuan Arga menatap lekat mata Becca. Deg ... Jantung Becca berdetak kencang, terbius oleh pandangan mata yang tak dapat ia artikan.
Becca membuang nafasnya panjang, mengatur detak jantungnya yang tak beraturan. Ia memaki dirinya sendiri, tak seharusnya ia merasa tertarik dengan Tuan Arga sementara posisinya saat ini seperti di ujung tanduk.
Yandi berdiri tegap di samping Tuan Arga yang semakin membuat Becca merasa terintimidasi.
"Jadi kamu yang merusakkan kalung milikku?" tanya Tuan Arga tenang namun menakutkan.
"Ya, tapi saya tidak sengaja, Tuan. Saya akan berusaha menggantinya," kata Becca dengan berani menatap wajah Tuan Arga.
"Haha ... Kamu membuat saya tertawa." Tuan Arga tertawa keras. Sementara itu, Yandi terlihat berbisik di telinga Tuan Arga, yang Becca tidak bisa mendengarnya. Becca berdiri tegar, mengumpulkan keberaniannya.
"Kau tahu nilai kalung itu? Mungkin seumur hidup, kau tidak akan bisa membayarnya," kata Tuan Arga masih tersenyum di ujung bibirnya.
"Saya akan bertanggung jawab walaupun harus melunasinya seumur hidup saya." Becca berkata tegas. Bagaimanapun juga ini adalah kesalahannya.
"Hem ... Tapi ada satu cara agar kamu bisa membayarnya dalam satu hari." Tuan Arga berdiri, berjalan mendekati Becca.
"Bagaimana caranya, Tuan?" tanya Becca dengan mata berbinar. Mungkin Tuan Arga memang baik hati, tidak seperti perkiraan banyak orang.
"Kamu menemani saya selama sehari," kata Tuan Arga menatap lurus mata Becca.
"Itu saja? Menemani bagaimana?" tanya Becca bingung.
"Haha ... Kau ini memang masih polos atau ingin menggodaku?" Tuan Arga tertawa terbahak-bahak.
"Tuan Arga, tolong jelaskan maksudnya. Saya benar-benar tidak mengerti," kata Becca memohon, berharap ini adalah jalan keluar baginya.
"Haruskah? Kamu akan menyanggupinya?!" Mata Tuan Arga memicing menatap Becca.
"Saya mohon, Tuan. Saya akan berusaha untuk menyanggupinya," ucap Becca memohon.
"Oke, saya akan jelaskan. Kamu hanya menemani makan siang, lalu menunggu sementara saya bermain golf. Malamnya kita makan malam bersama dan setelah itu kamu menemani saya tidur hingga pagi. Sudah jelas?" Tuan Arga tersenyum senang.
"Ti ... Tidur bersama?!" kata Becca menelan ludahnya.
Tuan Arga kini tertawa terbahak-bahak, seakan Becca adalah seorang badut lucu. Sementara Yandi tetap berdiri di tempatnya, mengamati apa yang terjadi.
Namun Becca merasakan amarah mulai naik ke ubun-ubun kepalanya. Becca sadar jika ia orang tidak mampu, tapi ia tidak sudi jika harga dirinya diinjak-injak seenaknya."Tuan Arga, saya sanggup menemani Tuan hingga makan malam. Selebihnya saya tidak bisa," ucap Becca menahan emosinya, berusaha agar suaranya setenang mungkin.
"Haha ... kamu ingin bernegoisasi dengan saya? Kamu ini lucu sekali. Kamu tidak punya apa-apa untuk ditawarkan, saya sudah berbaik hati padamu. Tunangan saya pasti akan mencincangmu jika tahu kalungnya yang indah sudah putus ditanganmu." Tuan Arga tertawa mengejek.
"Maaf Tuan Arga, jika memang begitu, saya menolaknya. Saya masih punya harga diri. Saya akan bekerja lebih keras untuk mengganti kalung berlian itu walaupun harus menghabiskan waktu seumur hidup saya." Becca berkata yakin, ia tidak akan menyesalinya.
"Kamu yakin menolak tawaran saya? Saya ini sudah berbaik hati padamu lho," ucap Tuan Arga terdengar mengejek di telinga Becca.
Becca semakin merasakan darahnya mendidih. Ia ingin memukul Tuan Arga yang berdiri sombong di depannya, seakan Tuan Arga membantu dan berbuat baik padanya.
Berbuat baik dengan tidur dengannya? Apa dia sudah gila jika menerimanya?"Sekali lagi saya sangat berterima kasih untuk kebaikan hati Tuan Arga. Tapi saya tidak sanggup melakukannya. Saya akan membayarnya walaupun harus mencicilnya seumur hidup saya," kata Becca tegas.
Becca berbalik dari hadapan Tuan Arga. Dengan kepala tegak ia berjalan keluar kantor. Dadanya terasa sesak menahan marah. Ia selalu tidak bisa menahan diri jika ada yang menginjak harga dirinya.
Tuan Arga dan Yandi memandangi kepergian Becca dengan bingung. Selama ini belum ada yang berani meninggalkan Tuan Arga tanpa ijin.
"Tuan , apa perlu saya memanggil kembali gadis itu?" tanya Yandi pada Tuan Arga.
"Tidak perlu, biarkan saja. Gadis itu cukup berani menentangku. Sepertinya menarik jika aku bermain-main sebentar dengannya," kata Tuan Arga dengan senyum di sudut bibirnya yang nyaris tak terlihat.
Sebenarnya dalam hati, Tuan Arga merasa ada perasaan aneh karena selama ini belum ada seorang gadis pun yang berani menolak keinginannya. Tapi di hadapan gadis yang terlihat lugu, kenapa ia ditolak mentah-mentah seperti ini?
Tuan Arga berjalan ke jendela besar di samping meja kerjanya. Hari sudah mulai sore, matahari sudah tidak terasa menyengat di kulit. Tuan Arga mengamati pemandangan di bawahnya, namun ia sendiri tidak tahu apa yang dicarinya.
Dahi Yandi mengernyit, heran melihat Tuan Arga yang tidak seperti biasanya. Tuan Arga bukanlah orang yang pemaaf dan sabar seperti yang ditunjukkannya saat ini. Apalagi penampilan gadis itu bukanlah tipe kesukaan Tuan Arga. Dengan bingung, Yandi kembali bertanya," Apa yang hendak Tuan Arga lakukan padanya?"
"Hem ... Aku tidak tahu, tapi sepertinya dia gadis yang pemberani. Kau lihat tadi? Lututnya gemetar tapi matanya tajam menatapku, seperti mengingatkanku pada seseorang."
Yandi terdiam mencerna apa yang dikatakan Tuan Arga.
"Yan, siapa nama gadis tadi?" tanya Tuan Arga yang masih mengamati pemandangan luar.
"Rebecca, Tuan. Tapi biasanya dia dipanggil 'Becca' saja. Baru 3 bulan ini dia bekerja di Jewelry Gallery. Apa perlu saya menyelidiki latar belakangnya?" tanya Yandi.
"Oke, kamu selidiki saja dia. Tapi aku yakin tidak akan ada hal istimewa. Aku malah curiga dia tidak sepolos yang ditampilkannya tadi. Apa kamu punya pendapat yang sama?"
"Maaf Tuan, tapi saya tidak yakin. Mengetahui jalan pikiran wanita itu suatu kesulitàn buat saya, Tuan," kata Yandi bingung. Ia sendiri belum pernah memiliki pacar, apalagi istri.
"Ah kamu ini. Cari pacar sana lah, Yan."
"Baik, Tuan." Yandi hanya mengiyakan saja apa yang dikatakan Tuan Arga daripada nanti malah Tuan Arga mencarikannya jodoh. Itu malah akan membuat dirinya dalam bencana.
"Apakah Tuan Arga akan menemui Becca?" tanya Yandi lagi.
"Sepertinya akan menarik, gadis itu lumayan manis tapi bukan tipeku. Hem ... aku sudah tidak sabar melihat matanya yang indah jika marah seperti tadi. Yandi, pastikan gadis itu berangkat ke galeri besok pagi. Aku akan memberi sedikit kejutan untuknya. Haha .... " Tawa Tuan Arga terdengar senang. Yandi hanya mengernyit heran. Tapi ia harus melaksanakan apapun perintah Tuannya.
"Baik, Tuan," kata Yandi, ia akan memastikan Tuan Arga bertemu Becca besok.
-
-
-
Becca keluar dari kantor Tuan Arga dengan dada terasa sesak menahan marah. Jantungnya berdetak kencang seperti habis berlari maraton. Baru kali ini ia mendapat penghinaan yang menginjak harga dirinya.Becca cepat-cepat menekan tombol lift untuk mengantarnya ke lantai bawah. Saat memasuki lift, untung saja tidak ada orang selain dirinya.Bersandar di dinding lift, Becca mengatur nafasnya. Perasaannya campur aduk, antara marah, kesal tapi juga takut. Ia takut telah menyinggung perasaan Tuan Arga yang sangat berkuasa. Ia tak ada seujung kuku dibanding Tuan Arga.Setelah bisa mengendalikan emosinya, Becca mengambil sebotol air mineral dari dalam tasnya. Dengan perlahan diminumnya hingga habis tak bersisa. Air minum yang membuat dirinya semakin tenang.Saat pintu lift terbuka, Becca segera keluar. Dengan langkah cepat ia keluar dari halaman perkantoran Tuan Arga. Becca tidak tahu jalan pulang. Becca mengamati sekitarnya, lalu ia menemukan sebuah taman kecil. D
Becca mengalihkan pandangannya dari Andre yang menatapnya dengan tajam. Pikirannya berputar mencari alasan agar tidak menceritakan semuanya pada Andre. Ia belum siap."Bec, kenapa? Ada apa? Aku tahu pasti kamu ada masalah. Ayolah ceritakan," desak Andre menatap mata Becca."Ehm ... enggak kok, Kak. Enggak ada, beneran. Suer deh," ucap Becca berusaha meyakinkan Andre.Andre masih menatap mata Becca, menelisik kebenaran akan ucapan Becca."Benarkah?""Iya, Kak. Sudah ah, yuk pulang. Aku agak lelah seharian ini banyak pekerjaan," kata Becca mengalihkan pembicaraan."Baiklah, tapi ingat ya. Kalau kamu ada masalah apapun, jangan ragu untuk menceritakan padaku. Kita akan cari jalan keluarnya sama-sama. Oke?!" Andre masih tidak percaya akan pernyataan Becca, namun ia juga tidak bisa memaksa jika Becca belum ingin berterus terang padanya.Andre dan Becca keluar dari rumah makan, lalu masuk ke dalam mobil. Andre pun melajukan mobilnya dengan kec
Kaki Becca terasa berat melangkah ke galeri tempat kerjanya. Namun bagaimana pun juga ia harus berangkat, mempertanggung jawabkan kesalahannya kemarin. Masih sangat jelas dalam ingatannya saat tadi malam, ia mendapat pesan dari Pak Yandi yang memerintahkannya untuk tetap berangkat kerja seperti biasa hari ini.Tapi yang terutama, Pak Yandi ingin memberitahu Becca soal teknis bagaimana harus membayar kerugian akibat rusaknya kalung berlian itu.Semalam, Becca juga mendapat pesan di ponselnya dari Milla, teman baiknya di galeri. Mila bilang jika ia dan teman-teman lain akan mendukung Becca. Walaupun mereka sendiri tidak tahu hukuman apa yang akan Becca terima.Namun Becca sudah sangat bersyukur dan berterima kasih karena memiliki teman-teman yang ternyata menyayanginya walaupun ia belum lama bekerja di galeri.Langkah Becca terhenti di depan galeri, ia mengumpulkan keberaniannya. Dipandangnya Jewelry Gallery yang nampah megah dan mewah.Becca memejamkan ma
Yandi segera masuk ke dalam ruang kantor saat Becca keluar. Terlihat Tuan Arga tersenyum simpul, matanya memancarkan semangat yang jarang dilihat Yandi.Menghela nafas lega, tak terasa Yandi pun ikut tersenyum. Yandi merasa urusan dengan Becca akan berjalan mudah dan lancar. Yandi berdiri saja di hadapan Tuan Arga, menunggu apa yang akan diperintahkan padanya."Yandi, tolong buatkan perjanjian hutang piutang pada Becca, supaya semuanya jelas. Ada hitam di atas putih," perintah Tuan Arga."Baik, Tuan. Apakah seperti yang Tuan Arga katakan tadi di mobil? Becca bekerja sebagai koki di rumah Tuan selama satu tahun?" tanya Yandi memastikan."Benar.""Apakah ada tambahan yang lain?" tanya Yandi lagi."Hem ... Sepertinya itu sudah cukup. Buatkan draft kontraknya, biar nanti aku periksa," kata Tuan Arga."Baik, Tuan.""Apa jadwalku setelah ini?" tanya Tuan Arga, lalu berdiri dan akan meninggalkan kantor Jewelry Gallery ini. Ia tahu sudah
Malam belum terlalu larut, namun cuaca di luar sana yang masih hujan rintik-rintik membuat kafe ini terasa lengang. Lampu temaram menghiasi setiap sudut kafe, dengan iringan musik lembut terdengar di telinga.Sarah memegang segelas wine di tangannya, meminumnya sedikit demi sedikit berharap bisa menghangatkan tubuhnya. Bibirnya tersenyum manis, terkadang tertawa lebar saat lawan bicaranya membuat lelucon yang membuatnya senang."Sarah, kamu mau tambah wine lagi atau mau makan?" tanya Jerry, teman minum Sarah saat ini."Kita tambah lagi yuk, malam ini harus kita rayakan," sahut Sarah melemparkan senyum manisnya."Oke, Sayang." Senyum Jerry tak kalah senangnya.Malam ini membuat Sarah dan Jerry bahagia. Sarah memang sudah bertunangan dengan Arga, namun malam ini ketika Jerry menawarkan hubungan suka sama suka dengan Sarah, tanpa pikir panjang Sarah langsung menerimanya.Dan yang lebih gila lagi, Jerry adalah teman Arga. Bukan teman dekat, hanya
Becca memasuki kawasan perumahan elit. Matanya takjub melihat rumah-rumah besar nan mewah dengan halaman luas yang tertata apik. Becca membatin dalam hati, pasti setiap rumah dilengkapi kolam renang untuk memanjakan para penghuninya.Becca kembali memeriksa alamat yang Pak Yandi diberikan padanya. Rumah nomor 7 yang bercat putih. Rumah Tuan Arga. Becca pelan-pelan memacu motornya dan akhirnya ia melihat sebuah rumah indah bercat putih. Rumah dengan desain klasik nan mewah.Menghentikan motornya di depan gerbang, Becca dihampiri petugas keamanan."Selamat sore, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Satpam dengan wajah ramah."Selamat sore, Pak. Maaf saya mau bertanya, benarkah ini rumah Tuan Arga?" tanya Becca balas tersenyum."Benar. Apakah Nona ini Nona Becca?" tanyanya lagi."Benar, Pak." Becca agak bingung mengapa satpam tahu namanya."Nona Becca, silahkan masuk. Motornya diparkir di dalam saja. Tadi Pak Yandi sudah pesan pada saya
Sepanjang makan malam berlangsung, Becca hanya menundukkan wajahnya, enggan bertatapan langsung dengan Tuan Arga. Bukan takut, tapi lebih tepatnya ia tak mau mencari masalah.Becca sadar jika harus menahan dan mengalah demi kebebasan dirinya dari hutang karena masalah kalung itu.Sementara Tuan Arga sangat menikmati makanan yang terhidang. Semua kesukaannya dan rasanya sangat enak baginya. Ia memang tak salah menilai orang. Ia yakin Becca seseorang yang pandai memasak.Selesai makan malam, tanpa membuang waktu Becca langsung membereskan meja makan. Saat ke dapur, ternyata Bu Isti tidak ada di sana. Mungkin Bu Isti sudah beristirahat di kamarnya.Becca agak terkejut saat dilihatnya Tuan Arga berdiri bersandar di meja dapur saat ia selesai mencuci piring."Becca, kamu ikut ke ruangan saya!" perintah Tuan Arga pendek tanpa bisa dibantah.Becca hanya pasrah mengikuti Tuan Arga dari belakang. Padahal tadi, ia sudah berencana untuk segera pulang seu
"Becca, katakan siapa yang tadi bersamamu!" ucap Andre memaksa."Kak Andre, masuk dulu yuk. Nggak enak kan dilihat kalau di jalan begini. Sudah malam lagi," pinta Becca mengalihkan perhatian Andre sambil berpikir alasan yang masuk akal. Terus terang Becca belum ingin menceritakan apa yang dialaminya pada Andre. Ia tidak ingin Andre terus menolongnya."Kita jalan-jalan aja, Bec. Di kos mu nggak enak sama yang lain kan udah malam," kata Andre lalu sedikit mendorong tubuh Becca agar masuk ke dalam mobilnya. Ia sangat penasaran akan cerita Becca, tapi mungkin jika boleh jujur, ia cemburu.Andre menstater mobilnya dan menjalankan mobilnya di kafe yang ia tahu masih buka hingga tengah malam.Sementara Becca hanya terdiam memandang gelapnya malam dari jendela mobil. Otaknya menyusun kata-kata yang hendak ia sampaikan pada Andre."Bec, kamu kok diam aja. Sebenarnya ada apa.sih denganmu? Nggak biasanya kamu begini," tanya Andre yang tidak sabar akan penjelasa
Mobil Arga melaju dengan kecepatan sedang, perlahan menjauh dari vila yang selama dua hari ini mereka tinggali. Becca menatap pemandangan indah yang terhampar didepan matanya dengan mata kosong. Pikirannya melayang tak menentu. Sementara Arga yang menyetir di sebelahnya pun tampak terdiam. Pandangannya fokus menatap jalan aspal yang tampak berkelok di hadapannya. Perlahan menuruni perbukitan dan melaju menuju kota tempat tinggalnya.Becca sama sekali tidak ingin memulai percakapan apapun dengan Arga. Bahkan kepalanya berpaling seakan sedang menikmati pemandangan indah yang mereka lewati sepanjang jalan. Namun siapa sangka jika pikirannya melayang memikirkan diriya sendiri. Entahlah Becca harus marah atau bagaimana. Terus terang ia kecewa dengan sikap Arga yang ingin menjadikannya seperti wanita simpanan. Rasanya ia ingin memaki Arga, namun nyalinya seakan menciut saat ingat siapa Arga. Bagaimanapun Arga adalah bosnya walaupun saat ini statusnya adalah pacar Arga.Heh ... Benarkah a
Ponsel Becca berdering seakan menjerit minta segera diangkat. Dengan setengah hati, Becca pun mengambil ponsel yang masih tersimpan di dalam tasnya.Mila? Ada apa dia telpon? Tanya Becca dalam hati.Segera Becca menggeser tombol hijau di layar ponselnya.- "Hallo, Mila."- "Becca!!! Kamu masih hidup kan?!"- Ha??? Kamu lagi ngigau ya?"- "Enak aja, aku ini lagi di galeri. Kamu kemana sih kok udah 2 hari menghilang? Habis pulang kerja ini rencana aku mau laporin kamu ke polisi loh."- "Aku nggak ngilang, Mila. Aku lagi dalam misi penting."- "Apaan misi-misi! Bec, kalau kamu nggak pulang malam ini, beneran deh aku bakal lapor ke kantor polisi."- "Hahaha ... Kamu kangen sama aku ya, Mil?"- "Becca! Aku nggak bercanda!"- "Iya iya, sabar dong, Mil. Jangan ngegas mulu' ntar kecenya ilang loh. Sabar ntar malem aku pasti pulang kok. Don't worry be happy, okey ... "- "Beneran loh ya ... Awas ntar kalau ka
Tubuh Becca menggeliat, rasa geli mengusik ketenangan tidurnya. Ia merasakan lehernya diciumi dengan mesra. Apakah ini mimpi?"Aaaaaaa ... " Sekuat tenaga Becca bangun dari tidurnya dengan berteriak histeris."Astaga, Becca! Apa-apaan sih kamu?! Kamu mimpi buruk?" tanya Arga terkejut, ia sedang asyik-asyiknya menciumi leher putih mulus milik Becca eh ... yang punya malah berteriak membuat jantungnya serasa melompat."Eh sayang, kamu disini?" tanya Becca kebingungan.Nampaknya ia lupa jika semalam tidur bersama Arga. Dan saat ini mata Arga seketika membeliak dengan pemandangan indah yang terpampang di depan matanya. Becca yang polos tanpa sehelai benang pun.Tanpa sadar, Arga menelan salivanya dan seketika gairah kembali membuncah dalam tubuhnya. Juniornya seketika mendesak ingin dipuaskan."Istigiii!" teriak Becca saat menyadari jika kedua bukit kembarnya terlihat menantang minta dibelai. Reflek tangannya langsung menarik selimut untuk menutupi
Candle light dinner, begitulah kata orang saat melihat Becca dan Tuan Arga makan bersama di balkon villa. Suasana begitu romantis dengan kerlip lilin dan cahaya bulan yang redup.Becca sangat menikmati makan malam yang telah disiapkan Tuan Arga. Bagi Becca tentu saja ini adalah candle light dinner pertamanya. Menu makanan apapun malam ini pasti terasa sangat enak di lidahnya. Selesai makan, Becca meminum segelas lemon tea sambil memandang lampu kerlap kerlip di sekitar villa. Pemandangan malam ini memang sungguh menakjubkan."Kamu suka, Bec?" tanya Tuan Arga yang terus menatap mata Becca."Suka banget, Tuan.""Kenapa panggil 'Tuan' terus sih? Panggil Sayang bisa kan?!" pinta Tuan Arga."Uhuk ... harus ya?""Ah kamu ini, terserahlah kalau gitu," ucap Tuan Arga yang menampakkan wajah cemberut."Hehe ... maaf soalnya lidah saya udah terbiasa panggil 'Tuan', jadi susah ngubahnya.""Iya iya, terserahlah. Tapi yang penting kamu sayan
"Kalau gitu langsung kita nikahkan saja bulan depan, Pak," sahut Bu Rima antusias."Apa?!" teriak Mila dan Yandi berbarengan."Tapi ... " Yandi tergagap, seperti kehilangan kata-kata. Otaknya buntu nggak bisa berpikir."Ah Yandi, kamu ini kok kurang gercep sih," omel Bu Rima gemas.Sementara Mila sudah bisa menguasai diri dan kini hanya menampilkan senyum manisnya."Kok Ibu tau gercep segala?" Yandi sewot sendiri."Jangan salah, tua-tua begini Ibu juga sering nonton sinetron. Tau lah kalau cuma istilah begituan. Memang Ibu tinggal di dalam hutan," balas Bu Rima tidak mau kalah."Gimana Yandi?" tanya Pak Wisnu, mengembalikan ke topik pembicaraan semula."Gimana apanya?" tanya Yandi bingung."Aduh Yandi, kenapa kamu jadi lemot sih! Itu soal nikah bulan depan. Ah ... tanya kamu kelamaan. Nak Mila, gimana menurutmu? Setuju nggak kalau nikah bulan depan?" tanya Bu Rima tersenyum berharap."Ya Bu," sahut Mila santai.
Tuan Arga menghentikan mobilnya di sebuah halaman rumah villa yang terlihat mewah namun tidak terlalu besar."Rumah siapa ini, Tuan?" tanya Becca sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar rumah."Tentu saja rumahku. Kalau sedang butuh rehat, biasanya aku ke sini," ucap Tuan Arga sambil keluar dari mobilnya.Becca pun mengikuti. Mereka langsung disambut pengurus rumah, sepasang suami istri yang sudah tidak muda lagi."Ini beneran rumah Tuan Arga?" tanya Becca terkagum-kagum saat memasuki dalam rumah. Ternyata desain di dalam rumah terasa nyaman, walaupun minimalis."Kamu nggak percaya amat sih kalau aku bisa beli rumah disini? Kamu lupa kalau aku ini kaya?!" ucap Tuan Arga sedikit kesal."Hehe iya lupa. Habis rumahnya bagus banget." Becca hanya bisa melemparkan senyum manisnya agar Tuan Arga tidak semakin kesal padanya."Tuan Arga, Nona, silahkan ke taman belakang. Sudah ada minuman dan makanan kecil," ucap Pak Marto, pengurus r
"Wow!"Mila berseru takjub melihat pantulan wajahnya di cermin. Ia benar-benar berbeda setelah Tuan Gubah make over wajahnya."Ini beneran saya, Tuan?" tanya Mila mengerjapkan matanya tak percaya. Dengan perlahan, tangannya mengelus pipinya yang terpoles licin."Eits jangan dipegang ntar bedaknya luntur," sahut Tuan Igan membuat Mila terhenyak lalu tersenyum."Ah Tuan, bikin kaget aja.""Memang pacar kamu siapa sih, Mila? Kenalin dong," goda Tuan Gubah."Hehe pasti suatu saat nanti akan saya kenalin kok, Tuan. Tapi jangan sekarang, kan saya juga belum resmi banget," ucap Mila cari alasan, karena ia sangat yakin jika Tuan Igan dan Tuan Gubah pasti mengenal sosok Yandi."Oke deh, aku akan tunggu waktunya. Sekarang nih pakai dress yang ini biar penampilan kamu makin mempesona," perintah Tuan Igan sambil menyerahkan sepotong dress berwarna biru langit yang lembut.Mila mengelus dress cantik itu dengan lembut, tak sabar memakainya. Kemu
Mila berulang kali menguap, kantuk dan lelah menderanya. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan Andre masih betah duduk di depan kamar kos Becca, enggan untuk pulang.Mila melirik Andre, menelisik di wajah yang tampak penuh tekad itu."Ehm Kak Andre, ini sudah jam 10 malam. Apa nggak sebaiknya Kakak pulang aja, kan besok bisa ke sini lagi," ucap Mila akhirnya."Kalau kamu sudah ngantuk, tidur aja Mil. Aku akan menunggu sampai Becca pulang.""Tapi kan bentar lagi gerbang kos depan juga ditutup, Kak. Nanti malah diusir sama Pak Satpam, gimana dong," sanggah Mila."Oh iya aku lupa. Ya udah aku tunggu di jalan depan aja kalau gitu, Mil," ucap Andre tersenyum."Kak Andre, kalau mau terima saranku sih mending Kakak pulang aja deh. Besok baru kesini lagi. Aku yakin malam ini Becca nggak pulang."Sebenarnya Mila sudah tahu jika Becca menginap di rumah Tuan Arga malam ini karena baru saja Becca mengirimkan pesan padanya."Becca nggak pula
Becca, Arga dan Andre. Tiga orang yang berdiri tanpa suara, sama-sama terdiam bingung akan apa yang akan mereka lakukan.Arga dan Andre saling menatap tajam, sementara Becca bergantian melihat ke Arga dan Andre. Bingung akan apa yang akan ia putuskan.Namun tarikan di tangan Becca oleh Arga seketika mengejutkannya. Arga menarik kuat tangan Becca lalu membawanya ke mobil dan segera menutup pintunya.Andre yang melihat itu tidak tinggal diam, ia berusaha mencegahnya."Tuan Arga, tidak bisa begitu dong. Becca pulang bersama saya!" ucap Andre tegas menghentikan langkah Arga yang hendak masuk ke dalam mobilnya."Tidak usah repot-repot, Andre. Malam ini dan hari-hari seterusnya, jangan temui Becca lagi! Dia milikku, paham?!" Arga menatap tajam mata Andre.Segera Arga masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobil dengan cepat hingga menimbulkan suara ban yang berdecit.Andre hanya memandangi kepergian mobil Arga dengan tatapan tidak terima.