Becca mengalihkan pandangannya dari Andre yang menatapnya dengan tajam. Pikirannya berputar mencari alasan agar tidak menceritakan semuanya pada Andre. Ia belum siap.
"Bec, kenapa? Ada apa? Aku tahu pasti kamu ada masalah. Ayolah ceritakan," desak Andre menatap mata Becca.
"Ehm ... enggak kok, Kak. Enggak ada, beneran. Suer deh," ucap Becca berusaha meyakinkan Andre.
Andre masih menatap mata Becca, menelisik kebenaran akan ucapan Becca.
"Benarkah?""Iya, Kak. Sudah ah, yuk pulang. Aku agak lelah seharian ini banyak pekerjaan," kata Becca mengalihkan pembicaraan.
"Baiklah, tapi ingat ya. Kalau kamu ada masalah apapun, jangan ragu untuk menceritakan padaku. Kita akan cari jalan keluarnya sama-sama. Oke?!" Andre masih tidak percaya akan pernyataan Becca, namun ia juga tidak bisa memaksa jika Becca belum ingin berterus terang padanya.
Andre dan Becca keluar dari rumah makan, lalu masuk ke dalam mobil. Andre pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju kos Becca.
***
Sementara itu di ruangan kantor Tuan Arga, Yandi menemani Tuan Arga yang sedang menyantap makan malamnya. Malam ini Tuan Arga enggan pergi ke resto, jadi hanya pesan antar saja.
Selesai makan malam, Tuan Arga dan Yandi masih bekerja memeriksa laporan keuangan bulanan. Tuan Arga orang yang sangat teliti sehingga tidak heran, semua pegawainya pun dituntut untuk teliti dan bekerja sebaik-baiknya sesuai tuntutan perusahaan.
"Yandi, ini yang laporan keuangan dari divisi produksi fast food, tolong periksa lagi. Sepertinya ada pemborosan bahan baku," kata Tuan Arga yang memang sangat menguasai seluk beluk perusahaannya. Padahal perusahaanya sangat banyak, namun ia sebisa mungkin memeriksa semuanya agar perusahaannya semakin maju.
"Baik, Tuan. Saya akan menanyakannya pada Direkturnya." Yandi sudah sangat mengerti apa keinginan Tuan Arga.
Tok tok tok ....
Suara ketukan pintu mengalihkan sementara diskusi Tuan Arga dan Yandi. Segera Yandi berjalan dan membuka pintu.Dahi Yandi agak mengernyit saat tahu siapa yang datang malam begini ke kantor Tuan Arga."Silahkan masuk, Nona Sarah," ucap Yandi sopan.
Sarah berjalan dengan angkuh menuju meja Tuan Arga yang masih asyik memeriksa laporan bulanan.
"Arga, kamu tidak menyambutku?" tanya Sarah dengan manja mendekati tempat duduk Arga.
Tuan Arga mendongak, raut wajahnya menunjukkan ketidaksukaan karena pekerjaannya terganggu.
"Sarah, ada apa kamu ke sini?" tanya Arga malas.
"Arga, masa' semalam ini kamu masih kerja? Untuk apa punya banyak pegawai jika kamu masih bekerja keras?" tanya Sarah tanpa menghiraukan pertanyaan Arga.
Arga agak malas meladeni Sarah, tunangan yang tak diinginkannya. Tunangan kehendak orang tuanya. Arga sudah menolak berkali-kali, tapi ia bisa apa jika papanya selalu mengancam dengan penyakit jantungnya yang akan kambuh jika Arga menolak keinginan papa mamanya.
"Sarah, ada apa kamu ke sini?" ulang Arga dengan lebih tegas.
"Sebenarnya aku ingin makan malam sama kamu, sayang. Tapi udah larut begini." Sarah berkata dengan memanyunkan bibirnya agar Arga berbelas kasihan padanya.
"Aku sudah makan baru saja dan ini sudah mau pulang," ucap Arga yang tidak memperdulikan Sarah.
Arga menyuruh Yandi untuk membereskan berkas-berkas yang berserakan di meja. Arga pun berdiri dan bersiap hendak keluar dari kantornya.
"Arga, kamu kok sepertinya tidak suka aku datang?!" Sarah mulai merajuk.
"Pulanglah, Sarah. Aku lelah dan tidak punya banyak waktu untukmu," ucap Arga tegas.
"Kamu ini sama sekali tidak romantis," kata Sarah cemberut lalu mengikuti Arga yang berjalan di depannya.
Sementara Yandi yang telah selesai memasukkan berkas-berkas penting ke lemari arsip, lalu keluar dari ruangan kantor dan menguncinya.
Saat sudah tiba di tempat parkir, Yandi membukakan pintu untuk Tuan Arga. Sementara Sarah yang berpura-pura marah, masuk sendiri ke dalam mobilnya dengan membanting pintunya.
Arga sama sekali tidak perduli. Ia berharap dengan ketidakpeduliannya, ia ingin agar Sarah sendiri yang memutuskan pertunangan mereka tanpa Arga harus berkonfrontasi.
Yandi kemudian melajukan mobil dengan kecepatan sedang di belakang mobil Sarah. Saat Yandi melirik dari kaca spion, dilihatnya Tuan Arga memejamkan matanya, sepertinya ia lelah.
"Yan, apa kamu sudah mengirim pesan pada gadis yang merusakkan kalung itu?" tanya Arga yang masih memejamkan matanya.
"Sudah, Tuan. Saya bilang jika besok pagi, dia harus datang ke galeri," ucap Yandi.
"Oke. Ehm siapa namanya?" tanya Tuan Arga lagi.
"Becca, Tuan."
"Oh iya, Becca." Tuan Arga mengulang nama itu agar ia mengingatnya.
"Kita langsung pulang, Tuan?" tanya Yandi
"Iyalah, memang mau ke mana lagi?" tanya Tuan Arga.
"Baik, Tuan. Saya kira Tuan akan mengejar Nona Sarah ke apartemennya," ucap Yandi santai.
"Hei ... jangan bercanda kamu ya, Yan! Kamu kan sudah tahu bagaimana hubunganku dengan Sarah?!"
"Iya, maaf Tuan. Tapi tadi kan Nona Sarah kelihatannya marah," ucap Yandi lagi.
"Biarkan saja. Paling dia cuma pura-pura. Aku memang ingin seperti ini agar dia sendiri yang memutuskan pertunangan," kata Tuan Arga memijit keningnya yang selalu terasa pusing jika mengingat akan Sarah.
Pertunangan Arga dan Sarah terjadi satu bulan yang lalu. Pertunangan yang digelar secara tertutup adalah keinginan Arga sebagai syarat ia mau menerima pertunangan ini. Sebenarnya Sarah ingin acara yang besar-besaran dan disiarkan di stasiun televisi, namun Arga menolaknya dengan tegas.
Arga sudah mencari berbagai alasan untuk menolak pertunangan dengan Sarah. Selain ia tidak mencintainya, Arga juga tahu maksud orang tua Sarah menjodohkan Sarah dengannya.
Kini, Arga harus memutar otak mencari cara agar ia bisa terlepas dari pertunangan ini. Arga hanya memiliki waktu satu tahun sebelum pertunangan berubah menjadi pernikahan.
Mobil sudah memasuki halaman rumah yang seketika membuat Arga tersadar akan lamunannya. Ia pun keluar dari mobil saat Yandi membukakan pintunya.
Arga lalu masuk ke dalam rumah dan Yandi masih mengikutinya.
"Yandi, kamu pulang saja. Sudah tidak ada tugas lagi buat kamu.""Baik, Tuan Arga."
"Tapi ingat, besok pagi-pagi kita akan berkunjung ke galeri," kata Arga mengingatkan.
"Baik, Tuan. Saya tidak mungkin lupa," ucap Yandi tersenyum simpul.
Yandi tidak habis pikir dengan keinginan Tuan Arga yang ingin main-main dengan Becca, seorang gadis yang bukan apa-apa.
Yandi pun pamit untuk pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Namun bagi Yandi, ia sudah terbiasa dengan jam kerja yang panjang. Yandi bekerja dengan Tuan Arga bukan hanya semata-mata demi uang, namun ia memiliki alasan tersendiri hingga ia mengabdikan hidupnya sepenuhnya pada Tuan Arga.
Dengan langkah tegap, Yandi pun mengambil mobilnya sendiri yang terparkir di bagian samping rumah Arga lalu ia pun pulang menuju apartemennya.
Sementara Arga, ia membersihkan dirinya dan bersiap untuk tidur. Namun saat terbaring di ranjangnya, tiba-tiba ia teringat akan Becca, seorang gadis yang mengingatkannya pada seseorang. Tapi siapa?
-
-
-
Kaki Becca terasa berat melangkah ke galeri tempat kerjanya. Namun bagaimana pun juga ia harus berangkat, mempertanggung jawabkan kesalahannya kemarin. Masih sangat jelas dalam ingatannya saat tadi malam, ia mendapat pesan dari Pak Yandi yang memerintahkannya untuk tetap berangkat kerja seperti biasa hari ini.Tapi yang terutama, Pak Yandi ingin memberitahu Becca soal teknis bagaimana harus membayar kerugian akibat rusaknya kalung berlian itu.Semalam, Becca juga mendapat pesan di ponselnya dari Milla, teman baiknya di galeri. Mila bilang jika ia dan teman-teman lain akan mendukung Becca. Walaupun mereka sendiri tidak tahu hukuman apa yang akan Becca terima.Namun Becca sudah sangat bersyukur dan berterima kasih karena memiliki teman-teman yang ternyata menyayanginya walaupun ia belum lama bekerja di galeri.Langkah Becca terhenti di depan galeri, ia mengumpulkan keberaniannya. Dipandangnya Jewelry Gallery yang nampah megah dan mewah.Becca memejamkan ma
Yandi segera masuk ke dalam ruang kantor saat Becca keluar. Terlihat Tuan Arga tersenyum simpul, matanya memancarkan semangat yang jarang dilihat Yandi.Menghela nafas lega, tak terasa Yandi pun ikut tersenyum. Yandi merasa urusan dengan Becca akan berjalan mudah dan lancar. Yandi berdiri saja di hadapan Tuan Arga, menunggu apa yang akan diperintahkan padanya."Yandi, tolong buatkan perjanjian hutang piutang pada Becca, supaya semuanya jelas. Ada hitam di atas putih," perintah Tuan Arga."Baik, Tuan. Apakah seperti yang Tuan Arga katakan tadi di mobil? Becca bekerja sebagai koki di rumah Tuan selama satu tahun?" tanya Yandi memastikan."Benar.""Apakah ada tambahan yang lain?" tanya Yandi lagi."Hem ... Sepertinya itu sudah cukup. Buatkan draft kontraknya, biar nanti aku periksa," kata Tuan Arga."Baik, Tuan.""Apa jadwalku setelah ini?" tanya Tuan Arga, lalu berdiri dan akan meninggalkan kantor Jewelry Gallery ini. Ia tahu sudah
Malam belum terlalu larut, namun cuaca di luar sana yang masih hujan rintik-rintik membuat kafe ini terasa lengang. Lampu temaram menghiasi setiap sudut kafe, dengan iringan musik lembut terdengar di telinga.Sarah memegang segelas wine di tangannya, meminumnya sedikit demi sedikit berharap bisa menghangatkan tubuhnya. Bibirnya tersenyum manis, terkadang tertawa lebar saat lawan bicaranya membuat lelucon yang membuatnya senang."Sarah, kamu mau tambah wine lagi atau mau makan?" tanya Jerry, teman minum Sarah saat ini."Kita tambah lagi yuk, malam ini harus kita rayakan," sahut Sarah melemparkan senyum manisnya."Oke, Sayang." Senyum Jerry tak kalah senangnya.Malam ini membuat Sarah dan Jerry bahagia. Sarah memang sudah bertunangan dengan Arga, namun malam ini ketika Jerry menawarkan hubungan suka sama suka dengan Sarah, tanpa pikir panjang Sarah langsung menerimanya.Dan yang lebih gila lagi, Jerry adalah teman Arga. Bukan teman dekat, hanya
Becca memasuki kawasan perumahan elit. Matanya takjub melihat rumah-rumah besar nan mewah dengan halaman luas yang tertata apik. Becca membatin dalam hati, pasti setiap rumah dilengkapi kolam renang untuk memanjakan para penghuninya.Becca kembali memeriksa alamat yang Pak Yandi diberikan padanya. Rumah nomor 7 yang bercat putih. Rumah Tuan Arga. Becca pelan-pelan memacu motornya dan akhirnya ia melihat sebuah rumah indah bercat putih. Rumah dengan desain klasik nan mewah.Menghentikan motornya di depan gerbang, Becca dihampiri petugas keamanan."Selamat sore, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Satpam dengan wajah ramah."Selamat sore, Pak. Maaf saya mau bertanya, benarkah ini rumah Tuan Arga?" tanya Becca balas tersenyum."Benar. Apakah Nona ini Nona Becca?" tanyanya lagi."Benar, Pak." Becca agak bingung mengapa satpam tahu namanya."Nona Becca, silahkan masuk. Motornya diparkir di dalam saja. Tadi Pak Yandi sudah pesan pada saya
Sepanjang makan malam berlangsung, Becca hanya menundukkan wajahnya, enggan bertatapan langsung dengan Tuan Arga. Bukan takut, tapi lebih tepatnya ia tak mau mencari masalah.Becca sadar jika harus menahan dan mengalah demi kebebasan dirinya dari hutang karena masalah kalung itu.Sementara Tuan Arga sangat menikmati makanan yang terhidang. Semua kesukaannya dan rasanya sangat enak baginya. Ia memang tak salah menilai orang. Ia yakin Becca seseorang yang pandai memasak.Selesai makan malam, tanpa membuang waktu Becca langsung membereskan meja makan. Saat ke dapur, ternyata Bu Isti tidak ada di sana. Mungkin Bu Isti sudah beristirahat di kamarnya.Becca agak terkejut saat dilihatnya Tuan Arga berdiri bersandar di meja dapur saat ia selesai mencuci piring."Becca, kamu ikut ke ruangan saya!" perintah Tuan Arga pendek tanpa bisa dibantah.Becca hanya pasrah mengikuti Tuan Arga dari belakang. Padahal tadi, ia sudah berencana untuk segera pulang seu
"Becca, katakan siapa yang tadi bersamamu!" ucap Andre memaksa."Kak Andre, masuk dulu yuk. Nggak enak kan dilihat kalau di jalan begini. Sudah malam lagi," pinta Becca mengalihkan perhatian Andre sambil berpikir alasan yang masuk akal. Terus terang Becca belum ingin menceritakan apa yang dialaminya pada Andre. Ia tidak ingin Andre terus menolongnya."Kita jalan-jalan aja, Bec. Di kos mu nggak enak sama yang lain kan udah malam," kata Andre lalu sedikit mendorong tubuh Becca agar masuk ke dalam mobilnya. Ia sangat penasaran akan cerita Becca, tapi mungkin jika boleh jujur, ia cemburu.Andre menstater mobilnya dan menjalankan mobilnya di kafe yang ia tahu masih buka hingga tengah malam.Sementara Becca hanya terdiam memandang gelapnya malam dari jendela mobil. Otaknya menyusun kata-kata yang hendak ia sampaikan pada Andre."Bec, kamu kok diam aja. Sebenarnya ada apa.sih denganmu? Nggak biasanya kamu begini," tanya Andre yang tidak sabar akan penjelasa
Hari ini Becca merasa sangat lelah. Sudah seminggu ia menjalani hari-harinya dengan bekerja di galeri dan sore hingga malam harus memasak untuk Tuan Arga. Walau baru seminggu ia menjalani, tapi tulang-tulangnya terasa remuk setiap bangun pagi harinya. Kini Becca bertanya-tanya apakah ia akan sanggup menjalani ini satu tahun ke depan?Istirahat siang di galeri, Becca merebahkan tubuhnya di kursi panjang ruang karyawan. Ia sangat lelah, mungkin ia juga sakit. Tak tahu lagi rasa tubuhnya pokoknya ia kelelahan."Bec, makan dulu yuk. Ini nasi padang yang tadi kamu pesan," ajak Mila sambil menyodorkan sebungkus nasi padang pesanan Becca."Iya, makasih. Mila, kamu makan dulu aja. Aku capek banget pengen rebahan dulu," kata Becca sambil masih memejamkan matanya."Kamu sakit, Bec?" tanya Mila khawatir lalu memegang kening Becca."Enggak sih, cuma capek banget rasanya.""Ya pastilah capek, kamu hampir tiap hari pulang malam kan dari rumah Tuan Arga?!"
Becca berdiri di balkon kamar di lantai 2 yang disediakan untuknya. Belum pernah ia merasakan menempati kamar semewah ini. Tadi Tuan Arga sendiri yang menyuruh agar Becca menempati kamar ini.Saat tadi Becca memberitahu kepada Bu Isti kalau ia akan menginap di rumah Tuan Arga malam ini, reaksi Bu Isti biasa saja karena Becca mengatakan jika ia tidak enak badan dan Tuan Arga sendirilah yang memerintahkannya.Semilir angin membelai wajah Becca, rasanya sangat sejuk. Pemandangan taman yang ada di bawahnya dihiasi lampu yang semakin mempercantik taman, bagi Becca sangat indah. Ia sangat menikmati suasana malam yang indah. Malam pun belum terlalu larut karena jam baru menunjukkan pukul setengah sepuluh malam."Becca, kenapa kamu di luar? Nanti tambah sakit, katanya tadi tidak enak badan?!" Suara Tuan Arga menyentak lamunan Becca, membuat ia sedikit memekik."Ehm ... Saya hanya ingin melihat langit malam dari sini apakah sama dengan yang ada di kos saya," ucap