Becca keluar dari kantor Tuan Arga dengan dada terasa sesak menahan marah. Jantungnya berdetak kencang seperti habis berlari maraton. Baru kali ini ia mendapat penghinaan yang menginjak harga dirinya.
Becca cepat-cepat menekan tombol lift untuk mengantarnya ke lantai bawah. Saat memasuki lift, untung saja tidak ada orang selain dirinya.
Bersandar di dinding lift, Becca mengatur nafasnya. Perasaannya campur aduk, antara marah, kesal tapi juga takut. Ia takut telah menyinggung perasaan Tuan Arga yang sangat berkuasa. Ia tak ada seujung kuku dibanding Tuan Arga.
Setelah bisa mengendalikan emosinya, Becca mengambil sebotol air mineral dari dalam tasnya. Dengan perlahan diminumnya hingga habis tak bersisa. Air minum yang membuat dirinya semakin tenang.
Saat pintu lift terbuka, Becca segera keluar. Dengan langkah cepat ia keluar dari halaman perkantoran Tuan Arga. Becca tidak tahu jalan pulang. Becca mengamati sekitarnya, lalu ia menemukan sebuah taman kecil. Di sana ia duduk dan membuka peta di ponselnya, mencari jalan pulang.
Saat itu ponselnya berdering, ternyata Andre yang meneleponnya. Andre adalah penolongnya. Bagi Becca, Andre lebih sekedar teman, tapi juga kakak dan sahabat terbaiknya.
- "Halo Kak Andre."
- "Halo Becca. Sore ini setelah pulang kerja, aku jemput ya."
- "Maaf Kak, tapi sekarang aku ada di depan perkantoran PT. Duta Laksana. Tadi aku dipanggil ke kantor pusat."
- "Kamu sudah selesai kan? Kalau begitu, kamu tunggu saja di sana. Aku jemput ya."
- "Nggak usah, Kak. Aku bisa naik angkutan umum kok."
- "Jangan, nanti malah kesasar. Posisiku juga nggak jauh dari sana. Tunggu kira-kira setengah jam. Oke?!"
- "Baiklah, Kak. Aku ada di taman kecil di sebelah gedung."
- "Oke, tunggu ya."
Telpon pun ditutup. Becca menghela nafas, antara senang tapi juga nggak enak karena merepotkan Andre yang sudah banyak membantunya.
Becca ingat pertemuan pertama dengan Andre. Saat itu ia masih SMA, Andre datang ke panti bersama keluarganya untuk memberikan bantuan. Perkenalan singkat tanpa kesan.
Namun beberapa bulan kemudian saat Becca sudah lulus SMA dan sedang mencari pekerjaan, ia bertemu Andre. Saat itu ternyata Becca melamar pekerjaan di perusahaan Andre.
Becca bekerja selama satu tahun di perusahaan Andre, hingga akhirnya ia memutuskan untuk mencari pengalaman di tempat lain. Namun sebenarnya Becca hanya tidak ingin lebih merepotkan Andre, karena selama bekerja Andre selalu membantunya.
Bunyi klakson mobil membuyarkan lamunan Becca. Ia segera mencari sumber suara dan Becca melihat Andre membuka jendela mobilnya. Senyum ramah tersungging di bibirnya. Becca balas tersenyum dan beranjak mendekati Andre.
"Becca, yuk masuk!" perintah Andre ramah.
"Iya Kak, terima kasih. Maaf sudah merepotkan Kakak," ucap Becca sambil duduk di sebelah Andre.
"Santai lah, Bec. Kamu ini kayak sama siapa aja," saut Andre sambil menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Tapi memang aku selalu merepotkan Kakak sih," kata Becca masih memaksa.
"Sudah jangan dibahas lagi. Bec, kita cari makan dulu yuk, pasti kamu belum makan kan? Aku juga udah laper," ajak Andre santai.
"Iya Kak, terserah Kakak aja."
Andre hanya melemparkan senyumnya. Hati Becca terasa hangat. Memang seperti itulah perlakuan Andre padanya. Selalu hangat walaupun jika dibandingkan dengan Andre, Becca bukanlah apa-apa.
Usia Andre terpaut 7 tahun dengan Becca. Andre kini berumur 27 tahun, tapi ia bisa dibilang pengusaha sukses. Perusahan Andre bergerak di bidang retail. Memang Andre meneruskan bisnis keluarganya, tapi di tangan Andre, perusahaan menjadi lebih maju.
Becca terkadang merasa kecil hati. Ia hanya anak yatim piatu yang tidak jelas asal usulnya. Mengapa Andre masih mau berteman dengannya?
"Bec, kita makan di sana ya," ucap Andre membuyarkan lamunan Becca.
"Iya, Kak," saut Becca tersenyum.
Rumah makan ini menyediakan berbagai menu makanan. Becca memilih ayam bakar untuknya, sedangkan Andre memilih menu sate sapi kesukaannya.
"Bec, tadi kenapa kamu dipanggil ke kantor pusat? Memang ada masalah apa?" tanya Andre sambil menunggu makanan pesanan mereka datang.
Becca agak terkejut mendengar pertanyaan Andre. Ia bingung akan menjawab apa. Jika berterus terang, ia takut Andre akan membantu dan menyelesaikan masalahnya. Dan akhirnya Becca memutuskan untuk tidak menceritakan dulu. Bukan berbohong tapi ia belum ingin menceritakan pada Andre. Becca memutar otaknya mencari alasan.
"Oh itu lho, Kak. Aku akan dipindahkan ke galeri luar kota, tapi aku menolak. Lalu aku disuruh manajer untuk memberikan alasan secara langsung pada manajer pusat." Becca mengatakan apa yang terlintas di kepalanya.
"Oh begitu. Syukurlah kalau kamu tidak ingin pindah kota. Kan kita akan kesulitan kalau bertemu," kata Andre tersenyum.
"Haha Kak Andre bisa aja."
Saat itu makanan pesanan mereka datang. Becca dan Andre sama-sama menikmati makan malam mereka walaupun hari baru menjelang petang.
Selesai makan, Andre pun terus menatap Becca yang ada di hadapannya. Hatinya selalu berdesir setiap kali menatap mata Becca. Ia selalu menemukan kepolosan, kenaifan namun juga keberanian.
Andre sangat tahu latar belakang Becca, namun ia tidak memperdulikan semua itu. Ia memang sudah menyukai Becca sejak mereka bertemu pertama kali. Baginya, Becca adalah seseorang yang akan bisa mendampinginya dalam mengarungi kehidupan.
Namun saat ini, Andre belum bisa mengutarakan isi hatinya. Masih terlalu dini baginya. Ia harus bersabar karena tahu jika saat ini Becca masih menganggapnya seorang kakak dan teman baik.
Andre yakin jika ia bersabar dan terus dekat akhirnya Becca akan merasa sayang dan jatuh cinta padanya.
"Kak Andre kenapa lihatin Becca terus? Ada yang aneh ya?" tanya Becca malu.
"Oh enggak kok. Aku hanya ingat saat pertemuan pertama kita di panti. Dulu kamu masih gadis remaja, sekarang kamu sudah lebih dewasa," ucap Andre tersenyum, mencari alasan.
"Haha ... waktu itu aku pasti kelihatan culun banget ya, Kak?"
"Eh enggak kok. Justru sekarang kamu ini malah culun," ledek Andre.
"Enak aja. Sekarang aku ini udah gadis dewasa," elak Becca sambil memanyunkan bibirnya.
"Iya iya percaya. Takut aku kalau kamu udah ngambek."
"Eh kapan aku pernah ngambek sama Kakak?" tanya Becca.
"Pernah lah ... kemarin itu waktu kamu mau resign dari perusahaan tapi aku tolak."
"Kan itu aku ingin cari pengalaman dan nggak ingin tergantung terus sama Kak Andre." Becca tersenyum sendiri jika ingat peristiwa itu.
"Ya tapi kan kamu pakai drama dulu," ucap Andre sambil tersenyum geli.
"Iya iya, aku emang suka drama." Becca pun akhirnya ikut tertawa.
Saat itu ponsel Becca berbunyi tanda ada pesan masuk. Saat membacanya senyumnya pun seketika hilang dari bibirnya.
- Besok pagi kamu harus datang tepat waktu ke galeri. Jangan membuat Tuan Arga menunggu.
Pesan dari Pak Yandi yang membuat Becca ingat akan masalah peliknya.
"Kenapa Becca?" tanya Andre penasaran.
-
-
-
Becca mengalihkan pandangannya dari Andre yang menatapnya dengan tajam. Pikirannya berputar mencari alasan agar tidak menceritakan semuanya pada Andre. Ia belum siap."Bec, kenapa? Ada apa? Aku tahu pasti kamu ada masalah. Ayolah ceritakan," desak Andre menatap mata Becca."Ehm ... enggak kok, Kak. Enggak ada, beneran. Suer deh," ucap Becca berusaha meyakinkan Andre.Andre masih menatap mata Becca, menelisik kebenaran akan ucapan Becca."Benarkah?""Iya, Kak. Sudah ah, yuk pulang. Aku agak lelah seharian ini banyak pekerjaan," kata Becca mengalihkan pembicaraan."Baiklah, tapi ingat ya. Kalau kamu ada masalah apapun, jangan ragu untuk menceritakan padaku. Kita akan cari jalan keluarnya sama-sama. Oke?!" Andre masih tidak percaya akan pernyataan Becca, namun ia juga tidak bisa memaksa jika Becca belum ingin berterus terang padanya.Andre dan Becca keluar dari rumah makan, lalu masuk ke dalam mobil. Andre pun melajukan mobilnya dengan kec
Kaki Becca terasa berat melangkah ke galeri tempat kerjanya. Namun bagaimana pun juga ia harus berangkat, mempertanggung jawabkan kesalahannya kemarin. Masih sangat jelas dalam ingatannya saat tadi malam, ia mendapat pesan dari Pak Yandi yang memerintahkannya untuk tetap berangkat kerja seperti biasa hari ini.Tapi yang terutama, Pak Yandi ingin memberitahu Becca soal teknis bagaimana harus membayar kerugian akibat rusaknya kalung berlian itu.Semalam, Becca juga mendapat pesan di ponselnya dari Milla, teman baiknya di galeri. Mila bilang jika ia dan teman-teman lain akan mendukung Becca. Walaupun mereka sendiri tidak tahu hukuman apa yang akan Becca terima.Namun Becca sudah sangat bersyukur dan berterima kasih karena memiliki teman-teman yang ternyata menyayanginya walaupun ia belum lama bekerja di galeri.Langkah Becca terhenti di depan galeri, ia mengumpulkan keberaniannya. Dipandangnya Jewelry Gallery yang nampah megah dan mewah.Becca memejamkan ma
Yandi segera masuk ke dalam ruang kantor saat Becca keluar. Terlihat Tuan Arga tersenyum simpul, matanya memancarkan semangat yang jarang dilihat Yandi.Menghela nafas lega, tak terasa Yandi pun ikut tersenyum. Yandi merasa urusan dengan Becca akan berjalan mudah dan lancar. Yandi berdiri saja di hadapan Tuan Arga, menunggu apa yang akan diperintahkan padanya."Yandi, tolong buatkan perjanjian hutang piutang pada Becca, supaya semuanya jelas. Ada hitam di atas putih," perintah Tuan Arga."Baik, Tuan. Apakah seperti yang Tuan Arga katakan tadi di mobil? Becca bekerja sebagai koki di rumah Tuan selama satu tahun?" tanya Yandi memastikan."Benar.""Apakah ada tambahan yang lain?" tanya Yandi lagi."Hem ... Sepertinya itu sudah cukup. Buatkan draft kontraknya, biar nanti aku periksa," kata Tuan Arga."Baik, Tuan.""Apa jadwalku setelah ini?" tanya Tuan Arga, lalu berdiri dan akan meninggalkan kantor Jewelry Gallery ini. Ia tahu sudah
Malam belum terlalu larut, namun cuaca di luar sana yang masih hujan rintik-rintik membuat kafe ini terasa lengang. Lampu temaram menghiasi setiap sudut kafe, dengan iringan musik lembut terdengar di telinga.Sarah memegang segelas wine di tangannya, meminumnya sedikit demi sedikit berharap bisa menghangatkan tubuhnya. Bibirnya tersenyum manis, terkadang tertawa lebar saat lawan bicaranya membuat lelucon yang membuatnya senang."Sarah, kamu mau tambah wine lagi atau mau makan?" tanya Jerry, teman minum Sarah saat ini."Kita tambah lagi yuk, malam ini harus kita rayakan," sahut Sarah melemparkan senyum manisnya."Oke, Sayang." Senyum Jerry tak kalah senangnya.Malam ini membuat Sarah dan Jerry bahagia. Sarah memang sudah bertunangan dengan Arga, namun malam ini ketika Jerry menawarkan hubungan suka sama suka dengan Sarah, tanpa pikir panjang Sarah langsung menerimanya.Dan yang lebih gila lagi, Jerry adalah teman Arga. Bukan teman dekat, hanya
Becca memasuki kawasan perumahan elit. Matanya takjub melihat rumah-rumah besar nan mewah dengan halaman luas yang tertata apik. Becca membatin dalam hati, pasti setiap rumah dilengkapi kolam renang untuk memanjakan para penghuninya.Becca kembali memeriksa alamat yang Pak Yandi diberikan padanya. Rumah nomor 7 yang bercat putih. Rumah Tuan Arga. Becca pelan-pelan memacu motornya dan akhirnya ia melihat sebuah rumah indah bercat putih. Rumah dengan desain klasik nan mewah.Menghentikan motornya di depan gerbang, Becca dihampiri petugas keamanan."Selamat sore, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Satpam dengan wajah ramah."Selamat sore, Pak. Maaf saya mau bertanya, benarkah ini rumah Tuan Arga?" tanya Becca balas tersenyum."Benar. Apakah Nona ini Nona Becca?" tanyanya lagi."Benar, Pak." Becca agak bingung mengapa satpam tahu namanya."Nona Becca, silahkan masuk. Motornya diparkir di dalam saja. Tadi Pak Yandi sudah pesan pada saya
Sepanjang makan malam berlangsung, Becca hanya menundukkan wajahnya, enggan bertatapan langsung dengan Tuan Arga. Bukan takut, tapi lebih tepatnya ia tak mau mencari masalah.Becca sadar jika harus menahan dan mengalah demi kebebasan dirinya dari hutang karena masalah kalung itu.Sementara Tuan Arga sangat menikmati makanan yang terhidang. Semua kesukaannya dan rasanya sangat enak baginya. Ia memang tak salah menilai orang. Ia yakin Becca seseorang yang pandai memasak.Selesai makan malam, tanpa membuang waktu Becca langsung membereskan meja makan. Saat ke dapur, ternyata Bu Isti tidak ada di sana. Mungkin Bu Isti sudah beristirahat di kamarnya.Becca agak terkejut saat dilihatnya Tuan Arga berdiri bersandar di meja dapur saat ia selesai mencuci piring."Becca, kamu ikut ke ruangan saya!" perintah Tuan Arga pendek tanpa bisa dibantah.Becca hanya pasrah mengikuti Tuan Arga dari belakang. Padahal tadi, ia sudah berencana untuk segera pulang seu
"Becca, katakan siapa yang tadi bersamamu!" ucap Andre memaksa."Kak Andre, masuk dulu yuk. Nggak enak kan dilihat kalau di jalan begini. Sudah malam lagi," pinta Becca mengalihkan perhatian Andre sambil berpikir alasan yang masuk akal. Terus terang Becca belum ingin menceritakan apa yang dialaminya pada Andre. Ia tidak ingin Andre terus menolongnya."Kita jalan-jalan aja, Bec. Di kos mu nggak enak sama yang lain kan udah malam," kata Andre lalu sedikit mendorong tubuh Becca agar masuk ke dalam mobilnya. Ia sangat penasaran akan cerita Becca, tapi mungkin jika boleh jujur, ia cemburu.Andre menstater mobilnya dan menjalankan mobilnya di kafe yang ia tahu masih buka hingga tengah malam.Sementara Becca hanya terdiam memandang gelapnya malam dari jendela mobil. Otaknya menyusun kata-kata yang hendak ia sampaikan pada Andre."Bec, kamu kok diam aja. Sebenarnya ada apa.sih denganmu? Nggak biasanya kamu begini," tanya Andre yang tidak sabar akan penjelasa
Hari ini Becca merasa sangat lelah. Sudah seminggu ia menjalani hari-harinya dengan bekerja di galeri dan sore hingga malam harus memasak untuk Tuan Arga. Walau baru seminggu ia menjalani, tapi tulang-tulangnya terasa remuk setiap bangun pagi harinya. Kini Becca bertanya-tanya apakah ia akan sanggup menjalani ini satu tahun ke depan?Istirahat siang di galeri, Becca merebahkan tubuhnya di kursi panjang ruang karyawan. Ia sangat lelah, mungkin ia juga sakit. Tak tahu lagi rasa tubuhnya pokoknya ia kelelahan."Bec, makan dulu yuk. Ini nasi padang yang tadi kamu pesan," ajak Mila sambil menyodorkan sebungkus nasi padang pesanan Becca."Iya, makasih. Mila, kamu makan dulu aja. Aku capek banget pengen rebahan dulu," kata Becca sambil masih memejamkan matanya."Kamu sakit, Bec?" tanya Mila khawatir lalu memegang kening Becca."Enggak sih, cuma capek banget rasanya.""Ya pastilah capek, kamu hampir tiap hari pulang malam kan dari rumah Tuan Arga?!"