Hari ini Becca merasa sangat lelah. Sudah seminggu ia menjalani hari-harinya dengan bekerja di galeri dan sore hingga malam harus memasak untuk Tuan Arga. Walau baru seminggu ia menjalani, tapi tulang-tulangnya terasa remuk setiap bangun pagi harinya. Kini Becca bertanya-tanya apakah ia akan sanggup menjalani ini satu tahun ke depan?
Istirahat siang di galeri, Becca merebahkan tubuhnya di kursi panjang ruang karyawan. Ia sangat lelah, mungkin ia juga sakit. Tak tahu lagi rasa tubuhnya pokoknya ia kelelahan.
"Bec, makan dulu yuk. Ini nasi padang yang tadi kamu pesan," ajak Mila sambil menyodorkan sebungkus nasi padang pesanan Becca.
"Iya, makasih. Mila, kamu makan dulu aja. Aku capek banget pengen rebahan dulu," kata Becca sambil masih memejamkan matanya.
"Kamu sakit, Bec?" tanya Mila khawatir lalu memegang kening Becca.
"Enggak sih, cuma capek banget rasanya."
"Ya pastilah capek, kamu hampir tiap hari pulang malam kan dari rumah Tuan Arga?!"
Becca berdiri di balkon kamar di lantai 2 yang disediakan untuknya. Belum pernah ia merasakan menempati kamar semewah ini. Tadi Tuan Arga sendiri yang menyuruh agar Becca menempati kamar ini.Saat tadi Becca memberitahu kepada Bu Isti kalau ia akan menginap di rumah Tuan Arga malam ini, reaksi Bu Isti biasa saja karena Becca mengatakan jika ia tidak enak badan dan Tuan Arga sendirilah yang memerintahkannya.Semilir angin membelai wajah Becca, rasanya sangat sejuk. Pemandangan taman yang ada di bawahnya dihiasi lampu yang semakin mempercantik taman, bagi Becca sangat indah. Ia sangat menikmati suasana malam yang indah. Malam pun belum terlalu larut karena jam baru menunjukkan pukul setengah sepuluh malam."Becca, kenapa kamu di luar? Nanti tambah sakit, katanya tadi tidak enak badan?!" Suara Tuan Arga menyentak lamunan Becca, membuat ia sedikit memekik."Ehm ... Saya hanya ingin melihat langit malam dari sini apakah sama dengan yang ada di kos saya," ucap
Becca seketika melompat dari ranjangnya sesaat setelah membuka matanya. Tangannya langsung memegang kepalanya yang terasa berdenyut saat ini.Oh God ... Apa yang sudah aku lakukan semalam???Becca mondar mandir mengelilingi ranjang big size kebingungan, lalu kembali menghempaskan tubuhnya ke ranjang lagi. Ah ... Tubuhnya terasa nyaman tidur di ranjang ini. No! Ia harus segera pulang pagi ini juga.Melirik jam di dinding yang masih menunjukkan pukul setengah enam pagi, Becca memang harus gerak cepat. Ia tidak ingin bertemu Tuan Arga pagi ini dan langsung ingin kembali ke kos nya saja.Becca pun menuju kamar mandi, walaupun ingin cepat pulang tapi bolehkan dia mandi dulu di kamar mandi yang mewah ini. Ada bath up segala, mana pernah Becca mandi berendam di bath up kan?!Tidak mau membuang kesempatan, Becca pun mengisi bath up dengan air hangat dan mulai mandi berendam. Tubuhnya terasa nyaman dan inginnya berlama-lama namun ia teringat jika harus segera
Becca terlihat syok, pikirannya sudah mengembara kemana-mana. Apa maksudnya dikontrak sehari? Memang dia barang? Tubuhnya seketika langsung merinding membayangkan akan jadi apa dirinya nanti.Sementara Tuan Arga tampak puas, ia tertawa dalam hati. Entah mengapa menyiksa gadis di depannya terasa menyenangkan untuknya. Kepolosan dan kenaifan Becca tanpa dibuat-buat.Becca berusaha tegar, ia harus bisa melewati hari ini. Saat matanya melihat ke arah pintu resto, seketika hatinya bersorak gembira. Terlihat Tuan Yandi berjalan memasuki resto. Senyum Becca mengembang, tak menyangka ia akan sesenang ini melihat Tuan Yandi. Padahal biasanya ia langsung menghindari apapun yang berurusan dengannya.Tuan Arga melirik Becca yang terlihat sangat senang melihat Yandi. Ada rasa sebal di hatinya mengapa Becca bisa sebahagia itu melihat Yandi saja."Kamu kenapa, Becca? Melihat Yandi seperti melihat berlian berjalan?" tanya Tuan Arga ketus."Iya, Tuan. Saya senang k
Perlahan Becca membuka pintu kamar mandi, kepalanya celingukan mencari keberadaan Tuan Arga. Ia hanya memakai bathrobe karena bajunya tadi ia tinggalkan sembarangan di kursi dekat jendela."Cari siapa?"Suara Tuan Arga sontak mengejutkannya."Ya ampun ... Bikin kaget saja."Becca memegang dadanya dan melihat ke arah sumber suara. Ternyata Tuan Arga sedang bersandar santai di dinding sebelah pintu kamar mandi, menunggunya."Kamu sudah siap, Bec?" tanya Tuan Arga mendekatkan wajahnya ke wajah Becca.Becca mundur perlahan, tangannya menutupi dadanya menahan tubuh Tuan Arga yang sudah akan menyentuh tubuhnya," Siap untuk apa, Tuan?"Tuan Arga berjalan semakin maju hingga tubuh Becca akhirnya terperangkap antara dinding dan tubuh Tuan Arga. Kemudian Becca memejamkan matanya, wajahnya sudah merah padam membayangkan bibir Tuan Arga yang lembut akan melumat bibirnya. Hembusan nafas Tuan Arga terasa membelai wajahnya.Namun ... detik de
Tuan Arga mengawasi Becca dari sudut matanya sambil mengakhiri pembicaraan dengan lawan bicaranya. Kemudian ia mendekati Becca yang yang masih berdiri di belakang bunga."Becca, apa yang kamu lakukan?" tanya Tuan Arga saat sudah berdiri di dekat Becca.Namun tanpa diduga, Becca malah menarik tubuh Tuan Arga agar ikut bersembunyi bersamanya."Sstt!" Jari telunjuk Becca menutup mulutnya, meminta agar Tuan Arga diam dan tidak bertanya padanya.Tuan Arga menegakkan badannya dan menarik Becca agar tidak bersembunyi, "Katakan kamu sembunyi dari siapa?"Becca kebingungan karena Andre kini malah berjalan mendekatinya. Becca yang hendak berbalik untuk kabur ditahan tangan Tuan Arga."Mau ke mana kamu? Sembunyi lagi?""Enggak, Tuan. Tadi saya mau cari lebah buat oleh-oleh," ucap Becca yang berusaha kabur. Tapi kini rasanya sudah percuma karena Andre berdiri di depannya."Becca?! Kamu di sini? Sama siapa?" tanya Andre terkejut. Kemudian mat
Becca terduduk lemah, namun seketika hidungnya mengendus bau makanan yang terasa menggelitik hidungnya. Asisten Tuan Igan membawakan nasi goreng dan langsung menghidangkannya di hadapan Becca. Melihat nasi goreng petai membuat Becca menelan ludahnya, perutnya langsung menggeliat berbunyi keroncongan."Nona Becca, kita makan dulu ya. Soalnya setelah ini masih ada satu tugas lagi," kata Tuan Igan sambil mengambil nasi goreng miliknya."Siap, Tuan Igan," sahut Becca dengan senyum manisnya.Tak menunggu lagi, Becca langsung menyantap sepiring nasi goreng petai favoritnya. Tuan Igan hanya tersenyum geli melihat Becca."Haiss cantik-cantik kok ya doyan petai," ucapnya menahan tawa."Cantik sama petai itu memang saling berkaitan. Menurutku petai itu akan membuat kulit lebih bersinar jadi otomatis membuat tambah cantik," kata Becca dengan mulut penuh mengunyah makanan."Kata siapa? Penelitiannya sudah terbukti?" tanya Tuan Igan penasaran."Kata
"Becca, bangun! Kita sudah sampai." Yandi menggoyang-goyang lengan Becca, berusaha membangunkannya.Dengan malas, Becca pun membuka matanya. Tak terasa ia sudah tertidur, mungkin karena kelelahan."Kita sudah sampai, Tuan?""Ya, ayo kita harus cepat. Sudah larut malam ini."Becca mengikuti langkah Yandi dari belakang menuju mobil yang telah menanti. Badannya lelah, ia hanya ingin tidur. Semoga saja hotel yang akan dituju tidak terlalu jauh.Sesampainya di hotel yang tampak megah, Becca pun terus mengikuti Yandi tanpa banyak bicara. Lift yang mereka tumpangi naik ke lantai paling atas.Kamar hotel yang dituju sangat besar. Di dalam ruangan itu ada 3 buah kamar. Satu kamar utama dan dua kamar yang lebih kecil ukurannya."Becca, kamu tempati kamar yang ini. Jangan berisik, Tuan Arga mungkin sudah tidur di kamar utama," jelas Yandi sambil membuka pintu kamar untuk Becca."Baik, terimakasih Tuan Yandi," ucap Becca lega. Ia tadi sudah
Menikmati deburan ombak menyentuh kaki, Becca berdiri menatap cakrawala. Sekilas kehidupannya seperti diputar kembali. Entah kenapa saat ini ia teringat kedua orangtuanya yang entah berada di mana. Masih hidup kah atau sudah tidak ada di dunia ini?Banyak pertanyaan berlompatan di kepalanya.Mengapa orang tuanya tega meninggalkannya di pintu panti asuhan? Tapi dalam hati, ia bersyukur karena ia masih diberi kehidupan. Dan saat ini ia merasa lebih bersyukur lagi karena ia bisa hidup mandiri."Kamu melamunkan apa, Becca?" tanya Tuan Arga mengejutkan, membuat Becca seketika menatap gelagapan."Eh ... enggak kenapa-napa kok, Tuan. Hanya saja tiba-tiba saya teringat orang tua saya. Ah sudahlah, mungkin mereka sudah tidak ada lagi." Becca tersenyum, berkata seperti untuk dirinya sendiri."Apa kamu mau saya bantu mencari orangtua kamu?""Tidak usah, terimakasih Tuan. Saya hanya ingin pasrah saja, jika memang takdir mempertemukan saya dengan orang tua