"Becca, bangun! Kita sudah sampai." Yandi menggoyang-goyang lengan Becca, berusaha membangunkannya.
Dengan malas, Becca pun membuka matanya. Tak terasa ia sudah tertidur, mungkin karena kelelahan.
"Kita sudah sampai, Tuan?""Ya, ayo kita harus cepat. Sudah larut malam ini."
Becca mengikuti langkah Yandi dari belakang menuju mobil yang telah menanti. Badannya lelah, ia hanya ingin tidur. Semoga saja hotel yang akan dituju tidak terlalu jauh.
Sesampainya di hotel yang tampak megah, Becca pun terus mengikuti Yandi tanpa banyak bicara. Lift yang mereka tumpangi naik ke lantai paling atas.
Kamar hotel yang dituju sangat besar. Di dalam ruangan itu ada 3 buah kamar. Satu kamar utama dan dua kamar yang lebih kecil ukurannya.
"Becca, kamu tempati kamar yang ini. Jangan berisik, Tuan Arga mungkin sudah tidur di kamar utama," jelas Yandi sambil membuka pintu kamar untuk Becca.
"Baik, terimakasih Tuan Yandi," ucap Becca lega. Ia tadi sudah
Menikmati deburan ombak menyentuh kaki, Becca berdiri menatap cakrawala. Sekilas kehidupannya seperti diputar kembali. Entah kenapa saat ini ia teringat kedua orangtuanya yang entah berada di mana. Masih hidup kah atau sudah tidak ada di dunia ini?Banyak pertanyaan berlompatan di kepalanya.Mengapa orang tuanya tega meninggalkannya di pintu panti asuhan? Tapi dalam hati, ia bersyukur karena ia masih diberi kehidupan. Dan saat ini ia merasa lebih bersyukur lagi karena ia bisa hidup mandiri."Kamu melamunkan apa, Becca?" tanya Tuan Arga mengejutkan, membuat Becca seketika menatap gelagapan."Eh ... enggak kenapa-napa kok, Tuan. Hanya saja tiba-tiba saya teringat orang tua saya. Ah sudahlah, mungkin mereka sudah tidak ada lagi." Becca tersenyum, berkata seperti untuk dirinya sendiri."Apa kamu mau saya bantu mencari orangtua kamu?""Tidak usah, terimakasih Tuan. Saya hanya ingin pasrah saja, jika memang takdir mempertemukan saya dengan orang tua
Becca terdiam melamun memandang langit biru di sepanjang mata memandang. Saat ini ia berada di dalam pesawat yang akan membawanya pulang kembali ke Indonesia. Ia sendirian naik pesawat komersial karena Tuan Arga dan Yandi ada keperluan bisnis di lain negara untuk seminggu ke depan.Masih jelas dalam ingatannya kejadian semalam saat Tuan Arga mencium bibirnya. Memeluknya dengan hangat sepanjang perjalanan kembali ke hotel.Dan tadi saat hendak naik pesawat, Tuan Arga juga mengantarnya sampai bandara dan ia tak menyangka jika Tuan Arga kembali mencium di keningnya."Hati-hati, Sayang. Tunggu aku kembali."Itu ucapan perpisahan yang Tuan Arga katakan, membuat Becca terkejut sekaligus bingung. Apa maksudnya ia memanggil dirinya sayang?Tak terasa pesawat yang ditumpangi Becca sudah hendak mendarat. Becca tak menyadari karena terlalu sibuk dengan lamunannya hingga sama sekali tidak menikmati perjalanan ini.Becca kemudian naik taksi online pulang ke
Tiga hari sudah berlalu, Becca menjalani aktivitas seperti biasa. Tapi bedanya setiap sore ia libur menjadi tukang masak di rumah Tuan Arga. Becca pun bisa menikmati sore hari bersama teman-temannya. Namun sore ini Becca pulang kerja dengan wajah lesu."Bec, ayo pulang. Kamu kenapa lemes gitu sih?" tanya Mila yang sudah siap keluar dari galeri."Kamu pulang duluan aja, Mil. Aku masih betah di sini," ucap Becca yang malah membaringkan tubuhnya di kursi panjang di ruang karyawan.Mila yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala, karena tidak biasanya Becca malas pulang."Haiss ... Ini bocah kenapa lagi? Kamu kenapa malas pulang? Hayooo kamu nungguin Reza, karyawan baru yang cakep itu ya," goda Mila yang ikut duduk lagi."Eh jangan bicara sembarangan! Nanti kalau teman lain denger dikiranya aku naksir Reza lagi.""Lah terus ngapain kamu malas pulang?" tanya Mila lagi penasaran."Ehm sebenarnya sekarang Kak Andre lagi nungguin aku di kos,"
Becca mencari wajah seseorang yang ada di hatinya, namun ia seketika terkejut saat ia melihat wajah seorang pria di hatinya yang ternyata adalah ... Tuan Igan dengan senyum kemayunya.Astaganaga ... Kenapa bisa Tuan Igan? Dosa apa aku ini. Huaaa ....Becca menutup wajahnya dengan kedua tangannya lalu menggelengkan kepalanya berusaha mengusir wajah Tuan Igan dan berharap menemukan wajah seseorang yang diinginkannya tapi ..."Bec, Becca! Kamu nggak apa-apa?" tanya Andre menyentuh pundak Becca lembut.Seketika Becca tersadar Andre menunggu jawabannya. Dengan malu Becca mendongakkan wajahnya menatap Andre."Kak Andre.""Sstt Becca, aku nggak menuntut jawaban dari kamu sekarang. Aku mohon pikirkanlah. Aku berharap kamu membuka hatimu untukku dan ijinkan aku mengisi hatimu. Aku akan sabar menunggu hingga kamu mencintaiku," ucap Andre menatap dalam mata Becca.Becca seakan tidak tega melihat Andre saat ini. Ia merasa bersalah telah menolak Andre
Rapat dengan para investor yang menegangkan bagi Yandi karena ia harus bisa mengambil hati mereka. Namun tidak dengan Tuan Arga. Sedari tadi ia hanya termenung, pikirannya sama sekali tidak berada di rapat ini.Yandi mengelap keringat yang sedikit muncul di dahinya sambil melirik Tuan Arga yang sama sekali tidak membantunya. Entah apa yang Tuan Arga pikirkan, rasanya ia ingin menyenggol lengan Tuan Arga agar mau membantu menjawab pertanyaan dari para investor.Sementara Arga saat ini hanya memikirkan Becca. Tadi pagi Yandi melaporkan jika hari ini Becca pergi ke pantai dengan Mila dan Andre. Ya walaupun tidak pergi berdua dengan Andre saja, namun dalam hati Arga tetap merasa sebal. Arga ingin segera pulang ke Indonesia, tapi jadwal kepulangannya masih dua hari lagi.Arga memejamkan matanya, bayangan Becca seakan menari-nari di pelupuk matanya. Ia tidak bisa membayangkan Becca sedang tertawa-tawa berkejaran dengan Andre di pinggir pantai dengan latar belakang omb
Malam ini Becca termenung di tempat tidurnya. Mila yang melihat akhirnya bertanya," Kamu kenapa, Bec? Pulang dari panti bukannya senang malah manyun dari tadi." Mila juga mengamati sepanjang perjalanan pulang, Becca tidak banyak bicara. Bahkan Andre tidak dihiraukan oleh Becca. "Aku bingung, Mil. Tadi Bu Anik memberi aku pin ini." Becca memberikan pin yang ada di tangannya pada Mila. "Bukannya ini logo grup perusahaan tempat kita bekerja?" "Benar. Aku bingung jadinya siapa orangtuaku sebenarnya, karena yang aku tahu tidak sembarang orang yang bisa memiliki pin ini," jelas Becca. "Ehm ... Mungkin kamu adiknya Tuan Arga," tebak Mila yang kini bangun dari rebahannya. Ia jadi tidak mengantuk karena merasa penasaran. "Haiss kamu ini ada-ada saja, Mil." "Loh siapa tahu kan, kalau itu masih saudaranya Tuan Arga kan sangat menguntungkan. Kamu langsung auto tajir. Tapi kalau udah tajir jangan lupakan aku ya, Bec," canda Mila sambi
Malam ini Becca termenung di tempat tidurnya. Mila yang melihat akhirnya bertanya," Kamu kenapa, Bec? Pulang dari panti bukannya senang malah manyun dari tadi."Mila juga mengamati sepanjang perjalanan pulang, Becca tidak banyak bicara. Bahkan Andre tidak dihiraukan oleh Becca."Aku bingung, Mil. Tadi Bu Anik memberi aku pin ini." Becca memberikan pin yang ada di tangannya pada Mila."Bukannya ini logo grup perusahaan tempat kita bekerja?""Benar. Aku bingung jadinya siapa orangtuaku sebenarnya, karena yang aku tahu tidak sembarang orang yang bisa memiliki pin ini," jelas Becca."Ehm ... Mungkin kamu adiknya Tuan Arga," tebak Mila yang kini bangun dari rebahannya. Ia jadi tidak mengantuk karena merasa penasaran."Haiss kamu ini ada-ada saja, Mil.""Loh siapa tahu kan, kalau itu masih saudaranya Tuan Arga kan sangat menguntungkan. Kamu langsung auto tajir. Tapi kalau udah tajir jangan lupakan aku ya, Bec," canda Mila sambil terta
Sarah terbangun dari tidur nyenyaknya saat mendengar pintu kamarnya di ketuk dengan keras."Siapa?" tanyanya sambil membangunkan tubuhnya, mengucek mata. Dilihatnya mama memasuki kamar."Sarah, bangun! Kamu belum tahu kabar tentang tunanganmu?" tanya Mama Sarah dengan suaranya yang melengking."Emangnya kenapa sih, Ma?" tanya Sarah malas."Arga itu sudah kembali ke Indonesia dan sore ini dia mau ke Bali. Masa' kamu nggak diajak?" tanya Mama Sarah."Mama dapat info dari siapa? Yakin bisa dipercaya? Setahuku besok baru Arga pulang," kata Sarah masih malas."Pokoknya, kamu mesti membuat Arga membawamu ke Bali! Kamu tahu di Bali ada acara apa?""Emangnya acara apa, Ma?""Haduh ... Sarah, kamu jangan ogah-ogahan gini dong. Mama Papa itu sudah bersusah payah membuat kamu bisa bertunangan dengan Arga. Kalau besok kamu sudah jadi istri Arga, barulah kamu bisa bersantai. Kita sudah tidak punya banyak waktu. Perusahaan Papa sudah hampir