Rapat dengan para investor yang menegangkan bagi Yandi karena ia harus bisa mengambil hati mereka. Namun tidak dengan Tuan Arga. Sedari tadi ia hanya termenung, pikirannya sama sekali tidak berada di rapat ini.
Yandi mengelap keringat yang sedikit muncul di dahinya sambil melirik Tuan Arga yang sama sekali tidak membantunya. Entah apa yang Tuan Arga pikirkan, rasanya ia ingin menyenggol lengan Tuan Arga agar mau membantu menjawab pertanyaan dari para investor.
Sementara Arga saat ini hanya memikirkan Becca. Tadi pagi Yandi melaporkan jika hari ini Becca pergi ke pantai dengan Mila dan Andre. Ya walaupun tidak pergi berdua dengan Andre saja, namun dalam hati Arga tetap merasa sebal. Arga ingin segera pulang ke Indonesia, tapi jadwal kepulangannya masih dua hari lagi.
Arga memejamkan matanya, bayangan Becca seakan menari-nari di pelupuk matanya. Ia tidak bisa membayangkan Becca sedang tertawa-tawa berkejaran dengan Andre di pinggir pantai dengan latar belakang omb
Malam ini Becca termenung di tempat tidurnya. Mila yang melihat akhirnya bertanya," Kamu kenapa, Bec? Pulang dari panti bukannya senang malah manyun dari tadi." Mila juga mengamati sepanjang perjalanan pulang, Becca tidak banyak bicara. Bahkan Andre tidak dihiraukan oleh Becca. "Aku bingung, Mil. Tadi Bu Anik memberi aku pin ini." Becca memberikan pin yang ada di tangannya pada Mila. "Bukannya ini logo grup perusahaan tempat kita bekerja?" "Benar. Aku bingung jadinya siapa orangtuaku sebenarnya, karena yang aku tahu tidak sembarang orang yang bisa memiliki pin ini," jelas Becca. "Ehm ... Mungkin kamu adiknya Tuan Arga," tebak Mila yang kini bangun dari rebahannya. Ia jadi tidak mengantuk karena merasa penasaran. "Haiss kamu ini ada-ada saja, Mil." "Loh siapa tahu kan, kalau itu masih saudaranya Tuan Arga kan sangat menguntungkan. Kamu langsung auto tajir. Tapi kalau udah tajir jangan lupakan aku ya, Bec," canda Mila sambi
Malam ini Becca termenung di tempat tidurnya. Mila yang melihat akhirnya bertanya," Kamu kenapa, Bec? Pulang dari panti bukannya senang malah manyun dari tadi."Mila juga mengamati sepanjang perjalanan pulang, Becca tidak banyak bicara. Bahkan Andre tidak dihiraukan oleh Becca."Aku bingung, Mil. Tadi Bu Anik memberi aku pin ini." Becca memberikan pin yang ada di tangannya pada Mila."Bukannya ini logo grup perusahaan tempat kita bekerja?""Benar. Aku bingung jadinya siapa orangtuaku sebenarnya, karena yang aku tahu tidak sembarang orang yang bisa memiliki pin ini," jelas Becca."Ehm ... Mungkin kamu adiknya Tuan Arga," tebak Mila yang kini bangun dari rebahannya. Ia jadi tidak mengantuk karena merasa penasaran."Haiss kamu ini ada-ada saja, Mil.""Loh siapa tahu kan, kalau itu masih saudaranya Tuan Arga kan sangat menguntungkan. Kamu langsung auto tajir. Tapi kalau udah tajir jangan lupakan aku ya, Bec," canda Mila sambil terta
Sarah terbangun dari tidur nyenyaknya saat mendengar pintu kamarnya di ketuk dengan keras."Siapa?" tanyanya sambil membangunkan tubuhnya, mengucek mata. Dilihatnya mama memasuki kamar."Sarah, bangun! Kamu belum tahu kabar tentang tunanganmu?" tanya Mama Sarah dengan suaranya yang melengking."Emangnya kenapa sih, Ma?" tanya Sarah malas."Arga itu sudah kembali ke Indonesia dan sore ini dia mau ke Bali. Masa' kamu nggak diajak?" tanya Mama Sarah."Mama dapat info dari siapa? Yakin bisa dipercaya? Setahuku besok baru Arga pulang," kata Sarah masih malas."Pokoknya, kamu mesti membuat Arga membawamu ke Bali! Kamu tahu di Bali ada acara apa?""Emangnya acara apa, Ma?""Haduh ... Sarah, kamu jangan ogah-ogahan gini dong. Mama Papa itu sudah bersusah payah membuat kamu bisa bertunangan dengan Arga. Kalau besok kamu sudah jadi istri Arga, barulah kamu bisa bersantai. Kita sudah tidak punya banyak waktu. Perusahaan Papa sudah hampir
Becca memejamkan matanya, wajah Tuan Arga terasa semakin dekat di wajahnya. Hembusan nafasnya terasa membelai bibirnya, Becca menata degub jantungnya siap-siap untuk merasakan bibir Tuan Arga."Tuan Arga, Nona Becca, kita sudah hampir mendarat. Harap bersiap-siap," ucap seorang pramugari dengan sopan.Aih gagal lagi ....Becca membatin sambil membuka sebelah matanya. Ia melihat wajah Tuan Arga juga nampak kecewa. Kayaknya sih hehe ...."Becca, urusan kita belum selesai ya. Masih banyak waktu kita selama di Bali," ucap Tuan Arga penuh makna sambil mengerlingkan matanya.Astaga nggak aku sangka ternyata Tuan Arga mesum juga. Semoga nggak terjadi apa yang aku inginkan. Eehh ....Becca senyum-senyum sendiri. Entah bagaimana perasaannya terhadap Tuan Arga. Ia tidak mau berpikir terlalu jauh, hanya ingin flow with the wind. Benar gitukah perumpamaannya? Ah entahlah ... pokoknya ikut aja angin yang mau membawamu ke mana.Setelah pesawat mendarat
Becca sudah siap pagi ini. Ia sudah mandi dan memakai dress biru laut yang terlihat manis. Becca juga memoleskan makeup tipis-tipis di wajahnya dan sedang memberikan last touch di pipi mulusnya saat terdengar ketukan di pintu kamarnya. Segera Becca membukanya."Pak Yandi?!" seru Becca sedikit aneh melihat Yandi berdiri di depan pintu kamarnya ditemani waiters yang membawa sarapan pagi."Becca, boleh aku sarapan pagi bersamamu?" tanya Yandi dengan senyum dibuat-buat."Boleh saja," ucap Becca sambil menganggukkan kepalanya. Ia agak bingung kenapa Yandi malah mau sarapan di kamarnya. Tapi Becca diam saja tak banyak bertanya.Semua hidangan untuk sarapan ditata di balkon. Yandi dan Becca duduk berhadapan."Silahkan, Becca," ucap Yandi mempersilahkan Becca untuk makan."Terimakasih."Becca lalu mengambil sandwich dan menuangkan kopi untuknya. Rasanya aneh makan berdua dengan Yandi seperti ini."Pak Yandi, maaf saya mau tanya. Di mana Tu
Becca berlari kencang menuju kamarnya. Tak ia hiraukan pandangan aneh orang-orang yang dilewatinya. Sesekali kepalanya menengok ke belakang mencari Tuan Arga yang mengejarnya, tapi ternyata tidak ada. Mungkin ia terlalu keras menggigit tangannya tadi. Becca pun mengurangi kecepatan larinya.Sesampainya di kamar, ia langsung mengunci pintu dan terduduk di kursi yang ada di situ. Nafasnya ngos-ngosan, jantungnya berdetak kencang. Namun Becca malah tersenyum, ia berhasil lolos dari kejaran Tuan Arga. Dikejar Tuan Arga lebih nyeremin dari pada dikejar tukang kredit hehe ....Becca pun memandangi cincin yang melingkar di jari manisnya. Tak menyangka ia bisa menemukan cincin indah seperti ini. Namun ada perasaan takut juga, jangan-jangan ini cincin keramat atau pemikat. Ah bodoh ... ini kan bukan novel horor jadi nggak akan ada deh cerita yang begituan. Tapi sepertinya ini cincin pertunangan atau cincin kawin. Ataukah ia harus melaporkannya ke pihak hotel?Becca akan
Suara ketukan pintu membuat Becca menghentikan aktivitasnya. Saat membuka pintu, Becca harus menelan ludahnya karena terpesona dengan penampilan Tuan Arga yang sangat keren di matanya. Rambut yang tertata rapi dengan model kekinian, jas hitam dengan potongan pas di tubuh yang khusus dibuat untuknya, plus bau wangi maskulin yang semerbak seakan membelai hidung Becca untuk menciumi tubuh atletis Tuan Arga. Tapi Becca nggak berani sejauh itu sih haha ...."Tuan Arga, silahkan masuk," ucap Becca setelah bisa menguasai dirinya.Namun tiba-tiba Tuan Arga memeluk Becca. Untuk sesaat Becca terdiam terkejut. Tapi Becca menyambut pelukan Tuan Arga."Tuan, maaf ada apa nih? Kok memeluk saya?" Becca akhirnya bisa berucap."Sstt ... Diamlah dulu! Biarkan aku memelukmu 5 menit saja.""Satu jam juga boleh kok, Tuan," kata Becca, ia pun membiarkan Tuan Arga memeluknya. Entah kenapa ia pun merasa bahagia dipeluk seperti ini. Ada rasa berdesir aneh di dadanya, seperti
"Bec! Becca!" panggil Tuan Arga."Eh iya, kenapa Tuan?" Becca mengerjapkan matanya berusaha memusatkan pikirannya pada Tuan Arga yang kini nampak kesal."Becca, kamu dengar apa yang aku katakan barusan?" tanya Tuan Arga kesal."Ehm iya denger, Tuan Arga sayang kan sama saya," kata Becca lirih."Salah! Aku bukan hanya sayang, tapi aku jatuh cinta sama kamu, Becca. Maukah kamu menjadi kekasihku?" tanya Tuan Arga sekali lagi."Maaf, Tuan Arga. Bukannya saya tidak mau, tapi ... " Belum selesai Becca berbicara, Tuan Arga sudah menyela."Becca, jangan pikirkan yang lain. Cukup kamu sayang saja sama aku, itu sudah cukup. Bukalah hatimu untukku," pinta Tuan Arga menatap tulus mata Becca."Tapi saya takut, Tuan.""Kenapa takut?" Tangan Tuan Arga membelai pipi Becca dengan sayang."Takut karena saya bukanlah siapa-siapa. Saya hanya anak yatim, tidak punya apa-apa dan juga .... "Perkataan Becca terhenti saat bibir Tuan Arga
Mobil Arga melaju dengan kecepatan sedang, perlahan menjauh dari vila yang selama dua hari ini mereka tinggali. Becca menatap pemandangan indah yang terhampar didepan matanya dengan mata kosong. Pikirannya melayang tak menentu. Sementara Arga yang menyetir di sebelahnya pun tampak terdiam. Pandangannya fokus menatap jalan aspal yang tampak berkelok di hadapannya. Perlahan menuruni perbukitan dan melaju menuju kota tempat tinggalnya.Becca sama sekali tidak ingin memulai percakapan apapun dengan Arga. Bahkan kepalanya berpaling seakan sedang menikmati pemandangan indah yang mereka lewati sepanjang jalan. Namun siapa sangka jika pikirannya melayang memikirkan diriya sendiri. Entahlah Becca harus marah atau bagaimana. Terus terang ia kecewa dengan sikap Arga yang ingin menjadikannya seperti wanita simpanan. Rasanya ia ingin memaki Arga, namun nyalinya seakan menciut saat ingat siapa Arga. Bagaimanapun Arga adalah bosnya walaupun saat ini statusnya adalah pacar Arga.Heh ... Benarkah a
Ponsel Becca berdering seakan menjerit minta segera diangkat. Dengan setengah hati, Becca pun mengambil ponsel yang masih tersimpan di dalam tasnya.Mila? Ada apa dia telpon? Tanya Becca dalam hati.Segera Becca menggeser tombol hijau di layar ponselnya.- "Hallo, Mila."- "Becca!!! Kamu masih hidup kan?!"- Ha??? Kamu lagi ngigau ya?"- "Enak aja, aku ini lagi di galeri. Kamu kemana sih kok udah 2 hari menghilang? Habis pulang kerja ini rencana aku mau laporin kamu ke polisi loh."- "Aku nggak ngilang, Mila. Aku lagi dalam misi penting."- "Apaan misi-misi! Bec, kalau kamu nggak pulang malam ini, beneran deh aku bakal lapor ke kantor polisi."- "Hahaha ... Kamu kangen sama aku ya, Mil?"- "Becca! Aku nggak bercanda!"- "Iya iya, sabar dong, Mil. Jangan ngegas mulu' ntar kecenya ilang loh. Sabar ntar malem aku pasti pulang kok. Don't worry be happy, okey ... "- "Beneran loh ya ... Awas ntar kalau ka
Tubuh Becca menggeliat, rasa geli mengusik ketenangan tidurnya. Ia merasakan lehernya diciumi dengan mesra. Apakah ini mimpi?"Aaaaaaa ... " Sekuat tenaga Becca bangun dari tidurnya dengan berteriak histeris."Astaga, Becca! Apa-apaan sih kamu?! Kamu mimpi buruk?" tanya Arga terkejut, ia sedang asyik-asyiknya menciumi leher putih mulus milik Becca eh ... yang punya malah berteriak membuat jantungnya serasa melompat."Eh sayang, kamu disini?" tanya Becca kebingungan.Nampaknya ia lupa jika semalam tidur bersama Arga. Dan saat ini mata Arga seketika membeliak dengan pemandangan indah yang terpampang di depan matanya. Becca yang polos tanpa sehelai benang pun.Tanpa sadar, Arga menelan salivanya dan seketika gairah kembali membuncah dalam tubuhnya. Juniornya seketika mendesak ingin dipuaskan."Istigiii!" teriak Becca saat menyadari jika kedua bukit kembarnya terlihat menantang minta dibelai. Reflek tangannya langsung menarik selimut untuk menutupi
Candle light dinner, begitulah kata orang saat melihat Becca dan Tuan Arga makan bersama di balkon villa. Suasana begitu romantis dengan kerlip lilin dan cahaya bulan yang redup.Becca sangat menikmati makan malam yang telah disiapkan Tuan Arga. Bagi Becca tentu saja ini adalah candle light dinner pertamanya. Menu makanan apapun malam ini pasti terasa sangat enak di lidahnya. Selesai makan, Becca meminum segelas lemon tea sambil memandang lampu kerlap kerlip di sekitar villa. Pemandangan malam ini memang sungguh menakjubkan."Kamu suka, Bec?" tanya Tuan Arga yang terus menatap mata Becca."Suka banget, Tuan.""Kenapa panggil 'Tuan' terus sih? Panggil Sayang bisa kan?!" pinta Tuan Arga."Uhuk ... harus ya?""Ah kamu ini, terserahlah kalau gitu," ucap Tuan Arga yang menampakkan wajah cemberut."Hehe ... maaf soalnya lidah saya udah terbiasa panggil 'Tuan', jadi susah ngubahnya.""Iya iya, terserahlah. Tapi yang penting kamu sayan
"Kalau gitu langsung kita nikahkan saja bulan depan, Pak," sahut Bu Rima antusias."Apa?!" teriak Mila dan Yandi berbarengan."Tapi ... " Yandi tergagap, seperti kehilangan kata-kata. Otaknya buntu nggak bisa berpikir."Ah Yandi, kamu ini kok kurang gercep sih," omel Bu Rima gemas.Sementara Mila sudah bisa menguasai diri dan kini hanya menampilkan senyum manisnya."Kok Ibu tau gercep segala?" Yandi sewot sendiri."Jangan salah, tua-tua begini Ibu juga sering nonton sinetron. Tau lah kalau cuma istilah begituan. Memang Ibu tinggal di dalam hutan," balas Bu Rima tidak mau kalah."Gimana Yandi?" tanya Pak Wisnu, mengembalikan ke topik pembicaraan semula."Gimana apanya?" tanya Yandi bingung."Aduh Yandi, kenapa kamu jadi lemot sih! Itu soal nikah bulan depan. Ah ... tanya kamu kelamaan. Nak Mila, gimana menurutmu? Setuju nggak kalau nikah bulan depan?" tanya Bu Rima tersenyum berharap."Ya Bu," sahut Mila santai.
Tuan Arga menghentikan mobilnya di sebuah halaman rumah villa yang terlihat mewah namun tidak terlalu besar."Rumah siapa ini, Tuan?" tanya Becca sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar rumah."Tentu saja rumahku. Kalau sedang butuh rehat, biasanya aku ke sini," ucap Tuan Arga sambil keluar dari mobilnya.Becca pun mengikuti. Mereka langsung disambut pengurus rumah, sepasang suami istri yang sudah tidak muda lagi."Ini beneran rumah Tuan Arga?" tanya Becca terkagum-kagum saat memasuki dalam rumah. Ternyata desain di dalam rumah terasa nyaman, walaupun minimalis."Kamu nggak percaya amat sih kalau aku bisa beli rumah disini? Kamu lupa kalau aku ini kaya?!" ucap Tuan Arga sedikit kesal."Hehe iya lupa. Habis rumahnya bagus banget." Becca hanya bisa melemparkan senyum manisnya agar Tuan Arga tidak semakin kesal padanya."Tuan Arga, Nona, silahkan ke taman belakang. Sudah ada minuman dan makanan kecil," ucap Pak Marto, pengurus r
"Wow!"Mila berseru takjub melihat pantulan wajahnya di cermin. Ia benar-benar berbeda setelah Tuan Gubah make over wajahnya."Ini beneran saya, Tuan?" tanya Mila mengerjapkan matanya tak percaya. Dengan perlahan, tangannya mengelus pipinya yang terpoles licin."Eits jangan dipegang ntar bedaknya luntur," sahut Tuan Igan membuat Mila terhenyak lalu tersenyum."Ah Tuan, bikin kaget aja.""Memang pacar kamu siapa sih, Mila? Kenalin dong," goda Tuan Gubah."Hehe pasti suatu saat nanti akan saya kenalin kok, Tuan. Tapi jangan sekarang, kan saya juga belum resmi banget," ucap Mila cari alasan, karena ia sangat yakin jika Tuan Igan dan Tuan Gubah pasti mengenal sosok Yandi."Oke deh, aku akan tunggu waktunya. Sekarang nih pakai dress yang ini biar penampilan kamu makin mempesona," perintah Tuan Igan sambil menyerahkan sepotong dress berwarna biru langit yang lembut.Mila mengelus dress cantik itu dengan lembut, tak sabar memakainya. Kemu
Mila berulang kali menguap, kantuk dan lelah menderanya. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan Andre masih betah duduk di depan kamar kos Becca, enggan untuk pulang.Mila melirik Andre, menelisik di wajah yang tampak penuh tekad itu."Ehm Kak Andre, ini sudah jam 10 malam. Apa nggak sebaiknya Kakak pulang aja, kan besok bisa ke sini lagi," ucap Mila akhirnya."Kalau kamu sudah ngantuk, tidur aja Mil. Aku akan menunggu sampai Becca pulang.""Tapi kan bentar lagi gerbang kos depan juga ditutup, Kak. Nanti malah diusir sama Pak Satpam, gimana dong," sanggah Mila."Oh iya aku lupa. Ya udah aku tunggu di jalan depan aja kalau gitu, Mil," ucap Andre tersenyum."Kak Andre, kalau mau terima saranku sih mending Kakak pulang aja deh. Besok baru kesini lagi. Aku yakin malam ini Becca nggak pulang."Sebenarnya Mila sudah tahu jika Becca menginap di rumah Tuan Arga malam ini karena baru saja Becca mengirimkan pesan padanya."Becca nggak pula
Becca, Arga dan Andre. Tiga orang yang berdiri tanpa suara, sama-sama terdiam bingung akan apa yang akan mereka lakukan.Arga dan Andre saling menatap tajam, sementara Becca bergantian melihat ke Arga dan Andre. Bingung akan apa yang akan ia putuskan.Namun tarikan di tangan Becca oleh Arga seketika mengejutkannya. Arga menarik kuat tangan Becca lalu membawanya ke mobil dan segera menutup pintunya.Andre yang melihat itu tidak tinggal diam, ia berusaha mencegahnya."Tuan Arga, tidak bisa begitu dong. Becca pulang bersama saya!" ucap Andre tegas menghentikan langkah Arga yang hendak masuk ke dalam mobilnya."Tidak usah repot-repot, Andre. Malam ini dan hari-hari seterusnya, jangan temui Becca lagi! Dia milikku, paham?!" Arga menatap tajam mata Andre.Segera Arga masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobil dengan cepat hingga menimbulkan suara ban yang berdecit.Andre hanya memandangi kepergian mobil Arga dengan tatapan tidak terima.