Becca berlari kencang menuju kamarnya. Tak ia hiraukan pandangan aneh orang-orang yang dilewatinya. Sesekali kepalanya menengok ke belakang mencari Tuan Arga yang mengejarnya, tapi ternyata tidak ada. Mungkin ia terlalu keras menggigit tangannya tadi. Becca pun mengurangi kecepatan larinya.
Sesampainya di kamar, ia langsung mengunci pintu dan terduduk di kursi yang ada di situ. Nafasnya ngos-ngosan, jantungnya berdetak kencang. Namun Becca malah tersenyum, ia berhasil lolos dari kejaran Tuan Arga. Dikejar Tuan Arga lebih nyeremin dari pada dikejar tukang kredit hehe ....
Becca pun memandangi cincin yang melingkar di jari manisnya. Tak menyangka ia bisa menemukan cincin indah seperti ini. Namun ada perasaan takut juga, jangan-jangan ini cincin keramat atau pemikat. Ah bodoh ... ini kan bukan novel horor jadi nggak akan ada deh cerita yang begituan. Tapi sepertinya ini cincin pertunangan atau cincin kawin. Ataukah ia harus melaporkannya ke pihak hotel?
Becca akan
Suara ketukan pintu membuat Becca menghentikan aktivitasnya. Saat membuka pintu, Becca harus menelan ludahnya karena terpesona dengan penampilan Tuan Arga yang sangat keren di matanya. Rambut yang tertata rapi dengan model kekinian, jas hitam dengan potongan pas di tubuh yang khusus dibuat untuknya, plus bau wangi maskulin yang semerbak seakan membelai hidung Becca untuk menciumi tubuh atletis Tuan Arga. Tapi Becca nggak berani sejauh itu sih haha ...."Tuan Arga, silahkan masuk," ucap Becca setelah bisa menguasai dirinya.Namun tiba-tiba Tuan Arga memeluk Becca. Untuk sesaat Becca terdiam terkejut. Tapi Becca menyambut pelukan Tuan Arga."Tuan, maaf ada apa nih? Kok memeluk saya?" Becca akhirnya bisa berucap."Sstt ... Diamlah dulu! Biarkan aku memelukmu 5 menit saja.""Satu jam juga boleh kok, Tuan," kata Becca, ia pun membiarkan Tuan Arga memeluknya. Entah kenapa ia pun merasa bahagia dipeluk seperti ini. Ada rasa berdesir aneh di dadanya, seperti
"Bec! Becca!" panggil Tuan Arga."Eh iya, kenapa Tuan?" Becca mengerjapkan matanya berusaha memusatkan pikirannya pada Tuan Arga yang kini nampak kesal."Becca, kamu dengar apa yang aku katakan barusan?" tanya Tuan Arga kesal."Ehm iya denger, Tuan Arga sayang kan sama saya," kata Becca lirih."Salah! Aku bukan hanya sayang, tapi aku jatuh cinta sama kamu, Becca. Maukah kamu menjadi kekasihku?" tanya Tuan Arga sekali lagi."Maaf, Tuan Arga. Bukannya saya tidak mau, tapi ... " Belum selesai Becca berbicara, Tuan Arga sudah menyela."Becca, jangan pikirkan yang lain. Cukup kamu sayang saja sama aku, itu sudah cukup. Bukalah hatimu untukku," pinta Tuan Arga menatap tulus mata Becca."Tapi saya takut, Tuan.""Kenapa takut?" Tangan Tuan Arga membelai pipi Becca dengan sayang."Takut karena saya bukanlah siapa-siapa. Saya hanya anak yatim, tidak punya apa-apa dan juga .... "Perkataan Becca terhenti saat bibir Tuan Arga
Yandi menatap wajah Becca, ada rasa curiga terpancar dari matanya."Kenapa kamu tanya itu? Apa pentingnya buat kamu?" tanya Yandi menaikkan sebelah alisnya, curiga."Ahaha ... kan saya mau kasih selamat buat yang berhasil dapat pin bintang emas. Layak disebut 'Pahlawan', ucap Becca meyakinkan.Mata Yandi menyipit, memandang Becca yang terlihat aneh."Selamat ya Pak Yandi, anda adalah pahlawan grup perusahaan Tuan Arga, Grup Bintang Sentosa Makmur. Semoga anda akan selalu menjadi bintang yang sentosa dan makmur selamanya." Becca menampilkan wajah meyakinkan plus senyuman bak iklan pasta gigi."Terus kamu mau memberi selamat pada 4 orang pemilik pin yang lainnya juga?" tanya Yandi curiga."Tentu saja, Pak. Memang dimana mereka? Masih bekerja di perusahaan kan?""Sayang sekali usahamu akan sia-sia, Bec. Tiga orang sudah meninggal dunia dan satu orang lagi adalah paman Tuan Arga," jelas Yandi yang kini sudah tidak tampak curiga.
Jantungnya langsung berdetak kencang saat melihat seorang wanita cantik yang berdiri di hadapannya. Ia yakin dia adalah Nona Sarah yang ditunggunya."Apakah kamu benar Rebecca?" tanya wanita cantik itu."Benar, maaf Nona ini siapa ya?" tanya Becca balik."Kenalkan saya Sarah, tunangan Tuan Arga. Sekarang kamu tahu kan?!" ucap Sarah angkuh."Salam kenal, Nona. Tapi maaf, ada perlu apa menemui saya? Silahkan masuk dulu, Nona Sarah." Becca memberikan jalan agar Sarah bisa masuk ke dalam kamar kosnya yang sempit."Tidak usah, terimakasih. Kita bicara di luar saja," tolak Sarah halus, karena ia melihat ke dalam kos Becca yang sempit.Setelah duduk di kursi yang ada di depan kos, Becca diam menunggu apa yang hendak Sarah katakan."Becca, saya tahu saat ini kamu bekerja sampingan sebagai tukang masak di rumah Arga dan aku yakin jika saat ini kamu dekat dengannya." Sarah mengatakannya dengan raut muka yang sulit untuk Becca tebak."Seb
Arga menatap ponselnya serasa tak percaya. Dengan perasaan campur aduk, disentuhnya nama Becca untuk dihubunginya lagi."Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif."Arga tidak mau menyerah, ia terus berusaha menghubungi nomor ponsel Becca. Namun usahanya sia-sia setelah mencoba puluhan kali."Becca!!!" teriaknya frustasi.Sepertinya Becca sudah gila, belum sehari sudah minta putus. Memangnya aku salah apa?Arga bertanya-tanya dalam hati sambil menahan kesal karena Becca telah bertindak sepihak memutuskannya.Arga merasakan kepalanya berdenyut pusing, ingin sekali ia memanggil Yandi untuk menyuruhnya menyelidiki apa yang terjadi pada Becca saat ini. Namun ia masih menahan diri karena telah berjanji pada Becca untuk merahasiakan hubungan kasih mereka dari siapapun itu.Baiklah Becca, kamu sudah seenaknya. Aku juga akan berbuat seenaknya padamu.***Becca berusaha berkonsentrasi melayani pelanggan dengan baik. Masalah Tuan Arga
Tuan Igan memasukkan tubuh Becca dengan paksa ke dalam mobil."Aduh pelan-pelan dong, Tuan Igan. Sakit nih kakiku, ntar patah gimana?" keluh Becca sambil mengelus lututnya yang terkena jok mobil."Makanya kamu jadi orang tuh yang nurut dong," balas Tuan Igan lalu duduk di sebelah Becca."Welcome, Becca," sapa Tuan Gubah yang ternyata duduk di belakang setir. Rupanya hari ini dia menjadi sopir."Tuan Gubah yang super baik, tolong jangan jalankan mobil ini," pinta Becca memelas."Siap, Becca manis. Nih makan dulu biar kamu nggak marah-marah dan bisa berpikir dengan baik," kata Tuan Gubah menyunggingkan senyum jahil."Tapi saya sudah makan barusan," kata Becca sambil mengendus-endus bau makanan yang digoyang-goyangkan di depan wajahnya seperti jimat."Cium bau ini ... pasti kamu akan lapar," ucap Tuan Igan seperti memantrai otak Becca.Seketika Becca menyambar bungkusan makanan di depan hidungnya. Ia selalu tidak tahan akan godaan n
"Sarah, apakah kamu sudah selesai?" tanya mama Sarah saat memasuki kamar.Sarah masih duduk di depan meja rias, wajahnya sudah terpoles sempurna oleh seorang makeup artist, namun rambutnya belum selesai dirapikan oleh seorang hairdresser."Sebentar lagi, Ma," sahut Sarah sambil memperhatikan rambutnya yang dipasang hiasan rambut berbentuk kupu-kupu."Ayolah cepat sedikit, kita tidak boleh terlambat," ucap mamanya yang terlihat tidak sabar."Iya, sepuluh menit lagi ya."Setelah urusan rambut selesai, Sarah segera memakai dress warna merah menyala. Ia memang ingin agar penampilannya cetar malam ini di acara ulang tahun Tuan Hardy Armando, pemilik Grup Bintang Sentosa Makmur. Sarah tidak mau penampilannya kalah dengan tamu lain, apalagi si Becca, gadis pengganggu yang dekat dengan Arga sekarang.Sarah memang sudah putus dengan Arga, tapi pertunangan ini belum putus secara resmi. Bahkan keluarga Tuan Hardy sepertinya juga belum tahu. Jadi
"Lalu siapa perempuan ini, Arga?" tanya Nyonya Mega melihat Becca, melirik tidak senang."Dia adalah .... " Arga menatap Becca sendu.Kemudian Arga memalingkan wajahnya dan menatap papanya."Becca, ternyata kamu disini? Sedari tadi aku mencarimu. Maaf Tuan, Nyonya. Ini teman saya." Yandi menyela ucapan yang hendak Arga katakan.Becca dan Arga menatap Yandi bersamaan, terkejut."Yandi, ini teman kamu?" tanya Tuan Hardy memastikan."Papa, Becca ini ..... " Arga hendak mengatakan kebenaran tapi Yandi kembali menyela ucapannya."Benar, Tuan. Saya yang membawanya kesini. Maaf sudah mengganggu semuanya. Becca, ayo," sela Yandi sedikit memaksa, kemudian menarik tangan Becca."Maaf Tuan, Nyonya Hardy. Saya permisi dulu. Oiya, selamat ulang tahun Tuan Hardy," ucap Becca dengan sopan lalu ia undur diri dan mengikuti Yandi.Arga memandangi kepergian Becca dan Yandi dengan frustasi. Ia seperti terjepit, dilema kembali membelenggunya. In
Mobil Arga melaju dengan kecepatan sedang, perlahan menjauh dari vila yang selama dua hari ini mereka tinggali. Becca menatap pemandangan indah yang terhampar didepan matanya dengan mata kosong. Pikirannya melayang tak menentu. Sementara Arga yang menyetir di sebelahnya pun tampak terdiam. Pandangannya fokus menatap jalan aspal yang tampak berkelok di hadapannya. Perlahan menuruni perbukitan dan melaju menuju kota tempat tinggalnya.Becca sama sekali tidak ingin memulai percakapan apapun dengan Arga. Bahkan kepalanya berpaling seakan sedang menikmati pemandangan indah yang mereka lewati sepanjang jalan. Namun siapa sangka jika pikirannya melayang memikirkan diriya sendiri. Entahlah Becca harus marah atau bagaimana. Terus terang ia kecewa dengan sikap Arga yang ingin menjadikannya seperti wanita simpanan. Rasanya ia ingin memaki Arga, namun nyalinya seakan menciut saat ingat siapa Arga. Bagaimanapun Arga adalah bosnya walaupun saat ini statusnya adalah pacar Arga.Heh ... Benarkah a
Ponsel Becca berdering seakan menjerit minta segera diangkat. Dengan setengah hati, Becca pun mengambil ponsel yang masih tersimpan di dalam tasnya.Mila? Ada apa dia telpon? Tanya Becca dalam hati.Segera Becca menggeser tombol hijau di layar ponselnya.- "Hallo, Mila."- "Becca!!! Kamu masih hidup kan?!"- Ha??? Kamu lagi ngigau ya?"- "Enak aja, aku ini lagi di galeri. Kamu kemana sih kok udah 2 hari menghilang? Habis pulang kerja ini rencana aku mau laporin kamu ke polisi loh."- "Aku nggak ngilang, Mila. Aku lagi dalam misi penting."- "Apaan misi-misi! Bec, kalau kamu nggak pulang malam ini, beneran deh aku bakal lapor ke kantor polisi."- "Hahaha ... Kamu kangen sama aku ya, Mil?"- "Becca! Aku nggak bercanda!"- "Iya iya, sabar dong, Mil. Jangan ngegas mulu' ntar kecenya ilang loh. Sabar ntar malem aku pasti pulang kok. Don't worry be happy, okey ... "- "Beneran loh ya ... Awas ntar kalau ka
Tubuh Becca menggeliat, rasa geli mengusik ketenangan tidurnya. Ia merasakan lehernya diciumi dengan mesra. Apakah ini mimpi?"Aaaaaaa ... " Sekuat tenaga Becca bangun dari tidurnya dengan berteriak histeris."Astaga, Becca! Apa-apaan sih kamu?! Kamu mimpi buruk?" tanya Arga terkejut, ia sedang asyik-asyiknya menciumi leher putih mulus milik Becca eh ... yang punya malah berteriak membuat jantungnya serasa melompat."Eh sayang, kamu disini?" tanya Becca kebingungan.Nampaknya ia lupa jika semalam tidur bersama Arga. Dan saat ini mata Arga seketika membeliak dengan pemandangan indah yang terpampang di depan matanya. Becca yang polos tanpa sehelai benang pun.Tanpa sadar, Arga menelan salivanya dan seketika gairah kembali membuncah dalam tubuhnya. Juniornya seketika mendesak ingin dipuaskan."Istigiii!" teriak Becca saat menyadari jika kedua bukit kembarnya terlihat menantang minta dibelai. Reflek tangannya langsung menarik selimut untuk menutupi
Candle light dinner, begitulah kata orang saat melihat Becca dan Tuan Arga makan bersama di balkon villa. Suasana begitu romantis dengan kerlip lilin dan cahaya bulan yang redup.Becca sangat menikmati makan malam yang telah disiapkan Tuan Arga. Bagi Becca tentu saja ini adalah candle light dinner pertamanya. Menu makanan apapun malam ini pasti terasa sangat enak di lidahnya. Selesai makan, Becca meminum segelas lemon tea sambil memandang lampu kerlap kerlip di sekitar villa. Pemandangan malam ini memang sungguh menakjubkan."Kamu suka, Bec?" tanya Tuan Arga yang terus menatap mata Becca."Suka banget, Tuan.""Kenapa panggil 'Tuan' terus sih? Panggil Sayang bisa kan?!" pinta Tuan Arga."Uhuk ... harus ya?""Ah kamu ini, terserahlah kalau gitu," ucap Tuan Arga yang menampakkan wajah cemberut."Hehe ... maaf soalnya lidah saya udah terbiasa panggil 'Tuan', jadi susah ngubahnya.""Iya iya, terserahlah. Tapi yang penting kamu sayan
"Kalau gitu langsung kita nikahkan saja bulan depan, Pak," sahut Bu Rima antusias."Apa?!" teriak Mila dan Yandi berbarengan."Tapi ... " Yandi tergagap, seperti kehilangan kata-kata. Otaknya buntu nggak bisa berpikir."Ah Yandi, kamu ini kok kurang gercep sih," omel Bu Rima gemas.Sementara Mila sudah bisa menguasai diri dan kini hanya menampilkan senyum manisnya."Kok Ibu tau gercep segala?" Yandi sewot sendiri."Jangan salah, tua-tua begini Ibu juga sering nonton sinetron. Tau lah kalau cuma istilah begituan. Memang Ibu tinggal di dalam hutan," balas Bu Rima tidak mau kalah."Gimana Yandi?" tanya Pak Wisnu, mengembalikan ke topik pembicaraan semula."Gimana apanya?" tanya Yandi bingung."Aduh Yandi, kenapa kamu jadi lemot sih! Itu soal nikah bulan depan. Ah ... tanya kamu kelamaan. Nak Mila, gimana menurutmu? Setuju nggak kalau nikah bulan depan?" tanya Bu Rima tersenyum berharap."Ya Bu," sahut Mila santai.
Tuan Arga menghentikan mobilnya di sebuah halaman rumah villa yang terlihat mewah namun tidak terlalu besar."Rumah siapa ini, Tuan?" tanya Becca sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar rumah."Tentu saja rumahku. Kalau sedang butuh rehat, biasanya aku ke sini," ucap Tuan Arga sambil keluar dari mobilnya.Becca pun mengikuti. Mereka langsung disambut pengurus rumah, sepasang suami istri yang sudah tidak muda lagi."Ini beneran rumah Tuan Arga?" tanya Becca terkagum-kagum saat memasuki dalam rumah. Ternyata desain di dalam rumah terasa nyaman, walaupun minimalis."Kamu nggak percaya amat sih kalau aku bisa beli rumah disini? Kamu lupa kalau aku ini kaya?!" ucap Tuan Arga sedikit kesal."Hehe iya lupa. Habis rumahnya bagus banget." Becca hanya bisa melemparkan senyum manisnya agar Tuan Arga tidak semakin kesal padanya."Tuan Arga, Nona, silahkan ke taman belakang. Sudah ada minuman dan makanan kecil," ucap Pak Marto, pengurus r
"Wow!"Mila berseru takjub melihat pantulan wajahnya di cermin. Ia benar-benar berbeda setelah Tuan Gubah make over wajahnya."Ini beneran saya, Tuan?" tanya Mila mengerjapkan matanya tak percaya. Dengan perlahan, tangannya mengelus pipinya yang terpoles licin."Eits jangan dipegang ntar bedaknya luntur," sahut Tuan Igan membuat Mila terhenyak lalu tersenyum."Ah Tuan, bikin kaget aja.""Memang pacar kamu siapa sih, Mila? Kenalin dong," goda Tuan Gubah."Hehe pasti suatu saat nanti akan saya kenalin kok, Tuan. Tapi jangan sekarang, kan saya juga belum resmi banget," ucap Mila cari alasan, karena ia sangat yakin jika Tuan Igan dan Tuan Gubah pasti mengenal sosok Yandi."Oke deh, aku akan tunggu waktunya. Sekarang nih pakai dress yang ini biar penampilan kamu makin mempesona," perintah Tuan Igan sambil menyerahkan sepotong dress berwarna biru langit yang lembut.Mila mengelus dress cantik itu dengan lembut, tak sabar memakainya. Kemu
Mila berulang kali menguap, kantuk dan lelah menderanya. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan Andre masih betah duduk di depan kamar kos Becca, enggan untuk pulang.Mila melirik Andre, menelisik di wajah yang tampak penuh tekad itu."Ehm Kak Andre, ini sudah jam 10 malam. Apa nggak sebaiknya Kakak pulang aja, kan besok bisa ke sini lagi," ucap Mila akhirnya."Kalau kamu sudah ngantuk, tidur aja Mil. Aku akan menunggu sampai Becca pulang.""Tapi kan bentar lagi gerbang kos depan juga ditutup, Kak. Nanti malah diusir sama Pak Satpam, gimana dong," sanggah Mila."Oh iya aku lupa. Ya udah aku tunggu di jalan depan aja kalau gitu, Mil," ucap Andre tersenyum."Kak Andre, kalau mau terima saranku sih mending Kakak pulang aja deh. Besok baru kesini lagi. Aku yakin malam ini Becca nggak pulang."Sebenarnya Mila sudah tahu jika Becca menginap di rumah Tuan Arga malam ini karena baru saja Becca mengirimkan pesan padanya."Becca nggak pula
Becca, Arga dan Andre. Tiga orang yang berdiri tanpa suara, sama-sama terdiam bingung akan apa yang akan mereka lakukan.Arga dan Andre saling menatap tajam, sementara Becca bergantian melihat ke Arga dan Andre. Bingung akan apa yang akan ia putuskan.Namun tarikan di tangan Becca oleh Arga seketika mengejutkannya. Arga menarik kuat tangan Becca lalu membawanya ke mobil dan segera menutup pintunya.Andre yang melihat itu tidak tinggal diam, ia berusaha mencegahnya."Tuan Arga, tidak bisa begitu dong. Becca pulang bersama saya!" ucap Andre tegas menghentikan langkah Arga yang hendak masuk ke dalam mobilnya."Tidak usah repot-repot, Andre. Malam ini dan hari-hari seterusnya, jangan temui Becca lagi! Dia milikku, paham?!" Arga menatap tajam mata Andre.Segera Arga masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobil dengan cepat hingga menimbulkan suara ban yang berdecit.Andre hanya memandangi kepergian mobil Arga dengan tatapan tidak terima.