Jantungnya langsung berdetak kencang saat melihat seorang wanita cantik yang berdiri di hadapannya. Ia yakin dia adalah Nona Sarah yang ditunggunya.
"Apakah kamu benar Rebecca?" tanya wanita cantik itu.
"Benar, maaf Nona ini siapa ya?" tanya Becca balik.
"Kenalkan saya Sarah, tunangan Tuan Arga. Sekarang kamu tahu kan?!" ucap Sarah angkuh.
"Salam kenal, Nona. Tapi maaf, ada perlu apa menemui saya? Silahkan masuk dulu, Nona Sarah." Becca memberikan jalan agar Sarah bisa masuk ke dalam kamar kosnya yang sempit.
"Tidak usah, terimakasih. Kita bicara di luar saja," tolak Sarah halus, karena ia melihat ke dalam kos Becca yang sempit.
Setelah duduk di kursi yang ada di depan kos, Becca diam menunggu apa yang hendak Sarah katakan.
"Becca, saya tahu saat ini kamu bekerja sampingan sebagai tukang masak di rumah Arga dan aku yakin jika saat ini kamu dekat dengannya." Sarah mengatakannya dengan raut muka yang sulit untuk Becca tebak.
"Seb
Arga menatap ponselnya serasa tak percaya. Dengan perasaan campur aduk, disentuhnya nama Becca untuk dihubunginya lagi."Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif."Arga tidak mau menyerah, ia terus berusaha menghubungi nomor ponsel Becca. Namun usahanya sia-sia setelah mencoba puluhan kali."Becca!!!" teriaknya frustasi.Sepertinya Becca sudah gila, belum sehari sudah minta putus. Memangnya aku salah apa?Arga bertanya-tanya dalam hati sambil menahan kesal karena Becca telah bertindak sepihak memutuskannya.Arga merasakan kepalanya berdenyut pusing, ingin sekali ia memanggil Yandi untuk menyuruhnya menyelidiki apa yang terjadi pada Becca saat ini. Namun ia masih menahan diri karena telah berjanji pada Becca untuk merahasiakan hubungan kasih mereka dari siapapun itu.Baiklah Becca, kamu sudah seenaknya. Aku juga akan berbuat seenaknya padamu.***Becca berusaha berkonsentrasi melayani pelanggan dengan baik. Masalah Tuan Arga
Tuan Igan memasukkan tubuh Becca dengan paksa ke dalam mobil."Aduh pelan-pelan dong, Tuan Igan. Sakit nih kakiku, ntar patah gimana?" keluh Becca sambil mengelus lututnya yang terkena jok mobil."Makanya kamu jadi orang tuh yang nurut dong," balas Tuan Igan lalu duduk di sebelah Becca."Welcome, Becca," sapa Tuan Gubah yang ternyata duduk di belakang setir. Rupanya hari ini dia menjadi sopir."Tuan Gubah yang super baik, tolong jangan jalankan mobil ini," pinta Becca memelas."Siap, Becca manis. Nih makan dulu biar kamu nggak marah-marah dan bisa berpikir dengan baik," kata Tuan Gubah menyunggingkan senyum jahil."Tapi saya sudah makan barusan," kata Becca sambil mengendus-endus bau makanan yang digoyang-goyangkan di depan wajahnya seperti jimat."Cium bau ini ... pasti kamu akan lapar," ucap Tuan Igan seperti memantrai otak Becca.Seketika Becca menyambar bungkusan makanan di depan hidungnya. Ia selalu tidak tahan akan godaan n
"Sarah, apakah kamu sudah selesai?" tanya mama Sarah saat memasuki kamar.Sarah masih duduk di depan meja rias, wajahnya sudah terpoles sempurna oleh seorang makeup artist, namun rambutnya belum selesai dirapikan oleh seorang hairdresser."Sebentar lagi, Ma," sahut Sarah sambil memperhatikan rambutnya yang dipasang hiasan rambut berbentuk kupu-kupu."Ayolah cepat sedikit, kita tidak boleh terlambat," ucap mamanya yang terlihat tidak sabar."Iya, sepuluh menit lagi ya."Setelah urusan rambut selesai, Sarah segera memakai dress warna merah menyala. Ia memang ingin agar penampilannya cetar malam ini di acara ulang tahun Tuan Hardy Armando, pemilik Grup Bintang Sentosa Makmur. Sarah tidak mau penampilannya kalah dengan tamu lain, apalagi si Becca, gadis pengganggu yang dekat dengan Arga sekarang.Sarah memang sudah putus dengan Arga, tapi pertunangan ini belum putus secara resmi. Bahkan keluarga Tuan Hardy sepertinya juga belum tahu. Jadi
"Lalu siapa perempuan ini, Arga?" tanya Nyonya Mega melihat Becca, melirik tidak senang."Dia adalah .... " Arga menatap Becca sendu.Kemudian Arga memalingkan wajahnya dan menatap papanya."Becca, ternyata kamu disini? Sedari tadi aku mencarimu. Maaf Tuan, Nyonya. Ini teman saya." Yandi menyela ucapan yang hendak Arga katakan.Becca dan Arga menatap Yandi bersamaan, terkejut."Yandi, ini teman kamu?" tanya Tuan Hardy memastikan."Papa, Becca ini ..... " Arga hendak mengatakan kebenaran tapi Yandi kembali menyela ucapannya."Benar, Tuan. Saya yang membawanya kesini. Maaf sudah mengganggu semuanya. Becca, ayo," sela Yandi sedikit memaksa, kemudian menarik tangan Becca."Maaf Tuan, Nyonya Hardy. Saya permisi dulu. Oiya, selamat ulang tahun Tuan Hardy," ucap Becca dengan sopan lalu ia undur diri dan mengikuti Yandi.Arga memandangi kepergian Becca dan Yandi dengan frustasi. Ia seperti terjepit, dilema kembali membelenggunya. In
"Gampang banget kok. Carikan aku pacar!" ucap Yandi santai yang seketika membuat Becca terbelalak ngeri."Mana ada cewek yang mau sama kamu?" tanya Becca balik."Apa katamu!"Yandi mendelik emosi."Haha becanda Tuan Yandi keren," ucap Becca mengerjapkan matanya, menyesali tadi sudah keceplosan bicara.Kriuuukkk .... Bunyi perut Becca terasa memekakkan gendang telinga, apalagi suasana mobil yang sunyi.Yandi melirik wajah Becca sementara Becca hanya tersenyum nyengir."Maap Yandi, aku benar-benar laper. Tadi datang ke pesta belum sempat makan. Jangankan makan, minum aja belum," keluh Becca."Ya udah kita makan dulu aja. Tadi aku juga belum makan."Yandi menjalankan mobilnya dan berhenti di sebuah resto yang sudah tidak ramai karena jam makan malam telah lewat. Memang saat Yandi dan Becca memasuki resto, jam sudah menunjukkan pukul 20.30.Becca dan Yandi segera memesan dan saat makanan datang, mereka menikmati makan mal
Arga duduk tegak di ruang kerja Papanya. Papanya pun terlihat tegang, duduk di hadapannya di meja kerja besar yang membentang diantara mereka berdua."Jadi Arga, Papa tidak mau mendengar segala alasanmu untuk menghindari pernikahan dengan Sarah," ujar Tuan Hardy tegas."Pa, kenapa Papa sangat bersikeras dengan pernikahan ini? Sebenarnya hutang apa kita pada keluarga mereka?" tanya Arga mulai emosi. Ia sungguh tidak terima, seakan dirinya adalah Siti Nurbaya, tapi versi cowok ya."Kamu tidak akan pernah mengerti, Arga. Memang kita tidak berhutang tapi kakekmu lah yang berhutang budi pada kakek Sarah. Dan sekarang waktunya kita membalasnya. Saat ini bisnis keluarga Sarah sedang diujung tanduk, mereka tidak siap menghadapi krisis global sekarang ini. Jadi kita harus membantu mereka," jelas Tuan Hardy, membujuk agar Arga mau menerima."Kalau seperti itu, bisa kan kita membantu mereka secara finansial saja? Aku rasa itu sudah cukup tanpa perlu ada pernikahan,"
Becca dan Mila makan siang bersama di warung Padang tak jauh dari galeri. Selesai makan, mereka masih asyik duduk sambil minum, menunggu hingga waktu istirahat usai."Becca, gimana jadinya? Kapan aku bisa ketemu Pak Yandi?" tanya Mila seperti tidak sabar menantikan saat bertemu Yandi."Cie nggak sabaran amat.""Ya bukan gitu, tapi kan aku juga mau make over dulu biar Pak Yandi tersepona," ucap Mila tersenyum malu-malu."Terpesona, Neng. Apa perlu kamu make over sama Tuan Gubah dan Tuan Igan?" Becca menawarkan."Haiss mana kuat aku membayarnya? Pasti mahal banget, kan mereka tarif artis-artis ibukota," sahut Mila."Iya sih, selama ini aku juga nggak tau berapa besar membayar mereka." Becca termenung, baru menyadari ternyata selama ini ia memang beruntung karena Tuan Arga lah yang membayar."Jadi kapan, Bec?" tanya Mila tidak sabar."Kata Yandi sih besok, kan pas hari Minggu jadi libur kan kita. Dia bilang mau jemput kamu di kos, s
Andre menjalankan mobilnya menuju ke arah pinggir kota. Jalanan mulai agak berkurang kepadatannya."Kak Andre, kita mau makan dimana sih? Aku makan di warung nasi goreng juga udah bersyukur," ucap Becca yang agak khawatir tempat yang akan mereka tuju jauh, karena ia lelah dan ingin tidur cepat malam ini."Masa' ajak cewek cakep malam Minggu gini makan di warung biasa. Sekali-kali tempat yang bagus dong. Sabar ya bentar lagi juga sampai kok. Kamu pasti suka, tempatnya nyaman dan pemandangannya indah." Andre memang sudah merencanakan pergi ke kafe ini karena ia ingin mengobrol santai dengan Becca."Baiklah, terserah Kak Andre aja."Sekitar lima belas menit kemudian, Andre membelokkan mobilnya ke sebuah kafe yang terlihat eksklusif. Becca melihat ke sekitar area, memang pemandangannya indah dari dataran tinggi seperti ini. Namun saat keluar dari mobil, ekor matanya menangkap sebuah mobil hitam yang familiar, sepertinya ia mengenali mobil itu."Bec, ay