"Gampang banget kok. Carikan aku pacar!" ucap Yandi santai yang seketika membuat Becca terbelalak ngeri.
"Mana ada cewek yang mau sama kamu?" tanya Becca balik.
"Apa katamu!"
Yandi mendelik emosi."Haha becanda Tuan Yandi keren," ucap Becca mengerjapkan matanya, menyesali tadi sudah keceplosan bicara.
Kriuuukkk .... Bunyi perut Becca terasa memekakkan gendang telinga, apalagi suasana mobil yang sunyi.
Yandi melirik wajah Becca sementara Becca hanya tersenyum nyengir."Maap Yandi, aku benar-benar laper. Tadi datang ke pesta belum sempat makan. Jangankan makan, minum aja belum," keluh Becca.
"Ya udah kita makan dulu aja. Tadi aku juga belum makan."
Yandi menjalankan mobilnya dan berhenti di sebuah resto yang sudah tidak ramai karena jam makan malam telah lewat. Memang saat Yandi dan Becca memasuki resto, jam sudah menunjukkan pukul 20.30.
Becca dan Yandi segera memesan dan saat makanan datang, mereka menikmati makan mal
Arga duduk tegak di ruang kerja Papanya. Papanya pun terlihat tegang, duduk di hadapannya di meja kerja besar yang membentang diantara mereka berdua."Jadi Arga, Papa tidak mau mendengar segala alasanmu untuk menghindari pernikahan dengan Sarah," ujar Tuan Hardy tegas."Pa, kenapa Papa sangat bersikeras dengan pernikahan ini? Sebenarnya hutang apa kita pada keluarga mereka?" tanya Arga mulai emosi. Ia sungguh tidak terima, seakan dirinya adalah Siti Nurbaya, tapi versi cowok ya."Kamu tidak akan pernah mengerti, Arga. Memang kita tidak berhutang tapi kakekmu lah yang berhutang budi pada kakek Sarah. Dan sekarang waktunya kita membalasnya. Saat ini bisnis keluarga Sarah sedang diujung tanduk, mereka tidak siap menghadapi krisis global sekarang ini. Jadi kita harus membantu mereka," jelas Tuan Hardy, membujuk agar Arga mau menerima."Kalau seperti itu, bisa kan kita membantu mereka secara finansial saja? Aku rasa itu sudah cukup tanpa perlu ada pernikahan,"
Becca dan Mila makan siang bersama di warung Padang tak jauh dari galeri. Selesai makan, mereka masih asyik duduk sambil minum, menunggu hingga waktu istirahat usai."Becca, gimana jadinya? Kapan aku bisa ketemu Pak Yandi?" tanya Mila seperti tidak sabar menantikan saat bertemu Yandi."Cie nggak sabaran amat.""Ya bukan gitu, tapi kan aku juga mau make over dulu biar Pak Yandi tersepona," ucap Mila tersenyum malu-malu."Terpesona, Neng. Apa perlu kamu make over sama Tuan Gubah dan Tuan Igan?" Becca menawarkan."Haiss mana kuat aku membayarnya? Pasti mahal banget, kan mereka tarif artis-artis ibukota," sahut Mila."Iya sih, selama ini aku juga nggak tau berapa besar membayar mereka." Becca termenung, baru menyadari ternyata selama ini ia memang beruntung karena Tuan Arga lah yang membayar."Jadi kapan, Bec?" tanya Mila tidak sabar."Kata Yandi sih besok, kan pas hari Minggu jadi libur kan kita. Dia bilang mau jemput kamu di kos, s
Andre menjalankan mobilnya menuju ke arah pinggir kota. Jalanan mulai agak berkurang kepadatannya."Kak Andre, kita mau makan dimana sih? Aku makan di warung nasi goreng juga udah bersyukur," ucap Becca yang agak khawatir tempat yang akan mereka tuju jauh, karena ia lelah dan ingin tidur cepat malam ini."Masa' ajak cewek cakep malam Minggu gini makan di warung biasa. Sekali-kali tempat yang bagus dong. Sabar ya bentar lagi juga sampai kok. Kamu pasti suka, tempatnya nyaman dan pemandangannya indah." Andre memang sudah merencanakan pergi ke kafe ini karena ia ingin mengobrol santai dengan Becca."Baiklah, terserah Kak Andre aja."Sekitar lima belas menit kemudian, Andre membelokkan mobilnya ke sebuah kafe yang terlihat eksklusif. Becca melihat ke sekitar area, memang pemandangannya indah dari dataran tinggi seperti ini. Namun saat keluar dari mobil, ekor matanya menangkap sebuah mobil hitam yang familiar, sepertinya ia mengenali mobil itu."Bec, ay
Becca, Arga dan Andre. Tiga orang yang berdiri tanpa suara, sama-sama terdiam bingung akan apa yang akan mereka lakukan.Arga dan Andre saling menatap tajam, sementara Becca bergantian melihat ke Arga dan Andre. Bingung akan apa yang akan ia putuskan.Namun tarikan di tangan Becca oleh Arga seketika mengejutkannya. Arga menarik kuat tangan Becca lalu membawanya ke mobil dan segera menutup pintunya.Andre yang melihat itu tidak tinggal diam, ia berusaha mencegahnya."Tuan Arga, tidak bisa begitu dong. Becca pulang bersama saya!" ucap Andre tegas menghentikan langkah Arga yang hendak masuk ke dalam mobilnya."Tidak usah repot-repot, Andre. Malam ini dan hari-hari seterusnya, jangan temui Becca lagi! Dia milikku, paham?!" Arga menatap tajam mata Andre.Segera Arga masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobil dengan cepat hingga menimbulkan suara ban yang berdecit.Andre hanya memandangi kepergian mobil Arga dengan tatapan tidak terima.
Mila berulang kali menguap, kantuk dan lelah menderanya. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan Andre masih betah duduk di depan kamar kos Becca, enggan untuk pulang.Mila melirik Andre, menelisik di wajah yang tampak penuh tekad itu."Ehm Kak Andre, ini sudah jam 10 malam. Apa nggak sebaiknya Kakak pulang aja, kan besok bisa ke sini lagi," ucap Mila akhirnya."Kalau kamu sudah ngantuk, tidur aja Mil. Aku akan menunggu sampai Becca pulang.""Tapi kan bentar lagi gerbang kos depan juga ditutup, Kak. Nanti malah diusir sama Pak Satpam, gimana dong," sanggah Mila."Oh iya aku lupa. Ya udah aku tunggu di jalan depan aja kalau gitu, Mil," ucap Andre tersenyum."Kak Andre, kalau mau terima saranku sih mending Kakak pulang aja deh. Besok baru kesini lagi. Aku yakin malam ini Becca nggak pulang."Sebenarnya Mila sudah tahu jika Becca menginap di rumah Tuan Arga malam ini karena baru saja Becca mengirimkan pesan padanya."Becca nggak pula
"Wow!"Mila berseru takjub melihat pantulan wajahnya di cermin. Ia benar-benar berbeda setelah Tuan Gubah make over wajahnya."Ini beneran saya, Tuan?" tanya Mila mengerjapkan matanya tak percaya. Dengan perlahan, tangannya mengelus pipinya yang terpoles licin."Eits jangan dipegang ntar bedaknya luntur," sahut Tuan Igan membuat Mila terhenyak lalu tersenyum."Ah Tuan, bikin kaget aja.""Memang pacar kamu siapa sih, Mila? Kenalin dong," goda Tuan Gubah."Hehe pasti suatu saat nanti akan saya kenalin kok, Tuan. Tapi jangan sekarang, kan saya juga belum resmi banget," ucap Mila cari alasan, karena ia sangat yakin jika Tuan Igan dan Tuan Gubah pasti mengenal sosok Yandi."Oke deh, aku akan tunggu waktunya. Sekarang nih pakai dress yang ini biar penampilan kamu makin mempesona," perintah Tuan Igan sambil menyerahkan sepotong dress berwarna biru langit yang lembut.Mila mengelus dress cantik itu dengan lembut, tak sabar memakainya. Kemu
Tuan Arga menghentikan mobilnya di sebuah halaman rumah villa yang terlihat mewah namun tidak terlalu besar."Rumah siapa ini, Tuan?" tanya Becca sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar rumah."Tentu saja rumahku. Kalau sedang butuh rehat, biasanya aku ke sini," ucap Tuan Arga sambil keluar dari mobilnya.Becca pun mengikuti. Mereka langsung disambut pengurus rumah, sepasang suami istri yang sudah tidak muda lagi."Ini beneran rumah Tuan Arga?" tanya Becca terkagum-kagum saat memasuki dalam rumah. Ternyata desain di dalam rumah terasa nyaman, walaupun minimalis."Kamu nggak percaya amat sih kalau aku bisa beli rumah disini? Kamu lupa kalau aku ini kaya?!" ucap Tuan Arga sedikit kesal."Hehe iya lupa. Habis rumahnya bagus banget." Becca hanya bisa melemparkan senyum manisnya agar Tuan Arga tidak semakin kesal padanya."Tuan Arga, Nona, silahkan ke taman belakang. Sudah ada minuman dan makanan kecil," ucap Pak Marto, pengurus r
"Kalau gitu langsung kita nikahkan saja bulan depan, Pak," sahut Bu Rima antusias."Apa?!" teriak Mila dan Yandi berbarengan."Tapi ... " Yandi tergagap, seperti kehilangan kata-kata. Otaknya buntu nggak bisa berpikir."Ah Yandi, kamu ini kok kurang gercep sih," omel Bu Rima gemas.Sementara Mila sudah bisa menguasai diri dan kini hanya menampilkan senyum manisnya."Kok Ibu tau gercep segala?" Yandi sewot sendiri."Jangan salah, tua-tua begini Ibu juga sering nonton sinetron. Tau lah kalau cuma istilah begituan. Memang Ibu tinggal di dalam hutan," balas Bu Rima tidak mau kalah."Gimana Yandi?" tanya Pak Wisnu, mengembalikan ke topik pembicaraan semula."Gimana apanya?" tanya Yandi bingung."Aduh Yandi, kenapa kamu jadi lemot sih! Itu soal nikah bulan depan. Ah ... tanya kamu kelamaan. Nak Mila, gimana menurutmu? Setuju nggak kalau nikah bulan depan?" tanya Bu Rima tersenyum berharap."Ya Bu," sahut Mila santai.