"Bec! Becca!" panggil Tuan Arga.
"Eh iya, kenapa Tuan?" Becca mengerjapkan matanya berusaha memusatkan pikirannya pada Tuan Arga yang kini nampak kesal.
"Becca, kamu dengar apa yang aku katakan barusan?" tanya Tuan Arga kesal.
"Ehm iya denger, Tuan Arga sayang kan sama saya," kata Becca lirih.
"Salah! Aku bukan hanya sayang, tapi aku jatuh cinta sama kamu, Becca. Maukah kamu menjadi kekasihku?" tanya Tuan Arga sekali lagi.
"Maaf, Tuan Arga. Bukannya saya tidak mau, tapi ... " Belum selesai Becca berbicara, Tuan Arga sudah menyela.
"Becca, jangan pikirkan yang lain. Cukup kamu sayang saja sama aku, itu sudah cukup. Bukalah hatimu untukku," pinta Tuan Arga menatap tulus mata Becca.
"Tapi saya takut, Tuan."
"Kenapa takut?" Tangan Tuan Arga membelai pipi Becca dengan sayang.
"Takut karena saya bukanlah siapa-siapa. Saya hanya anak yatim, tidak punya apa-apa dan juga .... "
Perkataan Becca terhenti saat bibir Tuan Arga
Yandi menatap wajah Becca, ada rasa curiga terpancar dari matanya."Kenapa kamu tanya itu? Apa pentingnya buat kamu?" tanya Yandi menaikkan sebelah alisnya, curiga."Ahaha ... kan saya mau kasih selamat buat yang berhasil dapat pin bintang emas. Layak disebut 'Pahlawan', ucap Becca meyakinkan.Mata Yandi menyipit, memandang Becca yang terlihat aneh."Selamat ya Pak Yandi, anda adalah pahlawan grup perusahaan Tuan Arga, Grup Bintang Sentosa Makmur. Semoga anda akan selalu menjadi bintang yang sentosa dan makmur selamanya." Becca menampilkan wajah meyakinkan plus senyuman bak iklan pasta gigi."Terus kamu mau memberi selamat pada 4 orang pemilik pin yang lainnya juga?" tanya Yandi curiga."Tentu saja, Pak. Memang dimana mereka? Masih bekerja di perusahaan kan?""Sayang sekali usahamu akan sia-sia, Bec. Tiga orang sudah meninggal dunia dan satu orang lagi adalah paman Tuan Arga," jelas Yandi yang kini sudah tidak tampak curiga.
Jantungnya langsung berdetak kencang saat melihat seorang wanita cantik yang berdiri di hadapannya. Ia yakin dia adalah Nona Sarah yang ditunggunya."Apakah kamu benar Rebecca?" tanya wanita cantik itu."Benar, maaf Nona ini siapa ya?" tanya Becca balik."Kenalkan saya Sarah, tunangan Tuan Arga. Sekarang kamu tahu kan?!" ucap Sarah angkuh."Salam kenal, Nona. Tapi maaf, ada perlu apa menemui saya? Silahkan masuk dulu, Nona Sarah." Becca memberikan jalan agar Sarah bisa masuk ke dalam kamar kosnya yang sempit."Tidak usah, terimakasih. Kita bicara di luar saja," tolak Sarah halus, karena ia melihat ke dalam kos Becca yang sempit.Setelah duduk di kursi yang ada di depan kos, Becca diam menunggu apa yang hendak Sarah katakan."Becca, saya tahu saat ini kamu bekerja sampingan sebagai tukang masak di rumah Arga dan aku yakin jika saat ini kamu dekat dengannya." Sarah mengatakannya dengan raut muka yang sulit untuk Becca tebak."Seb
Arga menatap ponselnya serasa tak percaya. Dengan perasaan campur aduk, disentuhnya nama Becca untuk dihubunginya lagi."Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif."Arga tidak mau menyerah, ia terus berusaha menghubungi nomor ponsel Becca. Namun usahanya sia-sia setelah mencoba puluhan kali."Becca!!!" teriaknya frustasi.Sepertinya Becca sudah gila, belum sehari sudah minta putus. Memangnya aku salah apa?Arga bertanya-tanya dalam hati sambil menahan kesal karena Becca telah bertindak sepihak memutuskannya.Arga merasakan kepalanya berdenyut pusing, ingin sekali ia memanggil Yandi untuk menyuruhnya menyelidiki apa yang terjadi pada Becca saat ini. Namun ia masih menahan diri karena telah berjanji pada Becca untuk merahasiakan hubungan kasih mereka dari siapapun itu.Baiklah Becca, kamu sudah seenaknya. Aku juga akan berbuat seenaknya padamu.***Becca berusaha berkonsentrasi melayani pelanggan dengan baik. Masalah Tuan Arga
Tuan Igan memasukkan tubuh Becca dengan paksa ke dalam mobil."Aduh pelan-pelan dong, Tuan Igan. Sakit nih kakiku, ntar patah gimana?" keluh Becca sambil mengelus lututnya yang terkena jok mobil."Makanya kamu jadi orang tuh yang nurut dong," balas Tuan Igan lalu duduk di sebelah Becca."Welcome, Becca," sapa Tuan Gubah yang ternyata duduk di belakang setir. Rupanya hari ini dia menjadi sopir."Tuan Gubah yang super baik, tolong jangan jalankan mobil ini," pinta Becca memelas."Siap, Becca manis. Nih makan dulu biar kamu nggak marah-marah dan bisa berpikir dengan baik," kata Tuan Gubah menyunggingkan senyum jahil."Tapi saya sudah makan barusan," kata Becca sambil mengendus-endus bau makanan yang digoyang-goyangkan di depan wajahnya seperti jimat."Cium bau ini ... pasti kamu akan lapar," ucap Tuan Igan seperti memantrai otak Becca.Seketika Becca menyambar bungkusan makanan di depan hidungnya. Ia selalu tidak tahan akan godaan n
"Sarah, apakah kamu sudah selesai?" tanya mama Sarah saat memasuki kamar.Sarah masih duduk di depan meja rias, wajahnya sudah terpoles sempurna oleh seorang makeup artist, namun rambutnya belum selesai dirapikan oleh seorang hairdresser."Sebentar lagi, Ma," sahut Sarah sambil memperhatikan rambutnya yang dipasang hiasan rambut berbentuk kupu-kupu."Ayolah cepat sedikit, kita tidak boleh terlambat," ucap mamanya yang terlihat tidak sabar."Iya, sepuluh menit lagi ya."Setelah urusan rambut selesai, Sarah segera memakai dress warna merah menyala. Ia memang ingin agar penampilannya cetar malam ini di acara ulang tahun Tuan Hardy Armando, pemilik Grup Bintang Sentosa Makmur. Sarah tidak mau penampilannya kalah dengan tamu lain, apalagi si Becca, gadis pengganggu yang dekat dengan Arga sekarang.Sarah memang sudah putus dengan Arga, tapi pertunangan ini belum putus secara resmi. Bahkan keluarga Tuan Hardy sepertinya juga belum tahu. Jadi
"Lalu siapa perempuan ini, Arga?" tanya Nyonya Mega melihat Becca, melirik tidak senang."Dia adalah .... " Arga menatap Becca sendu.Kemudian Arga memalingkan wajahnya dan menatap papanya."Becca, ternyata kamu disini? Sedari tadi aku mencarimu. Maaf Tuan, Nyonya. Ini teman saya." Yandi menyela ucapan yang hendak Arga katakan.Becca dan Arga menatap Yandi bersamaan, terkejut."Yandi, ini teman kamu?" tanya Tuan Hardy memastikan."Papa, Becca ini ..... " Arga hendak mengatakan kebenaran tapi Yandi kembali menyela ucapannya."Benar, Tuan. Saya yang membawanya kesini. Maaf sudah mengganggu semuanya. Becca, ayo," sela Yandi sedikit memaksa, kemudian menarik tangan Becca."Maaf Tuan, Nyonya Hardy. Saya permisi dulu. Oiya, selamat ulang tahun Tuan Hardy," ucap Becca dengan sopan lalu ia undur diri dan mengikuti Yandi.Arga memandangi kepergian Becca dan Yandi dengan frustasi. Ia seperti terjepit, dilema kembali membelenggunya. In
"Gampang banget kok. Carikan aku pacar!" ucap Yandi santai yang seketika membuat Becca terbelalak ngeri."Mana ada cewek yang mau sama kamu?" tanya Becca balik."Apa katamu!"Yandi mendelik emosi."Haha becanda Tuan Yandi keren," ucap Becca mengerjapkan matanya, menyesali tadi sudah keceplosan bicara.Kriuuukkk .... Bunyi perut Becca terasa memekakkan gendang telinga, apalagi suasana mobil yang sunyi.Yandi melirik wajah Becca sementara Becca hanya tersenyum nyengir."Maap Yandi, aku benar-benar laper. Tadi datang ke pesta belum sempat makan. Jangankan makan, minum aja belum," keluh Becca."Ya udah kita makan dulu aja. Tadi aku juga belum makan."Yandi menjalankan mobilnya dan berhenti di sebuah resto yang sudah tidak ramai karena jam makan malam telah lewat. Memang saat Yandi dan Becca memasuki resto, jam sudah menunjukkan pukul 20.30.Becca dan Yandi segera memesan dan saat makanan datang, mereka menikmati makan mal
Arga duduk tegak di ruang kerja Papanya. Papanya pun terlihat tegang, duduk di hadapannya di meja kerja besar yang membentang diantara mereka berdua."Jadi Arga, Papa tidak mau mendengar segala alasanmu untuk menghindari pernikahan dengan Sarah," ujar Tuan Hardy tegas."Pa, kenapa Papa sangat bersikeras dengan pernikahan ini? Sebenarnya hutang apa kita pada keluarga mereka?" tanya Arga mulai emosi. Ia sungguh tidak terima, seakan dirinya adalah Siti Nurbaya, tapi versi cowok ya."Kamu tidak akan pernah mengerti, Arga. Memang kita tidak berhutang tapi kakekmu lah yang berhutang budi pada kakek Sarah. Dan sekarang waktunya kita membalasnya. Saat ini bisnis keluarga Sarah sedang diujung tanduk, mereka tidak siap menghadapi krisis global sekarang ini. Jadi kita harus membantu mereka," jelas Tuan Hardy, membujuk agar Arga mau menerima."Kalau seperti itu, bisa kan kita membantu mereka secara finansial saja? Aku rasa itu sudah cukup tanpa perlu ada pernikahan,"