Pemandangan beberapa tahun yang lalu lagi-lagi terlintas di matanya, itu adalah pemandangan Alya yang melompat ke sungai.Jelas-jelas ... itu sangat berbahaya.Namun, saat melompat, wajah Alya sama sekali tidak menunjukkan keraguan. Tidak seperti dirinya. Saat itu Hana hanya bisa panik, pikirannya kacau dan tak tahu harus berbuat apa.Setiap malam di dalam mimpinya, saraf-sarafnya dilahap oleh kegelapan. Pemandangan itu dengan jelas membandingkan dirinya dengan Alya.Di depan orang-orang, Hana menerima pujian karena telah mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan Rizki.Namun, di belakang itu semua, Hana hanyalah seorang badut yang dibandingkan dengan Alya. Karena Alya telah menyelamatkan Rizki tanpa pamrih, maka Hana terlihat makin tercela karena telah merampas semua penghargaan itu darinya.Orang-orang mengira Hana adalah orang yang polos dan baik hati, tetapi sebenarnya ....Jangan dipikirkan, jangan dipikirkan.Kejadian itu sudah berlalu. Sekarang semua orang tahu bahwa dialah pen
Alya terdiam.Hana yang duduk di seberang dapat merasakan jantungnya berdegap kencang. Namun dari luar, dia berpura-pura tenang.Dia juga tidak tahu apakah penjelasannya barusan dapat mengintimidasi Alya.Dia tidak begitu mengenal Alya. Namun satu hal yang dia ketahui tentangnya adalah, Alya memiliki ambisi yang tinggi.Jadi Hana hanya bisa melakukannya dengan cara ini dan mengambil risiko.Melihatnya enggan berbicara, tangan Hana yang berada di bawah meja pun mulai berkeringat. Dia memaksa untuk tersenyum dan berkata, "Kenapa? Apa kamu nggak setuju?"Mendengar ini, Alya meliriknya dengan santai dan bertanya, "Kenapa kamu terlihat sangat gugup?""Gugup dari mana? Aku hanya ...."Ditanya oleh Alya seperti itu, Hana hampir mengungkapkan niat aslinya. Dia cepat-cepat menginjak rem mulutnya dan berkata dengan lembut, "Baiklah, pikirkan saja pelan-pelan."Saat ini, Hana benar-benar berharap Alya akan bertindak cepat seperti yang dia katakan sebelumnya. Bukankah itu lebih bagus?Namun, Alya
Mendengarnya, Alya tersenyum dan berkata, "Begitukah? Kalau begitu apa yang kamu takutkan?""Takutkan?" Hana tidak begitu mengerti maksudnya."Bukankah kamu penyelamat hidupnya? Kamu kurang percaya diri dengannya, jadi kamu memintaku untuk menandatangani perjanjian ini."Mendengar ini, sekilas wajah Hana tampak garang.Mendengarnya membicarakan utang budi Rizki, Hana merasa sangat sial. Setiap Alya membicarakan hal tersebut, dia takut tiba-tiba ingatan Alya yang hilang akan kembali.Mungkin karena menahan amarahnya, wajah Hana yang biasanya tampak tenang dan cantik pun sedikit berubah. "Kalau bukan karena kamu yang bersikeras ingin mempertahankan anak itu, apa aku perlu menyiapkan perjanjian ini?"Setelah itu, Hana kembali memasang penampilannya yang lembut dan berkata pada Alya, "Pokoknya, percaya saja padaku. Aku nggak akan menipumu."Hari ini Alya tidak menyangka akan melihat perubahan yang begitu dramatis.Dia belum pernah melihatnya. Setelah melihatnya, dia sungguh merasa takjub.
Setelah mengatakan itu, Alya pun tidak ingin membuang lebih banyak waktu lagi dengannya. Dia merapikan barang-barangnya dan segera pergi dari kafe tersebut.Dia tidak menyadari bahwa begitu dia pergi, pria yang bernama Anton tadi kembali duduk di depan Hana dan mulai menanyakan informasi mengenai dirinya.Setelah meninggalkan kafe, Alya tidak langsung pulang. Dia berdiri di tepi jalan dan memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang. Beban yang selama ini memberati hatinya akhirnya menghilang.Dia pun tidak bisa menahan dirinya dan mengeluarkan ponsel untuk menelepon ayahnya. Dia tidak sabar untuk mengabarkan bahwa dia telah melunasi utang budinya.Namun, teleponnya tidak juga diangkat oleh sang ayah.Alya melirik jamnya, lalu menduga bahwa ayahnya mungkin sedang sibuk bekerja. Jadi, dia pun tidak menelepon lagi.Alya menghabiskan sisa hari itu di sanatorium untuk menemani sang nenek.Karena pertemuan dengan Hana tadi, Alya jadi terlambat datang. Dia tiba di sanatorium lebih telat dari
Tak lama setelah pesan itu dikirim, Rizki sudah membalasnya lagi: "Siang ini aku ke sana."Alya agak kaget dengan balasan Rizki. Dia pun bertanya: "Kantor nggak sibuk?"Rizki menjawab: "Sibuk, sekarang aku masih rapat. Aku akan meluangkan waktu untuk pergi."Melihat ini, Alya tidak berkata apa-apa lagi dan hanya membalas: "Oke."Pria itu meluangkan waktu dari pekerjaan untuk mengunjungi neneknya di sanatorium, tidak ada lagi yang perlu Alya katakan....Sebuah rapat akhirnya selesai.Setelah menghabiskan berjam-jam di ruang rapat, para eksekutif yang mendengar mulut tajam Rizki melangkah keluar dengan wajah pucat. Semua orang saling memandang dengan suram.Kemudian, mereka saling menggelengkan kepala, menghela napas, lalu pergi.Rizki meluruskan dasinya dan mengecek waktu di jam tangannya.Jika saat ini dia pergi ke sanatorium, waktunya seharusnya cukup.Dengan wajah datar Rizki pun keluar dari ruang rapat.Sebuah sosok bergaun putih dengan rambut panjang tergerai, tiba-tiba melangkah
"A ... Apa?"Hana tidak memercayai apa yang baru saja didengarnya.Pada dasarnya bukan ini yang dia inginkan.Yang dia inginkan adalah, karena dia sudah membuatkan Rizki makan siang yang penuh cinta, setelah masuk ke dalam dia akan menunjukkan jarinya yang terluka akibat memasak. Kemudian, setelah Rizki mengetahuinya, pria itu tidak hanya akan tersentuh olehnya, tetapi juga mengkhawatirkannya.Kemudian, mereka bisa berduaan di dalam kantor dan mempererat hubungan mereka.Tidak seperti sekarang ini ....Hana tidak mau, tetapi dia hanya bisa tersenyum dengan canggung dan berkata, "Rizki, kamu ada urusan apa? Kalau nggak lama, aku bisa menunggu di dalam kantormu.""Maaf, Hana. Akan pergi cukup lama, kamu pulang dulu saja.""Aku ...."Sang asisten sudah menghampiri Hana. "Nona Hana, ayo."Hana terdiam.Karena tidak mau, dia pun menggigit bibirnya dan menoleh menatap Rizki dengan mata agak memerah.Bagaimana kalau seperti ini?Apa dia tetap tidak akan peduli?Akan tetapi, Rizki sama sekali
"Nona Hana, saya nggak bisa menerima imbalan tanpa melakukan apa pun."Hana tak bisa berkata-kata.Dia sangat marah.Akhirnya Hana diantar pulang oleh asisten itu....Di sanatorium.Rizki tiba tepat pada waktunya.Begitu dia melangkah masuk ke sanatorium dan melihat Alya beristirahat di kaki neneknya, ketegangan yang dia rasakan sebelumnya seketika menghilang.Mendengar suaranya, Wulan pun melihat ke arah Rizki.Wulan dan cucu itu bertukar pandangan. Kemudian, sang nenek mengisyaratkan cucunya untuk tidak berisik.Melihat ini, Rizki menyadari bahwa Alya telah tertidur di kaki neneknya.Karena kaki Wulan sedang tidak sehat, Rizki pun menghampirinya, membungkuk, lalu perlahan menggendong Alya dan menempatkannya di sebuah tempat tidur kecil di samping.Sepertinya Alya tertidur dengan sangat nyenyak, dia tidak sadar ketika dirinya digendong oleh Rizki. Bahkan saat kepalanya menyentuh bantal, tanpa sadar dia meringkuk dan memeluk selimutnya. Kemudian, dia melanjutkan tidurnya.Melihat pena
Mendengarkan cerita ....Benar, Alya ingat.Dia jelas sedang mendengarkan cerita masa muda Nenek, dia bahkan cukup tertarik dengan ceritanya. Namun, entah kenapa, tiba-tiba dia mengantuk.Dia tidak enak hari untuk menyela sang nenek, jadi dia hanya bisa memaksa dirinya untuk tetap bangun dan terus mendengarkan.Sementara mengenai kapan dia tertidur, dia sendiri juga tidak ingat.Mengingat hal ini, Alya pun menyalahkan dirinya."Aku nggak bermaksud untuk tidur, apa Nenek akan memarahiku?""Nenek sangat menyukaimu, jadi menurutmu?"Rizki menceritakan bahwa setelah dia tiba, Nenek enggan membiarkannya membangunkan Alya.Setelah mendengar cerita Rizki, Alya menatap ke bawah dan tertawa kecil."Benar juga."Alya yang baru bangun terlihat sangat memesona dan polos. Melihatnya yang seperti ini, Rizki tanpa sadar menyentil kening Alya. "Apa yang kamu pikirkan seharian ini?"Alya tercengang. Dia tadinya sedikit mengantuk, tetapi sekarang dia sudah benar-benar bangun. Dia menyentuh keningnya dan