Maya yang sejak tadi menguping percakapan mereka, saat ini menutup mulut kecilnya dan mulai cekikikan.Alya tidak bisa berkata-kata.Sejujurnya, Alya merasa agak malu dan marah.Dia menunduk menatap putrinya dan tidak mengatakan apa pun. Dia tidak marah, hanya menatap putrinya sambil terdiam.Maya yang tadinya masih cekikikan, melihat bahwa Alya sedang menatapnya. Dalam sekejap, senyumnya pun menghilang dengan rasa bersalah. Gadis kecil itu menurunkan tangannya, mengatupkan bibirnya erat-erat dan tidak berani tertawa lagi. Dia terlihat sangat gugup.Karena Maya dan Satya biasanya berperilaku baik, Alya pun jarang marah. Meskipun mereka membuat kesalahan, Alya akan mengajari mereka terlebih dahulu. Ketika mereka benar-benar tidak mendengarkan, barulah Alya akan benar-benar tegas.Karena metode pengajarannya yang unik ini, biasanya dia tidak perlu sering-sering mengubah ekspresinya.Jadi, meskipun dia hanya menatap anaknya sambil terdiam, anaknya akan tahu bahwa mereka telah melakukan ke
"Terima kasih sudah mau menjadi sopir kami, Pak RezekiMalam."Responsnya membuat Rizki tertegun dan meliriknya dengan aneh, lalu Rizki tersenyum."Sama-sama, aku melakukannya dengan senang hati."Begitu Rizki menoleh ke depan, senyum di wajah Alya langsung memudar dan berubah menjadi ekspresi dingin.Ketika menunduk, Alya tidak sengaja bertatapan dengan Satya.Alya terdiam, tidak menyangka dia akan tertangkap oleh putranya, jadi dia pun cepat-cepat tersenyum lagi. Akan tetapi, Satya tampak tidak terkejut, merapatkan bibir kecilnya, lalu memeluk lengan Alya lebih erat dan tidak mengatakan apa pun.Kalau bisa, dia tidak ingin anak-anaknya melihat sisi buruknya. Namun, Satya terlalu sensitif ....Akhirnya, Alya hanya bisa mengelus kepala Satya.Mobil pun akhirnya berhenti di bawah apartemen mereka.Begitu sampai, Maya segera berterima kasih pada Rizki, "Terima kasih sudah mengantar kami pulang, Paman RezekiMalam."Rizki bertemu dengan tatapannya melalui kaca spion tengah dan tersenyum."S
Mendengar ini, Alya tertegun.Bagaimana bisa Maya berpikir seperti ini? Tidak rela apanya?Alya sedikit mengerutkan keningnya, lalu cepat-cepat memperbaiki emosinya dan membungkuk, mengisyaratkan Maya untuk menghampirinya.Maya pun menghampirinya dan masuk ke dalam pelukannya."Mama.""Siapa yang mengajarimu bicara seperti itu?" tanya Alya dengan lembut, mencoba untuk mengujinya.Mendengar ini, Maya dengan lembut menjawab, "Nggak ada yang mengajari Maya, Mama. Maya sendiri yang memikirkannya. Setelah sampai rumah, Mama langsung ke jendela untuk mengintip. Bukankah Mama sedang melihat Paman RezekiMalam?""Nggak, Mama hanya menutup gorden," balas Alya."Tapi aku lihat Mama meninggalkan celah kecil untuk mengintip."Alya tidak tahu harus berkata apa.Sebenarnya gadis kecil ini anak siapa, ya? Kenapa dia terus membalas perkataan orang lain?Memikirkan hal ini, Alya pun mencubit pipi Maya dengan lembut dan mulai menceramahinya, "Maya, kenapa sekarang kamu makin sering melawan Mama?"Kulit w
Meskipun Irfan lupa, Hasan tidak akan melupakannya.Namun untuk kali ini, dia tidak mampu untuk berpikir buruk tentang Irfan.Alya melemparkan dirinya ke atas sofa, menenggelamkan dirinya di sana dan memejamkan matanya....Keesokan paginya.Untuk menghindari Rizki, Alya sengaja pergi setengah jam lebih cepat dengan anak-anaknya. Dia berencana untuk langsung membawa anak-anaknya sarapan.Ketika Rizki datang, pria itu tidak akan menemukan siapa pun.Dia telah merencanakan semuanya dengan baik. Namun begitu dia tiba di lantai bawah, dia melihat sebuah mobil Lincoln terparkir di bawah. Selain itu, ada juga Cahya yang sedang bersandar pada mobil tersebut, pria itu menguap dan terlihat mengantuk.Ketika Alya melihat pemandangan ini, dalam beberapa detik Cahya sudah menguap dua kali karena kelelahan.Ketika Cahya hendak menguap untuk yang ketiga kalinya, dia tiba-tiba melihat Alya turun bersama kedua anaknya. Dia seketika berhenti menguap, tidak lagi lelah, lalu segera menghampiri Alya denga
Akan tetapi Satya tidak bergerak, dia masih berdiri di sana dengan agak ragu."Adikmu sudah naik ke mobil, apa yang kamu khawatirkan? Kita nggak mungkin meninggalkan adikmu."Setelah mengatakan itu, Alya menggandeng tangan Satya dan berjalan naik ke mobil.Rizki berhasil membujuknya dengan langsung menaikkan Maya ke mobil.Jika pria itu membawa pergi anak-anaknya, maka Alya tidak mungkin mengabaikannya.Setelah melihatnya naik ke mobil, Rizki pun tersenyum. Tak lama kemudian, dia pun memangku Maya.Hari ini dia tidak menyetir karena ada sopir. Setelah Alya dan Satya naik ke mobil, Cahya yang tadinya menunggu di luar mobil pun juga naik.Begitu naik ke mobil, tatapan Cahya dapat dikatakan tidak dapat meninggalkan Alya dan kedua anaknya.Ketika mengetahui bahwa kedua anak ini memang milik Rizki, dia sangat terkejut.Dengan Rizki yang seperti itu, tadinya dia mengira Rizki mungkin akan menghabiskan sisa hidupnya sendirian. Namun, sekarang, Rizki tiba-tiba mempunyai sepasang putra dan putr
"Hmm," balas Rizki dengan dingin."Jadi, Pak Rizki ... karena Nona Alya sudah pergi ke stasiun, ayo kita kembali ke perusahaan. Belakangan ini, urusan perusahaan sangat banyak. Kalau nggak ditangani ...."Cahya tidak menyelesaikan perkataannya, tetapi Rizki mengerti. Rizki perlahan merapatkan bibirnya, lalu mengalihkan pandangannya dan berkata, "Ayo ke perusahaan."...Tak lama setelah memasuki stasiun, Alya tidak bisa menahan dirinya dan menoleh ke belakang. Saat tidak menemukan orang itu mengikutinya, dia menghela napas lega, tetapi di saat yang sama dia juga merasa sedikit kecewa.Akan tetapi, kekecewaan yang samar itu dengan cepat disingkirkannya. Dia segera membeli tiket kereta dan pergi.Kemudian saat di perusahaan, Alya sama sekali tidak merasa ingin bekerja. Bahkan saat rapat, dia tidak dapat menahan dirinya dan melamun.Setelah bersusah payah melewati rapat kecil itu, Angga mengikuti Alya keluar dan maju untuk menghalanginya."Bos, bukankah akhir-akhir ini sikapmu sedikit aneh
Dari yang tadinya sedang bergosip tentang hubungan Alya, fokus Angga seketika berpindah setelah mendengar tentang anak."Bos, anak kembarmu laki-laki atau perempuan?"Alya menatapnya dengan wajah datar. "Ini anaknya temanku.""Ya, ya, anak temanmu. Anak kembar temanmu laki-laki atau perempuan?" tanya Angga."Apa itu penting?""Penting, aku sangat penasaran."" ... Mereka kembar sepasang.""Wow, kalau Pak Rizki berhasil mendapatkan hak asuh, bukankah nanti dia akan langsung mendapatkan putra dan putri?""Mantan suami temanku," ucap Alya."Ya, ya, mantan suami temanmu. Tadi aku salah bicara, salah bicara."Angga melanjutkan, "Tapi Pak Rizki ... maksudku kenapa kamu pikir mantan suami temanmu ingin merebut anak-anaknya? Kenapa nggak mengasuh bersama saja?""Mengasuh bersama? Jangan bercanda, itu sama sekali nggak mungkin.""Pasti ada alasannya, 'kan? Kenapa nggak mungkin?" Angga mengangkat alisnya dan menganalisis. "Mantan suamimu ... bukan, mantan suami temanmu sangat hebat, 'kan? Dia pu
"Hehe, aku kira kamu nggak peduli sedikit pun. Ternyata kamu masih mendengarkan," ujar Angga.Alya terdiam.Dia pun menahan diri, lagi dan lagi, hingga akhirnya dia tidak bisa menahannya lagi dan berkata pada Angga, "Pak Angga, apa kamu mau dipecat?""Nggak, nggak, aku hanya bercanda untuk meringankan suasana. Selain itu kamu juga merespons, jadi aku tahu kalau kamu mendengarkan."Melihat raut wajah Alya yang memburuk, Angga terpaksa berkata, "Oke, oke, aku akan lanjutkan.""Waktu itu, semua orang mengira mereka berdua akan bertunangan, karena tanggal pertunangannya sudah diumumkan. Beberapa kenalan mereka bahkan memamerkan undangan pertunangan mereka."Mendengar hal ini, alis indah Alya sedikit mengerut. "Jadi?""Bos, jangan buru-buru. Dengarkan aku sampai selesai."Alya terdiam.Dia tidak buru-buru."Kemudian, makin banyak orang yang mendapatkan undangannya. Bahkan, foto dari dalam tempat acara tunangan bocor. Saat itu, seluruh Kota Suryaloka heboh dengan pertunangan mereka yang akan