Meskipun Irfan lupa, Hasan tidak akan melupakannya.Namun untuk kali ini, dia tidak mampu untuk berpikir buruk tentang Irfan.Alya melemparkan dirinya ke atas sofa, menenggelamkan dirinya di sana dan memejamkan matanya....Keesokan paginya.Untuk menghindari Rizki, Alya sengaja pergi setengah jam lebih cepat dengan anak-anaknya. Dia berencana untuk langsung membawa anak-anaknya sarapan.Ketika Rizki datang, pria itu tidak akan menemukan siapa pun.Dia telah merencanakan semuanya dengan baik. Namun begitu dia tiba di lantai bawah, dia melihat sebuah mobil Lincoln terparkir di bawah. Selain itu, ada juga Cahya yang sedang bersandar pada mobil tersebut, pria itu menguap dan terlihat mengantuk.Ketika Alya melihat pemandangan ini, dalam beberapa detik Cahya sudah menguap dua kali karena kelelahan.Ketika Cahya hendak menguap untuk yang ketiga kalinya, dia tiba-tiba melihat Alya turun bersama kedua anaknya. Dia seketika berhenti menguap, tidak lagi lelah, lalu segera menghampiri Alya denga
Akan tetapi Satya tidak bergerak, dia masih berdiri di sana dengan agak ragu."Adikmu sudah naik ke mobil, apa yang kamu khawatirkan? Kita nggak mungkin meninggalkan adikmu."Setelah mengatakan itu, Alya menggandeng tangan Satya dan berjalan naik ke mobil.Rizki berhasil membujuknya dengan langsung menaikkan Maya ke mobil.Jika pria itu membawa pergi anak-anaknya, maka Alya tidak mungkin mengabaikannya.Setelah melihatnya naik ke mobil, Rizki pun tersenyum. Tak lama kemudian, dia pun memangku Maya.Hari ini dia tidak menyetir karena ada sopir. Setelah Alya dan Satya naik ke mobil, Cahya yang tadinya menunggu di luar mobil pun juga naik.Begitu naik ke mobil, tatapan Cahya dapat dikatakan tidak dapat meninggalkan Alya dan kedua anaknya.Ketika mengetahui bahwa kedua anak ini memang milik Rizki, dia sangat terkejut.Dengan Rizki yang seperti itu, tadinya dia mengira Rizki mungkin akan menghabiskan sisa hidupnya sendirian. Namun, sekarang, Rizki tiba-tiba mempunyai sepasang putra dan putr
"Hmm," balas Rizki dengan dingin."Jadi, Pak Rizki ... karena Nona Alya sudah pergi ke stasiun, ayo kita kembali ke perusahaan. Belakangan ini, urusan perusahaan sangat banyak. Kalau nggak ditangani ...."Cahya tidak menyelesaikan perkataannya, tetapi Rizki mengerti. Rizki perlahan merapatkan bibirnya, lalu mengalihkan pandangannya dan berkata, "Ayo ke perusahaan."...Tak lama setelah memasuki stasiun, Alya tidak bisa menahan dirinya dan menoleh ke belakang. Saat tidak menemukan orang itu mengikutinya, dia menghela napas lega, tetapi di saat yang sama dia juga merasa sedikit kecewa.Akan tetapi, kekecewaan yang samar itu dengan cepat disingkirkannya. Dia segera membeli tiket kereta dan pergi.Kemudian saat di perusahaan, Alya sama sekali tidak merasa ingin bekerja. Bahkan saat rapat, dia tidak dapat menahan dirinya dan melamun.Setelah bersusah payah melewati rapat kecil itu, Angga mengikuti Alya keluar dan maju untuk menghalanginya."Bos, bukankah akhir-akhir ini sikapmu sedikit aneh
Dari yang tadinya sedang bergosip tentang hubungan Alya, fokus Angga seketika berpindah setelah mendengar tentang anak."Bos, anak kembarmu laki-laki atau perempuan?"Alya menatapnya dengan wajah datar. "Ini anaknya temanku.""Ya, ya, anak temanmu. Anak kembar temanmu laki-laki atau perempuan?" tanya Angga."Apa itu penting?""Penting, aku sangat penasaran."" ... Mereka kembar sepasang.""Wow, kalau Pak Rizki berhasil mendapatkan hak asuh, bukankah nanti dia akan langsung mendapatkan putra dan putri?""Mantan suami temanku," ucap Alya."Ya, ya, mantan suami temanmu. Tadi aku salah bicara, salah bicara."Angga melanjutkan, "Tapi Pak Rizki ... maksudku kenapa kamu pikir mantan suami temanmu ingin merebut anak-anaknya? Kenapa nggak mengasuh bersama saja?""Mengasuh bersama? Jangan bercanda, itu sama sekali nggak mungkin.""Pasti ada alasannya, 'kan? Kenapa nggak mungkin?" Angga mengangkat alisnya dan menganalisis. "Mantan suamimu ... bukan, mantan suami temanmu sangat hebat, 'kan? Dia pu
"Hehe, aku kira kamu nggak peduli sedikit pun. Ternyata kamu masih mendengarkan," ujar Angga.Alya terdiam.Dia pun menahan diri, lagi dan lagi, hingga akhirnya dia tidak bisa menahannya lagi dan berkata pada Angga, "Pak Angga, apa kamu mau dipecat?""Nggak, nggak, aku hanya bercanda untuk meringankan suasana. Selain itu kamu juga merespons, jadi aku tahu kalau kamu mendengarkan."Melihat raut wajah Alya yang memburuk, Angga terpaksa berkata, "Oke, oke, aku akan lanjutkan.""Waktu itu, semua orang mengira mereka berdua akan bertunangan, karena tanggal pertunangannya sudah diumumkan. Beberapa kenalan mereka bahkan memamerkan undangan pertunangan mereka."Mendengar hal ini, alis indah Alya sedikit mengerut. "Jadi?""Bos, jangan buru-buru. Dengarkan aku sampai selesai."Alya terdiam.Dia tidak buru-buru."Kemudian, makin banyak orang yang mendapatkan undangannya. Bahkan, foto dari dalam tempat acara tunangan bocor. Saat itu, seluruh Kota Suryaloka heboh dengan pertunangan mereka yang akan
Setelah waktu yang lama, barulah Alya menemukan suaranya lagi."Dia nggak pergi?"Angga mengangguk dengan serius."Nggak."Ketika mendengar ini, Alya menunduk dan terdiam.Rizki sudah berutang budi pada Hana, bila dia tidak pergi, bukankah dia akan menempatkan dirinya dalam situasi yang sulit?Namun bila dia tidak pergi pun, apa yang akan berubah?"Saat itu, banyak outlet media yang pergi ke sana, berharap akan melihat sebuah acara tunangan yang mewah. Tapi siapa sangka, tokoh utama acara itu kurang satu orang. Kabarnya, hari itu Hana sangat malu karena hanya dia yang datang ke acara tunangan. Dia nggak hanya mempermalukan dirinya, tapi juga mempermalukan Keluarga Adelia. Tapi kemudian, media-media itu nggak bisa mendapat foto apa pun. Meskipun mereka sudah memfotonya, fotonya dihancurkan."Mendengar hal ini, Alya pun jadi penasaran."Mungkinkah itu hanya tipuan dan sama sekali nggak ada acara tunangan?"Alya masih tidak bisa memercayai bahwa Rizki tidak pergi. Lagi pula dulu, bukankah
Pokoknya, jika Rizki ingin merebut anak-anaknya, dia tidak akan membiarkannya....Sekitar jam pulang kerja, Alya menerima sebuah pesan.Pesan itu dikirimkan oleh salah satu kontak WhatsApp-nya, yaitu RezekiMalam."Hari ini nggak ada urusan penting di perusahaan, jadi aku pulang lebih awal dan pergi ke sekolah. Aku membawa anak-anak ke rumah untuk bermain. Setelah kerja nanti, kamu bisa langsung ke sini saja."Melihat pesan ini, Alya seketika berdiri dengan wajah penuh ketidakpercayaan.Namun, dia dengan cepat tersadar dan segera menjawab: "Aku nggak setuju."RezekiMalam membalas: "Apa yang kamu nggak setujui?"Alya membalas lagi: "Aku nggak setuju kamu membawa anak-anakku ke rumahmu, tolong hargai keinginanku."Pesan itu tidak langsung dijawab. Setelah beberapa saat, barulah Rizki menjawab: "Alya, apakah aku perlu mengingatkanmu? Maya dan Satya juga anak-anakku."Alya: "Nggak perlu mengingatkanku. Aku yang membesarkan mereka, aku tahu betul mereka anak siapa. Pokoknya, mereka bukan an
Rizki membawa anak-anak ke rumah dan secara khusus mempekerjakan seorang koki untuk membuatkan mereka makanan enak, dia juga menyuruh orang untuk membelikan mereka banyak mainan.Karena dia tidak tahu apa yang disukai anak-anak dan tidak pernah membeli mainan, dia pun menyuruh orang-orang itu untuk membeli berbagai macam mainan.Tentu saja ini termasuk berbagai macam mainan untuk anak perempuan dan laki-laki. Kedua anak itu tidak pernah melihat pemandangan semacam ini, jadi ketika melihatnya mereka pun terkejut.Mereka berdua menoleh pada Rizki secara bersamaan. Maya dengan suara kecil bertanya, "Paman RezekiMalam, apa semua mainan ini untuk Maya dan Kakak?""Ya." Rizki mengangguk. "Kalau aku ingin menjadi papa kalian, aku harus memberi kesan yang baik. Ini baru permulaan. Masuk dan lihatlah apa ada mainan yang kalian suka."Setelah mengatakan itu, tangan besarnya menyentuh punggung kedua anak itu dan dengan lembut mendorong mereka masuk.Maya dan Satya pun memasuki kamar tersebut. Mer