Johan mendengarkan semua hal itu dengan sungguh-sungguh. Dia juga paham, bahwa sekarang keluarganya bisa hidup sebaik ini berkat paman yang tiba-tiba muncul ini.Jadi meskipun dia diabaikan, dia sama sekali tidak marah.Hari ini, Rizki tidak membawa makanan cepat saji lagi. Sebaliknya, dia meminta seorang koki untuk menyiapkan makanan di dalam kotak bekal. Makanan itu pun dia bawa kemari, lalu satu per satu dia buka dan hidangkan di meja.Rizki tidak pernah menyangka bahwa suatu hari dirinya akan menjadi seperti seorang pengasuh, membawa kotak bekal ke sekolah dan mengantarkannya pada anak-anak.Ini adalah sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya, bahkan bila disuruh pun, dia tidak akan melakukannya.Namun, sekarang ... dia merasa senang melakukannya.Terutama setelah dia menghidangkan makanannya dan melihat reaksi anak-anak. Mungkin kedua anak ini tidak menduga dia akan membawa makanan semewah ini, sehingga sekarang terdapat rasa takjub di mata mereka. Melihat ini, Rizki mera
Meskipun dari luar Rizki sepertinya sudah sukses 50 persen, Rizki tahu betul bahwa memenangkan hati Satya tidaklah mudah.Jika dia tidak menangani 50 persen yang tersisa dengan baik, maka semuanya akan sia-sia.Walaupun masih kecil, putranya memiliki kepribadian layaknya orang dewasa. Sangat mirip dengan Rizki waktu masih kecil.Tiba-tiba, Rizki jadi menyesali kepribadiannya sendiri. Hal ini membuatnya kesulitan untuk menangani putranya sendiri.Jadi, saat Maya sudah selesai makan dan pergi bermain dengan Johan, Satya tetap tinggal dan membantu Rizki beres-beres.Anak ini sama sekali tidak mengeluh. Meskipun masih kecil, dia sangat bisa diandalkan. Rizki diam-diam mengamatinya. Setelah beberapa saat, Rizki merapatkan bibirnya dan berkata, "Sudah, biar Paman saja. Kamu mainlah dengan teman-temanmu."Satya menggeleng, lalu berkata, "Nggak usah, Mama bilang aku nggak boleh hanya numpang makan, aku juga bisa melakukan sesuatu."Mendengar ini, Rizki terkekeh."Nggak boleh hanya numpang maka
Namun, pria itu ternyata adalah Paman RezekiMalam, pria itu juga ingin menjadi papa mereka.Hal ini membuat Satya merasa aneh, juga membuatnya bertanya-tanya apakah Paman RezekiMalam sudah lama mengenal mamanya. Karena itukah Paman RezekiMalam selalu menonton siaran langsung mereka dan memberi hadiah?Setelah Satya mengucapkan pertanyaan ini, Rizki tertegun dan segera menyadarinya.Dia menatap Satya yang berdiri di sana, anak itu terlihat hanya sedikit lebih besar dari sebuah titik. Meskipun masih sekecil itu, pemahaman Satya sangat tajam.Anak itu tidak asal bertanya.Rizki melengkungkan bibirnya, menunjukkan sebuah senyum tipis. Kemudian dia balik bertanya pada Satya, "Menurutmu bagaimana, Satya?"Bibir Satya bergerak, tetapi tidak menjawab.Licik.Kata itu melintas di benak Satya, kata yang sangat cocok dengan Paman RezekiMalam yang berada di hadapannya.Satya tiba-tiba merasa, bahwa bila mamanya bersama dengan Paman RezekiMalam, mamanya pasti tidak akan bisa mengakali paman ini.Be
Selalu seperti ini.Karena lahir lebih dulu, dia secara alami menjadi seorang kakak. Ditambah dengan sifat Maya yang serakah, nakal, juga tidak bisa diam, dia pun perlahan membuat dirinya jadi pendiam.Tatapannya selalu terfokus pada adiknya, berjaga-jaga apabila adiknya bicara sembarangan, terluka dan sebagainya.Sekarang, Rizki malah berbicara seperti ini padanya.Ketika merasakan matanya menghangat, karena harga dirinya yang kuat, Satya segera menundukkan kepalanya.Seakan-akan dia takut orang lain akan melihat ekspresinya.Bagaimana mungkin Rizki tidak memahami perasaannya?Juga pada saat inilah dia mengerti, meskipun masih kecil, anak-anak juga memiliki harga diri.Dia pun harus menghormatinya.Memikirkan hal ini, Rizki dengan lembut berkata, "Ayo, cepat masuk. Maya sudah nggak sabar menunggumu.""Hm." Anak itu mengangguk, lalu berbaik dan masuk ke dalam.Akan tetapi, kali ini, setelah berjalan beberapa langkah, dia menoleh dan melirik Rizki."Paman RezekiMalam, Satya ... akan men
Alya pun menerima ponsel itu dengan tak berdaya.Melihat nomor di layar ponsel, wajah Alya menggelap.Rizki!Karena dia tidak mengangkat teleponnya, pria itu langsung menelepon karyawannya?Sebenarnya apa maksud pria itu?Alya seketika marah dan berkata, "Rizki, apa menurutmu ini lucu?"Dari ujung telepon, terdengar keheningan yang cukup panjang.Di samping, Angga yang melihat betapa marahnya Alya dalam sekejap ketakutan.Dia tahu bahwa Alya dan Rizki dulunya pernah menikah dan memiliki hubungan yang cukup dekat.Namun, tetap saja, ini adalah Rizki. Pria ini biasanya dingin, galak, juga tegas. Apalagi, sekarang Rizki adalah investor perusahaan mereka. Tak bisakah Alya berbicara dengan lebih lembut?Akan tetapi, saat ini Angga tidak berani bersuara. Dia hanya bisa menahan napasnya dan menekan aura keberadaannya.Tidak terdengar jawaban dari ujung telepon. Alya pun tidak berencana untuk menutup teleponnya seperti ini dan berkata, "Bicaralah."Setelah didesak, sebuah suara pria yang berat
Alya menyusun proposal tersebut, lalu menelepon Rizki lagi."Emailmu apa? Aku akan mengirim proposalnya ....""Antar saja ke perusahaan."Alya tertegun, lalu mendengar pria itu berkata, "Aku akan minta Pak Cahya mengirim alamatnya padamu.""Apa aku nggak bisa mengirimnya ke emailmu saja?""Alya, uang yang aku investasikan bukanlah jumlah yang kecil, juga bukan untuk kamu main-main. Sebaiknya kamu menanggapi hal ini dengan serius."Setelah telepon ditutup, Alya menarik napas dalam-dalam untuk menekan amarahnya. Kemudian dia berdiri untuk mencetak proposalnya.Setelah selesai, Cahya juga sudah mengirimkannya alamat kantor cabang Perusahaan Saputra di Kota Juwana.Alya memasukkan proposal itu ke dalam map dan pergi.Mengikuti alamat yang diberikan Cahya, Alya pun tiba di lantai dasar perusahaan dengan cepat.Sesuai dengan nama Perusahaan Saputra, bahkan gedung perusahaannya di Kota Juwana sangat mengesankan.Pantas saja begitu mendengar bahwa Rizki berinvestasi di perusahaan kecilnya, ban
Rizki berdiri di tempat. Awalnya dia tidak memiliki ekspresi, tetapi saat melihat sesuatu, alisnya berkerut."Siapa yang membuat proposal ini?"Mendengar nada bicaranya, Alya mengangkat kepala dan menatapnya."Kenapa?""Apa kamu yang buat?"Alya mengangguk."Ya, ada apa?"Begitu dia menjawab, Rizki langsung tertawa dingin. "Setelah 5 tahun, hanya segini yang kamu pelajari?"Mendengar ini, wajah Alya memucat."Apa maksudnya? Apa ada masalah dengan proposalku?""Kalau dilihat dari proposalmu ini, lebih baik kamu nggak mendirikan perusahaan. Jangan buang-buang waktu."Alya tidak tahu harus berkata apa.Ucapan Rizki membuatnya marah.Namun, Alya mengenal Rizki. Ketika membicarakan pekerjaan, Rizki selalu serius dan tidak pernah bicara omong kosong.Jika Rizki bicara seperti ini, maka proposalnya memang bermasalah.Meskipun di dalam hati Alya marah, tetapi Alya masih memaksa untuk tersenyum."Jadi, apa saranmu?"Rizki meliriknya, tidak menjawab. Dia hanya mengambil proposal tersebut dan mel
Kata sandinya adalah tanggal ulang tahunnya?Sebenarnya apa maksudnya ini?Laptop cadangan ini terlihat sangat baru, kemungkinan belum lama dibeli. Namun, Rizki masih memakai tanggal ulang tahunnya sebagai kata sandi?Setelah menyakitinya, meminta cerai dengannya, bahkan menyuruhnya aborsi, pria ini masih menggunakan tanggal ulang tahunnya sebagai kata sandi?Alya menggigit bibirnya, lalu memasukkan kata sandi tersebut dengan wajah datar. Melihat laptop itu benar-benar terbuka, dia merasa ini sangat konyol.Atas dasar apa?Sebenarnya atas dasar apa pria itu melakukan ini?Alya dengan marah membuka dokumen baru dan mulai mengetik.Jangan memikirkannya, jangan terkecoh.Meskipun Rizki menggunakan tanggal ulang tahunnya sebagai kata sandi, itu tidak berarti apa-apa. Masa lalu hanyalah masa lalu. Sekarang, dia perlu melihat ke depan dan menyelesaikan tugasnya saat ini.Namun, bila proposal ini tidak memuaskan Rizki, Alya tidak punya pilihan selain menanyakan opini pria itu.Melihat bahwa k