Rizki menyebutkan nama sebuah sekolah, lalu Cahya segera membuka peta untuk mencarinya."Ketemu, letaknya nggak jauh dari perusahaan Nona Alya."Rizki meliriknya.Cahya menunjuk peta tersebut."Perusahaan Nona Alya di sini, sementara sekolahnya di sini."Rizki melihat peta di ponsel Cahya. Dia memikirkan kedua anak menggemaskan itu, lalu memikirkan wajah mereka yang sangat mirip dengan wajahnya. Untuk waktu yang cukup lama, dia tidak mengatakan apa pun.Setelah beberapa saat, dia pun mengalihkan pandangannya."Ayo naik ke atas."...Keesokan harinya.Ketika Alya mengantar kedua anaknya ke sekolah, dia tidak menyadari sebuah mobil sedan hitam yang terparkir tidak jauh dari gerbang sekolah. Kaca dan badan mobil itu seluruhnya berwarna hitam.Karena mobil yang mengantar anak sekolah sangat banyak, Alya pun tidak memperhatikan mobil tersebut.Dia hanya melihat kedua anaknya yang sampai di gerbang sekolah dan berpamitan padanya.Alya berjongkok, merasakan masing-masing ciuman anaknya di pip
Sang kepala sekolah secara pribadi datang untuk menyambut Rizki.Sebenarnya, saat tahu bahwa Rizki akan datang ke sekolah mereka, sang kepala sekolah sangat terkejut.Sebagai tokoh sukses dalam dunia bisnis, Rizki cukup terkenal. Namun, fakta bahwa Rizki datang untuk memeriksa sekolah ini cukup mengejutkannya.Karena, dia sama sekali tidak menerima kabar bahwa Rizki sudah menikah ataupun punya anak.Saat mengekspresikan keraguannya, istrinya malah berkata, "Untuk apa kamu peduli dia punya anak atau nggak? Mungkin dia hanya melakukan persiapan untuk masa depan. Orang kaya selalu membuat rencana dari jauh-jauh hari, jadi jangan terlalu dipikirkan. Dia hanya datang berkunjung, fokus saja pada pekerjaanmu."Setelah mendengar perkataan istrinya, kepala sekolah yang bernama Deni itu pun menyambut Rizki dengan senyum di wajahnya dan membawa Rizki keliling sekolah."Lingkungan sekolah kami sangat bagus. Kalau nanti Pak Rizki punya anak, Pak Rizki bisa mempertimbangkannya untuk masuk sekolah ka
"Hei, bukankah anak ini mirip dengan Pak Rizki dari Perusahaan Saputra?"Mendengar ini, Deni pun melirik dengan penasaran. Setelah mendengar ucapan istrinya, dia juga merasa mereka sangat mirip."Mirip sekali.""Mungkinkah mereka anak haram Pak Rizki?""Omong kosong, memangnya dia butuh anak haram? Bahkan dia saja belum menikah.""Benar juga, bukankah pernah ada rumor bahwa seseorang melakukan operasi plastik pada anaknya dan mencoba masuk ke Keluarga Saputra? Tapi dia nggak berhasil. Lagi pula, wajar saja bila ada orang yang mirip di dunia ini. Mirip saja bukan berarti mereka memiliki hubungan darah."Mendengar ocehan istrinya, Deni pun melirik layar ponsel itu lagi dan berpikir, 'Ini berbeda dengan yang operasi plastik, ini benar-benar mirip.'Tentu saja, Deni tidak berani mengatakan hal ini di depan Rizki. Sekarang, melihat bagaimana Rizki terpaku pada kedua anak ini, mungkinkah Rizki juga berpikiran sama dengannya?Rizki terus menatap kedua anak itu, lalu mulai berjalan ke arah mer
"Paman, kenapa Paman ada di sini?"Mereka terakhir kali bertemu di pesawat. Setelah kembali ke negara ini, mereka sudah lama tidak bertemu. Maya cukup terkejut saat melihat Rizki di sini.Mendengar suara Maya yang kekanak-kanakan dan lembut, Rizki pun tak dapat menahan senyumnya.Dia langsung tahu bahwa anak ini biasanya cukup manja dan centil. Maya juga cukup cerdas, persis seperti di siaran langsung."Aku datang untuk mengunjungi sekolah, nggak kusangka aku akan bertemu kalian."Tatapan Rizki berpindah ke Satya.Satya tidak menunjukkan kelembutan dan keakraban yang ditunjukkan Maya. Setelah Rizki berjongkok, dia bahkan menjadi waspada dan memegang tangan adiknya dengan erat.Ini adalah pertahanannya terhadap Rizki.Akan tetapi, Rizki sama sekali tidak marah dan malah mengaguminya."Hah? Paman Tampan datang untuk mengunjungi sekolah? Apa Paman sudah menikah? Paman sudah punya anak?"Maya jelas adalah anak yang penasaran, dia memiliki berbagai pertanyaan yang tak ada habisnya.Rizki me
"Oke, oke."Sang kepala sekolah berdiri di kejauhan, melihat mereka "mengobrol dengan gembira" dan menghela napasnya. Saat ini, dia pun makin penasaran. Dia mengalihkan pandangannya pada Cahya dan mengekspresikan keraguannya, "Pak Cahya, boleh aku tahu apa hubungan mereka?"Cahya tersenyum dengan misterius."Coba kamu tebak?"Deni terdiam.Mana berani dia menebak?...Karena situasi yang canggung dan anak-anak yang harus masuk kelas, Rizki hanya bisa bersama mereka selama 20 menit dan pergi.Saat kembali ke mobil, suasana hatinya jelas sedang bagus.Melihat ini, Cahya mengambil kesempatan untuk menyodorkannya sebuah gelas termos. "Pak Rizki, hari ini dingin, minumlah sesuatu yang hangat untuk menghangatkan perutmu."Karena saat ini suasana hatinya sedang bagus, Rizki tidak menolak gelas termos tersebut dan minum beberapa teguk.Isi gelas termos itu adalah havermut campur susu yang telah disiapkan Cahya untuknya. Suhunya pas, begitu meminumnya perutnya pun menjadi hangat.Cahya menatapn
Di sore hari, Alya menjemput anak-anaknya seperti biasa.Setelah menjemput mereka, saat keluar dari sekolah Alya lagi-lagi melihat sedan hitam itu.Sedan itu sudah pindah ke tempat lain, tetapi masih terparkir dengan diam.Mungkin itu mobil milik orang tua lain, pagi ini dia mungkin hanya terlalu banyak berpikir.Belakangan ini dia sangat sibuk dan tidak punya waktu untuk membeli mobil. Namun, beberapa hari ini, berjalan kaki telah menghabiskan banyak waktunya. Alya merasa dirinya harus membeli kendaraan.Jika tidak, menjemput anaknya tiap hari dari sekolah akan jadi terlalu merepotkan.Sesampainya di rumah, Alya mulai mencari-cari mobil di internet.Anak-anaknya akan membutuhkan banyak uang di masa depan dan mobil hanyalah alat untuk transportasi, jadi Alya pun tidak berencana untuk membeli mobil yang terlalu mahal. Uang yang disiapkannya untuk mobil maksimal hanya 400 juta.Alya mencari dengan cepat dan segera menemukan sebuah model mobil yang bagus dengan harga yang pas. Dia pun ber
"Pak Rizki?""Ya, kapan kamu punya waktu? Kita bertemu saja."Pesan yang baru diterimanya tidak sependek itu, hanya saja permintaan di dalamnya menyebabkan Alya mengernyit.Bertemu?Hanya untuk mengembalikan uang, apakah mereka harus bertemu?"Pak Rizki, apa aku nggak bisa langsung mengirimkan uangnya padamu saja?""Aku hanya menerima uang tunai."Alya kehabisan kata-kata."Nggak apa-apa kalau kamu nggak mau mengembalikannya."Melihat ini, Alya pun mengerti. Orang itu sebenarnya tidak butuh dia mengembalikan uangnya, jadi orang itu menggunakan cara ini untuk membuatnya menyerah.Namun, ... dia juga tidak ingin menyimpan uang orang itu.Setelah lama menimbang-nimbang, akhirnya Alya membalas: "Mau bertemu di mana?"Melihat Alya akhirnya setuju, raut wajah Rizki tampak kecewa. Dia merapatkan bibirnya dengan kesal.Dia menyimpan kembali ponselnya dan tidak membalas pesan itu agi.Bahkan Cahya yang duduk di depan dapat merasakan aura dingin yang mendadak memancar darinya. Cahya pun memandan
Mungkin karena tidak menyangka Alya akan seblak-blakan ini, Irfan membeku di tempat dan menatapnya dengan tak berdaya."Kalau begitu, bolehkah hari ini aku mengantarmu, juga Maya dan Satya ke sekolah?"Alya berencana untuk menjelaskan semuanya dengan Irfan hari ini, diantar untuk yang terakhir kali seharusnya tidak apa-apa."Boleh."Dalam perjalanan ke sekolah, Alya sangat diam, sementara Maya terus mengoceh tanpa henti.Irfan dengan sangat sabar merespons ocehan Maya.Sesampainya di sekolah, dia bahkan turun dari mobil untuk mengantarkan kedua anak itu masuk.Alya berdiri di samping dan melihat mereka dengan tenang, tiba-tiba, dia merasakan sebuah tatapan tajam yang menusuk punggungnya.Dia refleks melihat ke arah sumber tatapan tersebut.Saat melihat mobil hitam kemarin, Alya tercengang.Jika perasaan diawasi kemarin hanya kesalahpahaman, apakah hari ini juga kesalahpahaman?Intuisinya memberi tahu bahwa ada yang tidak beres.Dia tanpa sadar mulai berjalan ke arah mobil hitam tersebu