"Paman, kenapa Paman ada di sini?"Mereka terakhir kali bertemu di pesawat. Setelah kembali ke negara ini, mereka sudah lama tidak bertemu. Maya cukup terkejut saat melihat Rizki di sini.Mendengar suara Maya yang kekanak-kanakan dan lembut, Rizki pun tak dapat menahan senyumnya.Dia langsung tahu bahwa anak ini biasanya cukup manja dan centil. Maya juga cukup cerdas, persis seperti di siaran langsung."Aku datang untuk mengunjungi sekolah, nggak kusangka aku akan bertemu kalian."Tatapan Rizki berpindah ke Satya.Satya tidak menunjukkan kelembutan dan keakraban yang ditunjukkan Maya. Setelah Rizki berjongkok, dia bahkan menjadi waspada dan memegang tangan adiknya dengan erat.Ini adalah pertahanannya terhadap Rizki.Akan tetapi, Rizki sama sekali tidak marah dan malah mengaguminya."Hah? Paman Tampan datang untuk mengunjungi sekolah? Apa Paman sudah menikah? Paman sudah punya anak?"Maya jelas adalah anak yang penasaran, dia memiliki berbagai pertanyaan yang tak ada habisnya.Rizki me
"Oke, oke."Sang kepala sekolah berdiri di kejauhan, melihat mereka "mengobrol dengan gembira" dan menghela napasnya. Saat ini, dia pun makin penasaran. Dia mengalihkan pandangannya pada Cahya dan mengekspresikan keraguannya, "Pak Cahya, boleh aku tahu apa hubungan mereka?"Cahya tersenyum dengan misterius."Coba kamu tebak?"Deni terdiam.Mana berani dia menebak?...Karena situasi yang canggung dan anak-anak yang harus masuk kelas, Rizki hanya bisa bersama mereka selama 20 menit dan pergi.Saat kembali ke mobil, suasana hatinya jelas sedang bagus.Melihat ini, Cahya mengambil kesempatan untuk menyodorkannya sebuah gelas termos. "Pak Rizki, hari ini dingin, minumlah sesuatu yang hangat untuk menghangatkan perutmu."Karena saat ini suasana hatinya sedang bagus, Rizki tidak menolak gelas termos tersebut dan minum beberapa teguk.Isi gelas termos itu adalah havermut campur susu yang telah disiapkan Cahya untuknya. Suhunya pas, begitu meminumnya perutnya pun menjadi hangat.Cahya menatapn
Di sore hari, Alya menjemput anak-anaknya seperti biasa.Setelah menjemput mereka, saat keluar dari sekolah Alya lagi-lagi melihat sedan hitam itu.Sedan itu sudah pindah ke tempat lain, tetapi masih terparkir dengan diam.Mungkin itu mobil milik orang tua lain, pagi ini dia mungkin hanya terlalu banyak berpikir.Belakangan ini dia sangat sibuk dan tidak punya waktu untuk membeli mobil. Namun, beberapa hari ini, berjalan kaki telah menghabiskan banyak waktunya. Alya merasa dirinya harus membeli kendaraan.Jika tidak, menjemput anaknya tiap hari dari sekolah akan jadi terlalu merepotkan.Sesampainya di rumah, Alya mulai mencari-cari mobil di internet.Anak-anaknya akan membutuhkan banyak uang di masa depan dan mobil hanyalah alat untuk transportasi, jadi Alya pun tidak berencana untuk membeli mobil yang terlalu mahal. Uang yang disiapkannya untuk mobil maksimal hanya 400 juta.Alya mencari dengan cepat dan segera menemukan sebuah model mobil yang bagus dengan harga yang pas. Dia pun ber
"Pak Rizki?""Ya, kapan kamu punya waktu? Kita bertemu saja."Pesan yang baru diterimanya tidak sependek itu, hanya saja permintaan di dalamnya menyebabkan Alya mengernyit.Bertemu?Hanya untuk mengembalikan uang, apakah mereka harus bertemu?"Pak Rizki, apa aku nggak bisa langsung mengirimkan uangnya padamu saja?""Aku hanya menerima uang tunai."Alya kehabisan kata-kata."Nggak apa-apa kalau kamu nggak mau mengembalikannya."Melihat ini, Alya pun mengerti. Orang itu sebenarnya tidak butuh dia mengembalikan uangnya, jadi orang itu menggunakan cara ini untuk membuatnya menyerah.Namun, ... dia juga tidak ingin menyimpan uang orang itu.Setelah lama menimbang-nimbang, akhirnya Alya membalas: "Mau bertemu di mana?"Melihat Alya akhirnya setuju, raut wajah Rizki tampak kecewa. Dia merapatkan bibirnya dengan kesal.Dia menyimpan kembali ponselnya dan tidak membalas pesan itu agi.Bahkan Cahya yang duduk di depan dapat merasakan aura dingin yang mendadak memancar darinya. Cahya pun memandan
Mungkin karena tidak menyangka Alya akan seblak-blakan ini, Irfan membeku di tempat dan menatapnya dengan tak berdaya."Kalau begitu, bolehkah hari ini aku mengantarmu, juga Maya dan Satya ke sekolah?"Alya berencana untuk menjelaskan semuanya dengan Irfan hari ini, diantar untuk yang terakhir kali seharusnya tidak apa-apa."Boleh."Dalam perjalanan ke sekolah, Alya sangat diam, sementara Maya terus mengoceh tanpa henti.Irfan dengan sangat sabar merespons ocehan Maya.Sesampainya di sekolah, dia bahkan turun dari mobil untuk mengantarkan kedua anak itu masuk.Alya berdiri di samping dan melihat mereka dengan tenang, tiba-tiba, dia merasakan sebuah tatapan tajam yang menusuk punggungnya.Dia refleks melihat ke arah sumber tatapan tersebut.Saat melihat mobil hitam kemarin, Alya tercengang.Jika perasaan diawasi kemarin hanya kesalahpahaman, apakah hari ini juga kesalahpahaman?Intuisinya memberi tahu bahwa ada yang tidak beres.Dia tanpa sadar mulai berjalan ke arah mobil hitam tersebu
"Ke bawah!"Di waktu yang sama, Rizki di dalam mobil tiba-tiba berbisik. Cahya buru-buru bereaksi dan meratakan dirinya ke bawah.Alya bersandar pada jendela mobil dan mengintip ke dalam dengan saksama.Sinar matahari di luar sangat terik dan Alya sudah lumayan lama berdiri di bawahnya, sehingga penglihatan Alya saat ini pun tidak begitu baik. Jadi meskipun Alya menempel ke jendela, dia tidak dapat melihat apa yang ada di dalam.Yang dilihatnya hanya kegelapan.Namun, dia tidak menyerah dan terus bersikeras mengintip.Di dalam mobil, kedua pria itu sudah merebahkan tubuh mereka. Rizki berbaring di kursinya dan melihat Alya yang sedang menempel di jendela tanpa bersuara.Cahya sangat ketakutan sampai-sampai dia menahan napasnya.Dia tidak pernah menyangka Alya sewaspada ini.Mereka bahkan belum melakukan apa-apa dan baru 2 hari di sini, apa mereka sudah ketahuan oleh Alya?Entah berapa lama mereka terus seperti itu. Mungkin karena tidak bisa melihat apa pun, Alya akhirnya menyerah.Begi
Satya tertegun saat melihat Rizki. Tak lama kemudian, dia perlahan berdiri dan menghampirinya.Setelah mendekat, dia bergumam, "Paman RezekiMalam.""Hmm."Rizki mengangguk dan menatap Satya dengan tak berdaya.Anak ini jauh lebih berhati-hati daripada Maya. Bahkan setelah Rizki mengungkapkan identitasnya, dia masih sangat waspada terhadapnya.Sepertinya, Rizki harus mencari cara untuk membuat anak ini lebih percaya dan bergantung pada dirinya.Namun, bila dia datang ke sekolah setiap hari, niatnya akan terlihat jelas.Rizki sedikit menyipitkan matanya dan memikirkan strategi."Paman, siapa anakmu? Apa hari ini kami bisa menemuinya?" Maya masih penasaran dengan anak yang disebutkan Rizki kemarin.Rizki mengelus kepala gadis kecil itu dan berkata dengan lembut, "Hari ini nggak bisa, bagaimana kalau lain kali?""Hm, oke."Kemudian, Rizki melirik Satya yang tidak mengatakan apa pun dan masih memegang adiknya dengan erat. Rizki pun berpikir, mungkin sebaiknya dia jangan berlama-lama di sini
Mengenai apa yang mereka bicarakan ....Rizki segera membalas: "Nggak bisa, besok aku juga ada urusan. Sekarang aku sangat butuh uang, jadi kamu sesuaikan saja waktunya."Alya yang melihat pesan ini pun mengerutkan kening.Karena, tiap kata yang dikirimkan orang itu terkesan tidak dapat diganggu gugat.Sama seperti kemarin malam, kalau dia ingin mengembalikan uang ini padanya, maka dia hanya bisa mengikuti arahan orang itu.Alya merasa dirinya seperti "diculik".Mengingat apa yang ingin dia katakan pada Irfan masih bisa dikatakan di lain waktu, dia bisa saja menelepon Irfan, lalu memberitahunya bahwa mereka tidak jadi memilih mobil dan Irfan tidak perlu menemaninya pergi.Akan tetapi, saat ini, ketegasan orang itu membuat Alya merasa tidak nyaman. Intuisinya memberi tahu bahwa dia tidak boleh melakukannya.Namun, orang itu bilang dia sangat membutuhkan uang.Alya membalas: "Kalau kamu sangat butuh uang, aku bisa langsung mengirimkannya padamu. Membawa terlalu banyak uang tunai juga ber