Share

Bab 492

"Nona Alya, ponselmu bunyi, biar aku saja yang mengerjakan sisanya."

"Baiklah."

Alya terpaksa mengambil ponselnya dan pergi ke luar untuk mengangkat telepon.

"Halo."

"Nona Alya."

Suara yang tak asing ini mengagetkan Alya. "Pak Cahya?"

Kenapa pria ini meneleponnya lagi?

"Nona Alya, maaf sudah meneleponmu malam-malam, apa aku mengganggu?"

Alya merapatkan bibirnya, lalu bertanya dengan nada tenang, "Ada apa?"

Cahya hendak berbicara ketika Rizki sedikit mengangkat dagu, mengisyaratkannya untuk menyalakan pengeras suara.

Di bawah tatapan pria itu, Cahya pun terpaksa menyalakan pengeras suara, lalu dengan terbata-bata berkata, "Jadi, begini, Pa-Pak Rizki masih nggak mau makan, jadi bisakah aku minta tolong kamu ...."

"Pak Cahya."

Sebelum dia bisa menyelesaikan perkataannya, Alya segera menyela, "Pak Rizki sudah dewasa, apakah dia harus makan atau nggak, butuh makan atau nggak, dia bisa menilainya sendiri. Kalau dia nggak mau makan, artinya dia tahu kondisi tubuhnya sendiri."

Setelah mengatak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status