"Tadi kamu taruh apa di dalam sakunya?"Mendengar pertanyaannya, Lisa terdiam sejenak. Seketika dia pun mengalihkan pandangannya."Taruh apa? Aku nggak mengerti perkataanmu."Alya tidak berbicara dan hanya terdiam menatapnya, hal ini membuat Lisa merasa tertekan."Oke, oke, aku meninggalkannya sebuah catatan. Aku nggak bisa membuka ponselnya karena dikunci sandi, aku juga nggak bisa mendapatkan kontaknya. Jadi, aku meninggalkan sebuah cara supaya dia bisa menghubungiku, oke? Lagi pula, malam ini aku telah menolongnya. Saat dia bangun besok pagi, mungkinkah dia akan menganggapku sebagai penyelamatnya?"Sebuah kata tertentu seketika menusuk pikiran Alya. Raut wajahnya berubah, lalu dia memalingkan wajahnya dan tidak berbicara lagi.Setelah berbicara untuk beberapa waktu, Lisa menyadari bahwa Alya tidak merespons. Dia pun menoleh untuk melihatnya.Entah sejak kapan, Alya sudah melihat ke arah luar jendela. Wajah tanpa ekspresinya yang tercermin di jendela membuatnya tampak kesepian.Ada a
Jaket yang masih membawa kehangatan tubuh Irfan itu, seketika membungkus tubuh Alya.Suhu tubuh Irfan jauh lebih tinggi dari Alya.Dalam sekejap kehangatan pun menyelimutinya. Angin malam tidak terasa sedingin itu lagi.Alya tersenyum padanya. "Terima kasih."Irfan menatapnya dengan ketidakberdayaan dan kasih sayang."Cuacanya dingin, bukankah kamu tahu untuk memakai baju lebih tebal ketika keluar? Tahukah kamu kalau tubuhmu ini lemah?"Sebelum Alya dapat menjawabnya, Lisa menyela, "Ah Irfan, jangan omeli Alya lagi. Kalau dia nggak berpakaian setipis ini, apakah kamu akan memiliki kesempatan untuk pamer seperti ini?""Cukup." Alya menyela apa yang hendak kedua orang ini katakan, "Di luar sini dingin, ayo kita mengobrol di dalam."Mereka bertiga pun masuk ke dalam rumah bersama-sama.Setelah masuk ke rumah, Alya melepas jaket Irfan dan mengembalikannya pada pria itu."Cepat kamu pakai, jangan sampai kamu kedinginan."Irfan mengambil jaketnya, tetapi dia tidak memakainya. Dia hanya memba
"Belum."Dia menyangkal.Mendengar ini, Alya langsung mengerutkan keningnya. Dia refleks ingin bertanya bagaimana Hasan melakukan pekerjaannya. Bagaimana bisa Hasan belum memesan hotel untuk atasannya.Namun ketika kata-kata itu mencapai bibirnya, Alya teringat bagaimana sibuknya Hasan dengan lelang hari ini. Setelah kembali, pria itu bahkan membantunya menjaga Maya dan Satya.Dalam sekejap, Alya pun tidak ingin lagi mengatakan apa pun.Lagi pula, dia juga bertanggung jawab dalam hal ini.Memikirkan hal ini, Alya segera mengeluarkan ponselnya. "Kalau begitu sekarang aku akan membantumu memesannya, kamu mau menginap di mana?"Irfan terus menatapnya dan tidak bergerak."Di sini suasananya bagus."Alya tertegun.Di tengah ekspresi Alya yang kebingungan, Irfan tersenyum dan berkata, "Pokoknya, aku akan tinggal di sini untuk sementara waktu. Aku dengar dari Pak Hasan, rumah-rumah di sini dapat disewa, 'kan?""Ya.""Baguslah, apa kamu punya kontak bos mereka?""Lisa seharusnya punya, tapi se
Hati Alya pun dihangatkan oleh anak kecil ini. Dia mengelus kepala Satya dan berkata dengan lembut, "Sekarang Mama sudah pulang, jadi kamu bisa tidur dengan tenang."Mata Satya berkedip di dalam pelukan Alya. "Bisakah malam ini Satya tidur dengan Mama?"Alya melirik tempat tidur besar itu. Sebenarnya di dalam hati Alya sudah menyetujuinya, tetapi dia tidak dapat menahan diri untuk menggoda anaknya."Tapi Satya sudah umur 5 tahun, seharusnya Satya tidur sendiri."Mendengar jawaban ini, kekecewaan melintas di wajah kecil Satya. Sepertinya dia mengira ibunya tidak setuju untuk tidur bersamanya. Beberapa saat kemudian, dia menundukkan kepalanya dan mengangguk dengan patuh."Baik, Mama. Satya akan tidur sendiri."Tadinya Alya hanya ingin menggodanya, tetapi melihat bagaimana kecewanya Satya saat ini, Alya pun merasa dirinya seperti seorang penjahat.Memikirkan hal ini, Alya pun berkata, "Oke, Mama hanya bercanda denganmu. Malam ini lumayan dingin, jadi ayo kita tidur bersama."Satya seketik
Meskipun setelah itu tidak ada lagi yang dijelaskan, Alya dapat menebak apa yang dimaksud Lisa dengan kalimat itu.Dia pun merapatkan bibirnya dan menyimpan ponselnya kembali.Orang dewasa memang seharusnya tidak terlalu ikut campur dengan urusan orang lain, tetapi ... karena dia tahu bahwa Rizki dan Hana sudah bersama, dia seharusnya memiliki tanggung jawab untuk memberi tahu temannya.Tadinya, dia berencana untuk menunggu sampai pagi dan menjelaskannya setelah Lisa bangun.Namun, dia tidak menduga Lisa akan begitu tidak sabar hingga pergi malam-malam begini.Setelah memikirkannya, Alya pun mengirim pesan lagi padanya: "Lisa, ada sesuatu yang harus kubicarakan denganmu. Kita bicara di telepon, oke?"Akan tetapi setelah mengirim pesan tersebut, Lisa tidak membalasnya.Alya dengan sabar menunggu selama beberapa menit, tetapi temannya masih tidak membalas. Alya terpaksa meneleponnya."Maaf, nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi."Suara mesin yang dingin t
Suhu tubuh Irfan yang sangat hangat, menjalar ke tangan Alya seperti api.Yang pertama Alya rasakan adalah kehangatan.Tak lama setelah diingatkan olehnya, Alya pun baru tersadar bahwa karena tadi dia terburu-buru, saat ini dia berpakaian tipis."Kuberi tahu padamu, Irfan, Lisa telah pergi keluar. Aku baru saja mencoba meneleponnya lagi, tapi nggak diangkat. Sekarang aku nggak begitu yakin apakah dia mematikan ponselnya untuk menghindariku atau ...."Dia tidak menyelesaikan kalimatnya, tetapi Irfan memahami maksudnya.Irfan menghela napas melihat Alya yang menunggu sampai tangan dan kakinya dingin, juga tidak sadar meskipun dia sudah mengingatkannya. "Aku mengerti masalahnya, aku akan menelepon Pak Hasan dan menyuruhnya ke sini. Kemudian, aku akan menemanimu mencari Lisa, oke?"Menemaninya mencari Lisa?"Nggak." Alya menggeleng. "Aku nggak akan pergi. Kalau dia melihatku ...."Saat itu, Lisa pasti akan berpikir bahwa dia terlalu ikut campur.Irfan sangat memahami Alya. Setelah Alya men
"Dia hanya memikirkanku, jangan salahkan dia. Mungkin dia takut di masa depan nanti, atasan lainnya akan menjadi orang lain."Ucapan ini menyiratkannya dengan cukup jelas."Sekarang setelah menemuinya, apa yang kamu rasakan?"Pertanyaan Irfan sangat terus terang.Alya tiba-tiba mendongak dan menatapnya."Maaf, apa pertanyaanku kurang pantas? Aku hanya berpikir bahwa 5 tahun sudah berlalu, jadi kamu mungkin sudah melepaskannya."Ya, 5 tahun sudah berlalu.Dengan masa lalu yang sudah sejauh itu, apa lagi yang tidak bisa dia lepaskan?Memikirkan hal ini, Alya tersenyum tipis dan berkata dengan lembut, "Nggak ada yang kurang pantas. Kalau kamu mau bertanya, tanya saja. Sekarang, dia hanya orang asing bagiku."Jika setelah bertahun-tahun dia masih memiliki gejolak perasaan dengan orang itu, maka dia benar-benar tidak bisa lagi diselamatkan."Begitukah?"Setelah mendengar jawabannya, Irfan tidak tahu apakah dia harus memercayainya atau tidak. Dia pun mengelus kepala Alya. "Baguslah kalau kam
Dengan masalah itu dalam pikirannya, dia segera keluar sambil bertelanjang kaki.Dia hendak langsung pergi ke ruang tengah, tetapi tiba-tiba dia menabrak dada Irfan yang sedang mencarinya.Irfan mungkin juga tidak menduganya, dia terdorong mundur beberapa langkah oleh Alya sebelum menstabilkan kembali dirinya."Ada apa?"Dia memeluk pinggang Alya, mencegahnya jatuh.Pada saat ini, Alya tidak bisa memedulikan hal lain dan refleks bertanya, "Di mana Lisa? Apa dia sudah pulang?"Mendengar pertanyaannya, Irfan pun menghela napas."Jangan khawatir, aku ke sini untuk memberitahumu mengenai hal itu."Alya pun menenangkan dirinya dan mundur beberapa langkah sambil menatapnya.Irfan menyadari bahwa Alya tidak mengenakan alas kaki, bajunya juga masih sama dengan semalam. Namun, mengingat bahwa wanita ini tidak akan ganti baju sampai mendengar semuanya, Irfan hanya bisa cepat-cepat menyederhanakan pernjelasannya."Dia sangat aman, nggak ada yang terjadi. Orang-orang kami berjaga di hotel sampai t