Dengan pikiran tersebut, Rizki teringat dengan kejadian ketika dia menambahkan kontak wanita itu. Karena dia tidak membalas pesan itu lagi, akhirnya kontak dia dan wanita itu pun terputus.Wanita itu ingin mengembalikan uangnya, tetapi Rizki tidak mau. Mungkinkah wanita itu takut untuk melakukan siaran langsung lagi karena Rizki akan terus mengirimkan hadiah?Oleh karena itu, mereka pun memutuskan untuk tidak melakukan siaran langsung lagi?Namun, bagaimana jika ... Rizki mengirimkan nomor rekeningnya?Rizki memang menyukai kedua anak kecil itu. Meskipun mereka tidak sering melakukan siaran langsung, mereka selalu berhasil mengusir kegelapan di dalam kehidupannya.Kedua anak kecil itu sangat menggemaskan. Selama setahun ini, menonton mereka berdua telah menjadi semacam rutinitas untuk Rizki.Dia belum menemukan hal lain yang dapat menggantikan mereka dalam memperbaiki suasana hatinyaJika mereka benar-benar berhenti melakukan siaran langsung karena hal itu ....Dalam sekejap, pikiran R
Dengan adanya Sinta di belakangnya, apa lagi yang perlu Cahya takuti? Dengan kekuatan ini, bukankah dia harus cepat-cepat membuat atasannya ini minum obat?Bagian terbaiknya adalah, dia hanya perlu mengingatkan Rizki untuk minum obat dan dia akan menerima gaji dua kali lipat. Bukankah hal ini sangat bagus?"Pak Rizki, kalau kamu nggak minum obatnya, bagaimana aku bisa menjelaskannya saat ibumu menelepon nanti?"Begitu mengatakan hal tersebut, Cahya langsung merasakan sebuah tatapan dingin jatuh ke wajahnya.Seketika dia merasa bulu kuduknya berdiri.Saat itulah dia sadar, meskipun dia memiliki Sinta di belakangnya, bagaimanapun juga Rizki adalah anaknya Sinta. Jika dirinya terlalu arogan dan sombong, yang akan merugi nanti pasti adalah dirinya.Akan tetapi, apa yang dilakukan Rizki selanjutnya membuatnya terkejut.Rizki meminum obat tersebut di depannya, bahkan dia juga meminum segelas air hangat yang dituangkannya. Setelah itu, dia meletakkan gelas itu kembali ke atas meja dengan suar
Kemudian yang paling penting, dia merasa bahwa ayahnya sudah terlalu lama kesepian. Jarang ada orang yang menyukai ayahnya seperti ini. Jika ayahnya juga menyukai wanita itu, maka akan terlalu kejam bila Alya memaksa mereka untuk berpisah.Wanita itu juga sangat tahu diri.Setelah wanita itu mengetahui hubungan mereka berdua, dia secara pribadi menemuinya dan dengan hati-hati memberitahunya, "Nona Alya, aku sudah mendengar tentang situasi keluarga kalian dari ayahmu. Keluarga kalian itu spesial. Aku bisa bersumpah, aku nggak bersama ayahmu demi mendapatkan apa pun. Tapi kalau kamu masih nggak memercayaiku, aku bisa menandatangani perjanjian denganmu, untuk menjamin bahwa aku nggak akan mengambil apa pun dari Keluarga Kartika. Perjanjian ini hanya akan diketahui oleh kita berdua, orang lain nggak akan tahu.""Menandatangani perjanjian? Oke, ayo tanda tangani."Jadi, Alya pun meminta tim hukum dari perusahaan Irfan untuk membuatkannya perjanjian dan meminta wanita itu menandatanganinya.
Setelah memeluk Maya, Yuni pun mencubit pipi Satya. Setelah memastikan bahwa dia tidak mengabaikan anak laki-laki ini, Yuni berbalik dan berkata pada Alya, "Di luar anginnya sangat kencang, ayo masuklah dulu.""Baik."Alya mengikuti Yuni masuk ke dalam rumah.Sambil berjalan, Yuni berkata, "Ayahmu baru saja naik ke atas untuk mandi. Aku sudah sering memberitahunya untuk nggak langsung mandi setelah makan, tapi dia nggak pernah mendengarkan."Mendengar keluhannya yang biasa, bibir Alya pun tersenyum."Kamu pasti sangat bekerja keras untuk merawat ayahku, Bibi Yuni."Yuni segera mencari penjelasan untuk ayahnya Alya."Nggak sampai segitunya, banyak hal yang ayahmu lakukan sendiri. Sebenarnya, aku malah merasa kalau dia yang merawatku.""Saling membantu juga hal yang bagus."Yuni meliriknya kembali dan tersenyum dengan malu-malu. Kemudian, dia pun menurunkan Maya."Aku akan naik ke atas dan memberi tahu ayahmu untuk mandi lebih cepat.""Nggak usah, Bibi. Kami hari ini nggak buru-buru untu
Sebenarnya Alya tidak pernah berpikir untuk meminta ayahnya memberikan semua hal itu padanya.Namun, sekarang, ketika mendengar ayahnya mengatakan bahwa seluruh perusahaan tersebut akan menjadi miliknya di masa depan, hatinya masih merasa amat tersentuh."Jadi, kamu jangan kembali ke Negara Surya. Tetaplah di sini dan bantu Ayah mengurus perusahaan."Meskipun merasa amat tersentuh, Alya masih mengangkat alisnya dan berkata, "Maaf, tapi sepertinya aku nggak bisa."Mendengar jawabannya, Bayu pun kembali bingung."Kenapa nggak bisa? Aci, sekarang kamu punya dua anak. Kalau kamu ingin mendirikan perusahaan juga, kamu akan kecapekan.""Aku tahu aku akan capek, tapi di saat yang sama juga akan ada rasa sukses. Ayah, aku hanya ingin mendirikan perusahaan."Dia ingin mengandalkan dirinya sendiri untuk memberikan hidup yang lebih baik untuk kedua anaknya.Alya tidak tahu cara berpikir orang tua lainnya. Akan tetapi menurutnya, karena dia sendiri sudah menjadi orang tua dan memiliki kemampuan un
Citra tidak menggodanya lagi dan hanya berpelukan dengan sahabatnya. "Kalau kamu sudah sampai, telepon aku. Tunggu aku di sana.""Oke, kamu sudah mengatakannya puluhan ribu kali. Aku mengingatnya."Maya yang sedang digendong oleh Yuni tiba-tiba berkata, "Mama, Maya mau ke toilet.""Nenek akan membawamu ke sana.""Bibi, biar aku saja."Alya menitipkan kopernya pada Hasan, lalu mengambil putrinya dari gendongan Yuni.Kemudian dia melihat ke arah Satya. "Satya, apa kamu mau ke toilet juga?"Setelah berpikir sejenak, Satya mengangguk."Ayo, Mama akan membawa kalian ke toilet dulu."Citra segera berkata, "Oke, kalau begitu kami akan menjaga tempat kalian di antrean pemeriksaan keamanan di depan sana.""Oke."Bayu, bersama dengan Yuni dan Citra, kebetulan berjumlah tiga orang. Mereka pun langsung mengantre dan menjaga tempat tersebut untuk Alya dan anak-anaknya....Alya membawa kedua anaknya untuk mencari toilet bandara.Namun, karena jenis kelamin Satya berbeda, Alya tidak ikut masuk ke to
Setelah beberapa detik, Rizki pun menundukkan kepalanya.Akan tetapi, di mana anak kecil tadi? Setelah berterima kasih pada Rizki, anak itu sudah masuk ke toilet. Saat ini Rizki pun tidak tahu bilik mana yang dimasuki anak itu.Rizki mengatupkan bibirnya, berdiam di tempatnya sambil mengerutkan kening.Dia sudah tidak lagi mendengarkan apa yang diucapkan oleh orang di teleponnya.Apa tadi hanya perasaannya saja?Atau mungkin, karena kedua anak itu mengumumkan bahwa mereka tidak akan melakukan siaran langsung untuk sementara waktu, Rizki mulai merindukan mereka. Oleh karena itu, saat ini dia pun malah mendengar suara anak laki-laki bernama Satya dari siaran langsung itu."Pak Rizki, mengenai kerja sama kali ini, sebenarnya aku memiliki beberapa ide. Mungkin kita bisa mengatur waktu untuk ...."Sebelum orang itu dapat selesai berbicara, Rizki tiba-tiba menyelanya dengan suara dingin, "Apa barusan kamu mendengar suara?"Rekan kerja samanya yang tiba-tiba disela itu pun tercengang."Hah?"
Jika dia tidak salah lihat, orang itu baru saja keluar dari toilet, 'kan?Jadi ....Oh tidak!"Alya!"Citra buru-buru berlari ke arah toilet. Ketika dia sedang mengantre tadi, dia baru menyadari satu masalah. Satya adalah anak laki-laki, sehingga Satya tidak bisa dibawa masuk ke toilet wanita. Namun, di saat yang sama, Alya juga tidak bisa mengikuti Satya ke dalam toilet pria. Masalah ini bisa jadi sangat merepotkan.Oleh karena itu, Citra pun buru-buru berlari ke sini. Dia berniat untuk menunggu di luar, melihat apakah ada sesuatu yang bisa dia bantu.Dia tidak menyangka akan bertemu dengan Rizki.Dia sudah sangat lama tidak melihat pria itu.Lima tahun telah berlalu, Rizki yang sekarang memiliki perawakan serta penampilan seorang pria matang. Dia terlihat lebih mapan, tetapi auranya juga lebih dingin dan kuat.Dari jauh saja, Citra dapat merasakan aura dingin yang dipancarkan Rizki.Fitur wajah pria itu juga lebih tajam dan tampan dibandingkan dulu.Karena itulah Citra dapat langsung