"Oke."Setelah itu mereka semua pun duduk. Intan mengambil sendoknya dan menyendok sup tersebut."Apa kamu merasa aneh saat aku bilang ingin menemuimu? Tapi ternyata kamu masih datang juga."Intan diam-diam melirik Alya, lalu meletakkan sendoknya kembali."Memang sedikit aneh, tapi ... aku tahu Kak Alya nggak akan menyakitiku."Alya tersenyum padanya. "Karena kamu berkata begitu, bagaimana kalau langsung aku katakan saja? Kalau kamu terlalu lama di sini, ibumu nggak akan senang, 'kan?"Saat ibunya dibicarakan, Intan hanya bisa tersenyum getir."Ya, dia masih menungguku di rumah sakit. Aku bilang aku nggak akan lebih dari setengah jam."Hasil semacam ini sama sekali tidak mengejutkan Alya."Kalau begitu aku langsung ke intinya saja.""Oke.""Mungkin kamu akan merasa ini terlalu tiba-tiba, tapi tolong percayalah padaku, aku sama sekali nggak bermaksud untuk menyinggungmu. Hari itu, aku melihatmu dan pacarmu di toilet restoran."Tadinya, Intan kira Alya ingin menemuinya untuk membicarakan
Untuk sesaat, Alya tercengang oleh pertanyaan balasan Intan. Dia duduk di tempatnya dengan linglung.Intan terisak dengan lembut. Sepertinya karena ada seseorang yang mengetahui masalah pacarnya, dia jadi merasa malu. Saat ini matanya agak memerah."Kak Intan, sebelumnya aku nggak mengenalmu, aku juga bukan seseorang yang suka bergosip. Tapi belakangan ini aku mendengar rumor, bahwa suamimu memiliki wanita lain di sisinya. Apa kamu bisa menangani masalahmu sendiri?"Mendengar ini, Alya akhirnya paham apa maksud dari perkataan Intan."Jadi kamu merasa, karena masalahku sendiri seperti itu, aku nggak berhak untuk memberitahumu masalah ini. Begitu, 'kan?"Itulah yang kurang lebih dimaksud Intan.Dia merasa Alya sendiri tidak bisa menangani perasaannya dengan baik, Rizki juga memiliki wanita lain di sisinya. Karena dia belum membuat pilihan apa pun, tentu saja dia tahu bahwa pernikahan dalam keluarga kaya tidak selalu ditentukan oleh keinginan sendiri.Jadi karena Alya sendiri tidak bisa m
"Nggak apa-apa, kamu saja yang tentukan waktunya. Besok atau lusa aku juga bisa."Alya berpikir sebentar dan berkata, "Kalau begitu lusa."Sekarang dia memang sedang dilema."Oke," jawab Irfan dengan cepat.Setelah menutup telepon, Alya pun kembali ke dalam restoran.Gadis itu tampak sudah menetapkan pikirannya. Ketika melihat Alya masuk, dia tidak lagi menghindari tatapannya. Sekarang dia langsung melihat mata Alya dan berkata, "Kak Alya, mengenai apa yang kamu bicarakan, aku ingin memikirkannya lagi sendiri."Mendengar ini, langkah Alya pun agak melambat. Tak lama kemudian dia bertanya, "Kamu enggan untuk melepaskannya?"Intan tersenyum getir."Apa Kak Alya enggan untuk melepaskan Pak Rizki? Aku pikir, orang yang paling bisa mengerti perasaanku sekarang adalah Kak Alya. Kita menghadapi situasi yang mirip."Yang Intan maksud adalah situasi mereka yang sama-sama hamil, sementara ada wanita lain di sisi pria mereka.Mendengar ini, Alya pun tersenyum dan berkata dengan lembut, "Kamu mera
Setelah berpisah dengan Intan, Alya pergi ke rumah sakit untuk menemani sang nenek.Saat itu, Sinta bertanya apakah dia sudah menangani semua urusannya. Alya tadinya ingin bilang sudah, tetapi begitu teringat dengan pemeriksaan, dia pun mengganti jawabannya. Dia bilang dirinya masih harus membereskan beberapa hal.Mendengar perkataannya, Sinta yang pengertian pun tidak menekannya dengan masalah pemeriksaan lagi.Hari itu, Alya menghabiskan banyak waktu di rumah sakit untuk menemani sang nenek. Melihat bagaimana Wulan pulih dengan baik dan tampak lebih hidup, Alya pun merasa senang.Namun, saat Alya kembali ke rumah pada malam itu, dia mendengar kabar bahwa Rizki tidak akan pulang dan akan tinggal di perusahaan untuk lembur.Saat sang kepala pelayan menyampaikan pesan ini pada Alya dan Sinta, Sinta segera mengerutkan keningnya."Memangnya urusan kantor sesibuk itu? Dia seharian sudah tinggal di perusahaan, lalu malam ini dia masih mau lembur?"Sang kepala pelayan terlihat sangat canggun
"Belum." Hana sudah merasa sangat frustasi, mana sempat dia pergi ke perusahaan?""Kamu bahkan belum memastikannya, tapi kamu sudah berpikir yang nggak-nggak? Akhir-akhir ini Nenek Wulan baru saja dioperasi, seteah dioperasi dia pasti butuh waktu untuk istirahat dan pulih. Selama itu Rizki pasti sibuk mengurus neneknya, sehingga dia nggak punya waktu untuk menangani urusan perusahaan. Sekarang begitu dia punya waktu luang, dia pun pergi menangani urusan perusahaannya. Bukankah hal ini sangat wajar?""Tapi dulu ... saat dia menangani pekerjaannya, dia sama sekali nggak seperti sekarang.""Itu dulu, lagi pula dia ... sudah bersama dengan Alya selama bertahun-tahun." Ketika mengatakan ini, Tesa pun menyadari suatu krisis. "Waktu dulu kamu ingin ke luar negeri, Ibu nggak menyetujuinya. Seharusnya kamu jangan melepaskan pria sesempurna ini. Bagaimana kalau seseorang mengganggu kalian di tengah jalan?""Itu nggak mungkin." Hana berkata dengan frustasi, "Aku sudah menyelamatkan nyawanya.""An
"Hana, kamu nggak bisa seperti ini."Tesa kira, hubungan putrinya dan Rizki cukup stabil. Selama Rizki bercerai dengan Alya, dia hanya tinggal menunggu putrinya menjadi istri Rizki secara resmi.Siapa sangka, kedua anak muda ini ternyata belum melakukan apa-apa.Jika Rizki benar-benar menyukai putrinya, setelah sekian tahun berinteraksi, bagaimana mungkin pria itu tidak pernah menyentuh Hana?"Ibu, aku juga tahu kalau aku nggak bisa begini. Tapi aku nggak mungkin bergerak lebih dulu, kalau nggak, bagaimana Rizki akan memandangku nantinya?"Tesa pun segera menasihati putrinya, "Siapa yang menyuruhmu untuk bergerak lebih dulu? Kamu bisa menggoda Rizki dan membuatnya bergerak lebih dulu. Kenapa kamu nggak mengatakan hal ini lebih cepat? Apakah dia nggak memiliki nafsu padamu?"Nafsu?Hana mengingat-ingat detail interaksi mereka berdua.Sedikit pun dia tidak merasakannya.Yang dapat dia rasakan hanyalah rasa hormat dan terima kasih Rizki terhadapnya.Makin dipikirkan, Hana pun merasa dirin
Ponsel di sakunya bergetar. Rizki tiba-tiba tersadar, lalu dia pun bangun dan melangkah mundur.Kening Alya yang sedang tertidur tampak sedikit berkerut, seperti akan terbangun dari tidurnya.Sebelum Alya terbangun, Rizki cepat-cepat keluar dari kamar.Dia melirik ponselnya, menemukan bahwa tadi hanyalah pesan spam. Seketika dia pun merasa kesal, lalu mengunci ponselnya dan melemparnya ke meja terdekat.Rasa bibir Alya masih terasa di bibirnya. Rizki bersandar di sofa dan memejamkan matanya. Tak lama kemudian, dia menyentuh bibirnya sendiri.Sepertinya dia sedang kerasukan.Apa yang dia inginkan ....Mungkin apa yang dikatakan Andi benar.Memikirkan hal ini, mata Rizki pun menggelap....Keesokan harinya.Setelah bangun tidur, Alya mendengar bahwa Rizki pulang pada tengah malam. Akan tetapi, saat dia bertanya, ternyata pagi-pagi sekali pria itu sudah pergi lagi ke perusahaan. Alya hanya bisa tertawa di dalam hati.Pria itu menghindarinya?Sampai seperti ini?Ya sudahlah kalau Rizki pul
Rizki mengatupkan bibirnya dan tidak berbicara lagi.Meskipun dia memang menghindarinya, Alya bisa apa?"Sebenarnya apa yang kamu inginkan? Bukankah sebelumnya kita sudah setuju? Begitu Nenek selesai dioperasi, kita akan bercerai. Setelah Nenek dioperasi, kamu bilang tunggu sampai Nenek pulih. Sekarang Nenek sudah pulih, tapi kamu masih nggak mau bercerai denganku."Alya tidak dapat memahami apa yang sebenarnya dipikirkan Rizki.Ketika dulu harga diri Rizki terluka dan marah karena mengira dirinya memiliki suatu hubungan dengan Wisnu dan Irfan, itu adalah satu hal.Namun, bagaimana dengan sekarang?Pertanyaan Alya mendarat di telinga Rizki bagaikan pisau. Satu per satu menusuknya dan membuatnya berdarah.Kekesalan melintas di matanya. Suaranya menjadi sangat dingin, dia berkata dengan agak kasar, "Memangnya sudah berapa lama sejak Nenek selesai dioperasi? Kamu nggak sabar sekali. Bukankah dulu kamu bilang kamu menganggapnya sebagai nenekmu sendiri? Beginikah kamu memperlakukannya? Kamu