"Belum." Hana sudah merasa sangat frustasi, mana sempat dia pergi ke perusahaan?""Kamu bahkan belum memastikannya, tapi kamu sudah berpikir yang nggak-nggak? Akhir-akhir ini Nenek Wulan baru saja dioperasi, seteah dioperasi dia pasti butuh waktu untuk istirahat dan pulih. Selama itu Rizki pasti sibuk mengurus neneknya, sehingga dia nggak punya waktu untuk menangani urusan perusahaan. Sekarang begitu dia punya waktu luang, dia pun pergi menangani urusan perusahaannya. Bukankah hal ini sangat wajar?""Tapi dulu ... saat dia menangani pekerjaannya, dia sama sekali nggak seperti sekarang.""Itu dulu, lagi pula dia ... sudah bersama dengan Alya selama bertahun-tahun." Ketika mengatakan ini, Tesa pun menyadari suatu krisis. "Waktu dulu kamu ingin ke luar negeri, Ibu nggak menyetujuinya. Seharusnya kamu jangan melepaskan pria sesempurna ini. Bagaimana kalau seseorang mengganggu kalian di tengah jalan?""Itu nggak mungkin." Hana berkata dengan frustasi, "Aku sudah menyelamatkan nyawanya.""An
"Hana, kamu nggak bisa seperti ini."Tesa kira, hubungan putrinya dan Rizki cukup stabil. Selama Rizki bercerai dengan Alya, dia hanya tinggal menunggu putrinya menjadi istri Rizki secara resmi.Siapa sangka, kedua anak muda ini ternyata belum melakukan apa-apa.Jika Rizki benar-benar menyukai putrinya, setelah sekian tahun berinteraksi, bagaimana mungkin pria itu tidak pernah menyentuh Hana?"Ibu, aku juga tahu kalau aku nggak bisa begini. Tapi aku nggak mungkin bergerak lebih dulu, kalau nggak, bagaimana Rizki akan memandangku nantinya?"Tesa pun segera menasihati putrinya, "Siapa yang menyuruhmu untuk bergerak lebih dulu? Kamu bisa menggoda Rizki dan membuatnya bergerak lebih dulu. Kenapa kamu nggak mengatakan hal ini lebih cepat? Apakah dia nggak memiliki nafsu padamu?"Nafsu?Hana mengingat-ingat detail interaksi mereka berdua.Sedikit pun dia tidak merasakannya.Yang dapat dia rasakan hanyalah rasa hormat dan terima kasih Rizki terhadapnya.Makin dipikirkan, Hana pun merasa dirin
Ponsel di sakunya bergetar. Rizki tiba-tiba tersadar, lalu dia pun bangun dan melangkah mundur.Kening Alya yang sedang tertidur tampak sedikit berkerut, seperti akan terbangun dari tidurnya.Sebelum Alya terbangun, Rizki cepat-cepat keluar dari kamar.Dia melirik ponselnya, menemukan bahwa tadi hanyalah pesan spam. Seketika dia pun merasa kesal, lalu mengunci ponselnya dan melemparnya ke meja terdekat.Rasa bibir Alya masih terasa di bibirnya. Rizki bersandar di sofa dan memejamkan matanya. Tak lama kemudian, dia menyentuh bibirnya sendiri.Sepertinya dia sedang kerasukan.Apa yang dia inginkan ....Mungkin apa yang dikatakan Andi benar.Memikirkan hal ini, mata Rizki pun menggelap....Keesokan harinya.Setelah bangun tidur, Alya mendengar bahwa Rizki pulang pada tengah malam. Akan tetapi, saat dia bertanya, ternyata pagi-pagi sekali pria itu sudah pergi lagi ke perusahaan. Alya hanya bisa tertawa di dalam hati.Pria itu menghindarinya?Sampai seperti ini?Ya sudahlah kalau Rizki pul
Rizki mengatupkan bibirnya dan tidak berbicara lagi.Meskipun dia memang menghindarinya, Alya bisa apa?"Sebenarnya apa yang kamu inginkan? Bukankah sebelumnya kita sudah setuju? Begitu Nenek selesai dioperasi, kita akan bercerai. Setelah Nenek dioperasi, kamu bilang tunggu sampai Nenek pulih. Sekarang Nenek sudah pulih, tapi kamu masih nggak mau bercerai denganku."Alya tidak dapat memahami apa yang sebenarnya dipikirkan Rizki.Ketika dulu harga diri Rizki terluka dan marah karena mengira dirinya memiliki suatu hubungan dengan Wisnu dan Irfan, itu adalah satu hal.Namun, bagaimana dengan sekarang?Pertanyaan Alya mendarat di telinga Rizki bagaikan pisau. Satu per satu menusuknya dan membuatnya berdarah.Kekesalan melintas di matanya. Suaranya menjadi sangat dingin, dia berkata dengan agak kasar, "Memangnya sudah berapa lama sejak Nenek selesai dioperasi? Kamu nggak sabar sekali. Bukankah dulu kamu bilang kamu menganggapnya sebagai nenekmu sendiri? Beginikah kamu memperlakukannya? Kamu
Rizki benar-benar berkata bahwa dia tidak mau bercerai.Apakah sebenarnya Rizki tahu apa yang dia bicarakan?Kalau mereka tidak bercerai, bagaimana Rizki bisa menikahi Hana?Jelas-jelas dulu dia selalu berkata, bahwa tempat di sisinya akan selalu disimpan untuk Hana.Alya terus duduk di dalam kantor sambil memegangi ponselnya dengan bingung. Sampai akhirnya, terdengar suara langkah kaki yang berisik dan keributan di luar pintu."Nona Hana, saya bilang Pak Rizki nggak ada di kantor. Sia-sia saja Anda mencarinya ke dalam kantor. Sekarang di dalam kantor sama sekali nggak ada orang.""Pak Lutfi, aku tahu kamu nggak menyukaiku. Tapi bagaimanapun juga, aku adalah temannya Rizki. Bukankah nggak baik kalau kamu membohongiku dan berkata dia nggak ada di sini?""Untuk apa saya berbohong? Nggak ada gunanya berbohong pada Anda. Pak Rizki benar-benar sedang pergi.""Dia pergi atau nggak, nggak bisakah kamu membiarkanku melihatnya sendiri? Kalau dia nggak ada, aku akan segera pergi."Di tengah perd
"Kalau aku nggak salah ingat, kamu bilang setelah Nenek Wulan dioperasi, kalian akan bercerai, 'kan?" Hana memandang Alya dengan penuh kebencian, seolah-olah dia sedang melihat seorang tokoh yang tidak pantas untuk dipandang. Nada bicaranya terdengar mencemooh."Tapi operasi Nenek Wulan sudah lama selesai. Kenapa kalian masih belum juga bercerai? Alya, jangan-jangan kamu mendambakan posisi sebagai istri Rizki? Jadi kamu ingin melanggar perjanjian kita dan nggak mau bercerai?"Hana yang tidak menemukan Rizki pun malah datang untuk menghinanya.Jika Hana tidak pernah menolongnya, mungkin sekarang Alya sudah memaki.Alya mengerlingkan matanya di dalam hati, lalu dengan tak acuh berkata, "Mengenai masalah ini, aku juga ingin bertanya pada Nona Hana. Kapan kamu akan membuat Rizki menceraikanku?"Mendengar ini, raut wajah Hana seketika berubah."Apa katamu? Membuat Rizki menceraikanmu?""Apalagi?" Alya mengangkat alisnya. "Aku datang ke sini untuk membicarakan masalah ini dengannya, tapi dia
Mendengar perkataan Alya, Hana pun tidak bisa menahan amarahnya. Dia menggertakkan giginya dan berkata, "Jangan bicarakan kejadian itu, kamu tahu kalau itu nggak sama.""Keduanya melibatkan nyawa manusia, apanya yang nggak sama?""Nyawa manusia apanya. Sekarang baru berapa lama? Anak itu masih sebuah embrio!""Oh, apa Nona Hana nggak pernah menjadi embrio?"Hana kehabisan kata-kata.Dia merasa pembicaraan ini tidak mengarah ke mana-mana.Dia pun menyadari sesuatu, lalu menyipitkan matanya dan menatap Alya."Kenapa sekarang kamu seperti bermusuhan sekali denganku? Apa yang terjadi? Kita tampaknya bukan musuh, 'kan?""Nona Hana sudah salah paham, aku sama sekali nggak menganggapmu sebagai musuh."Alya terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Tapi kita juga bukan teman, 'kan?"Hana menyetujui bagian ini.Sedetik pun dia tidak pernah menganggap Alya sebagai teman.Meskipun dia tahu bahwa Alya adalah temannya Rizki, dia tidak mungkin menggapnya sebagai teman sungguhan. Keberadaan duri ini di keh
Ketika Alya meninggalkan perusahaan dan baru sampai di lantai bawah, dia menerima telepon dari Irfan."Kenapa hari ini kamu ke perusahaan?"Alya tertegun mendengar pertanyaan ini. "Kenapa kamu bisa ...."Di tengah kalimatnya, Alya tiba-tiba teringat sesuatu. Dia segera melihat ke arah tempat parkir yang waktu itu.Sesuai dugaannya, sebuah mobil yang tidak asing sedang terparkir di sana."Kenapa kamu ke sini?""Kebetulan saja." Tawa ringan Irfan terdengar dari ujung telepon. "Aku datang untuk membereskan pembicaraan kerja sama kita waktu itu."Menyebutkan kejadian waktu itu, Alya pun sama sekali tidak mencurigainya.Meskipun Irfan tidak menyebutkannya, Alya juga tidak akan mencurigainya. Lagi pula, beberapa hari ini dia tidak datang ke perusahaan. Irfan tidak mungkin terus menunggunya di sini.Pria itu tidak mungkin menunggunya setiap hari, 'kan?Mereka sudah bertemu, Alya pun bersiap untuk menghampirinya.Siapa sangka ketika dia baru melangkah, dia mendengar Irfan berkata, "Kamu di san