Saat ini di kantor polisi."Lepaskan aku, aku bukan komplotannya! Semua ini dia rencanakan sendiri. Kalian telah menuduh orang yang nggak bersalah."Astrid terus memberontak sambil berteriak.Beberapa jam telah berlalu sejak dia ditangkap. Dia kira setelah diinterogasi, dia mungkin akan dilepaskan.Namun, dia salah. Sejak dia masuk ke sini sampai sekarang, dia sama sekali tidak melihat tanda-tanda dia akan dilepaskan.Tidak hanya itu, David yang berada di sampingnya juga terlihat pasrah. Pria itu sama sekali tidak melawan.Jika David tidak melawan ya biarkan saja, tetapi David malah mengaku bahwa dia bersekongkol dengan Astrid."Biar kutanya sekali lagi, apa kamu dan nona bernama Astrid di sampingmu bersekongkol dalam kasus penculikan ini?"David mengangguk. "Ya.""Selain dia? Apa masih ada orang lain yang terlibat?"Mendengar pertanyaan ini, pikiran Astrid refleks dipenuhi dengan nama Hana.Namun, sebelum dia dapat bereaksi, David sudah membantah, "Nggak ada, hanya kami berdua."Mende
Perkataannya membuat sang suster merasa sangat iri pada Alya.Ternyata dia sudah bersikap sebaik ini pada seseorang yang masih belum menjadi pacarnya. Selain itu, dia sangat lembut. Ketika menjelaskan, suaranya terdengar sangat halus. Dia bahkan berterima kasih atas ucapan selamatnya.Bagaimana bisa ada orang selembut ini di dunia?Sang suster pun tenggelam dalam lamunannya dan tersadar kembali ketika seseorang membuka pintu kamar.Sosok Rizki yang tinggi dan ramping pun berjalan masuk. Tubuhnya masih membawa udara dingin dari luar. Wajah tampannya menampilkan ekspresi dingin yang hampir membeku.Begitu memasuki kamar, tatapannya segera jatuh pada wanita yang sedang terbaring di tempat tidur.Setelah melihat ke sekelilingnya, pandangannya pun mendarat pada IrfanTak lama kemudian, dia berkata dengan suara dingin, "Aku datang untuk membawanya pulang ke rumah."Rumah?Mendengar kata ini, sang suster diam-diam merasa terkejut.Orang itu sudah menggunakan kata "rumah". Mungkinkah kedua ora
Irfan tersenyum."Rizki, aku nggak bermaksud menyalahkanmu. Aku sangat paham kenapa kamu membela Hana. Lagi pula, perasaanmu kepadanya sama dengan perasaanku pada Alya. Wajar saja kalau kamu ingin membelanya."Rizki mengerutkan kening, bibirnya lurus dirapatkan.Rizki mengerti, hampir semua kalimat yang keluar dari mulut Irfan tidak bisa dipisahkan dari Hana. Irfan selalu mencoba untuk menghubungkan Rizki dengan Hana, sementara dia sendiri menghubungkan dirinya dengan Alya.Dia secara halus meniadakan Rizki dari Alya.Memikirkan hal tersebut, rasa dingin pun muncul di mata Rizki. Terdengar suara gertakan gigi dari mulutnya.Akan tetapi, saat ini, dia sama sekali tidak bisa membantahnya.Beberapa saat kemudian, Irfan seakan-akan teringat sesuatu dan berkata, "Maaf, apa barusan aku terlalu blak-blakan?"Rizki terdiam.Setelah bertahun-tahun berteman, untuk pertama kalinya Rizki merasa Irfan sangat menyebalkan, membuatnya menggertakkan gigi dengan penuh kebencian....Alya sedang bermimpi
Akan tetapi, Rizki pun segera memahami tujuan Irfan.Karena setelah dia membawakan barang-barang tersebut, Alya berterima kasih padanya dengan sangat apresiatif.Irfan tersenyum dengan penuh kasih sayang."Sama-sama. Setelah pulang nanti, istrirahatlah dengan baik.""Ya."Rizki melihat Irfan dengan ekspresi tak bisa berkata-kata. Kenapa sebelumnya dia tidak menyadari bahwa Irfan bisa melakukan hal seperti ini?Namun, Rizki tidak mau lagi berurusan dengannya. Dia pun menghampiri Alya sambil membawa jaket tersebut.Alya hendak mengambilnya untuk memakainya sendiri, tetapi Rizki menghindari tangannya.Alya pun bingung.Tanpa disangka, sesaat kemudian Rizki berkata, "Biar aku pakaikan."Alya terdiam.Dia baik-baik saja, kenapa Rizki mau memakaikannya?Apa dia tidak boleh memakainya sendiri?Namun, sebelum dia dapat bereaksi, Rizki sudah berkata dengan suara dingin, "Rentangkan tanganmu."Alya ingin menolaknya, lagi pula di dalam kamar ini juga ada Irfan. Selain itu, Irfan pun mengetahui ba
Alya kembali tersadar dan segera menggelengkan kepalanya.Lengannya masih melingkari leher Rizki. Ketika teringat, Alya pun hendak menarik tangannya kembali.Namun, begitu tangannya bergerak, Rizki berkata, "Jangan lepas."Alya terdiam.Sejujurnya, Alya tidak ingin menurut.Sepertinya Rizki menyadari niatnya. Jadi ketika Alya hendak melepaskannya, Rizki pun sengaja mengendurkan pegangannya pada tubuh Alya.Hampir secara refleks, Alya cepat-cepat melingkarkan lengannya kembali di leher Rizki.Pergelangan tangannya yang lembut dan kulitnya yang putih menciptakan kontras yang jelas di leher Rizki.Menyadari apa yang baru saja dirinya lakukan, raut wajah Alya pun berubah.Rizki tersenyum kecil ketika merasakan kelembutan kulit Alya."Pegang yang erat, jangan sampai jatuh."Kali ini Alya tidak melepaskan tangannya. Dia tenggelam dalam pikirannya sendiri dan sesekali melirik Rizki.Walaupun sambil menggendong Alya, Rizki dapat berjalan tanpa kesulitan. Napas dan langkahnya sangat stabil.Dar
Sampai di sini, apa lagi yang tidak Alya mengerti?Pantas saja hari ini Rizki bertingkah dengan aneh di depan Irfan. Ternyata Rizki salah paham dan mengira dirinya menyukai Irfan?Ternyata begitu ....Alya kira Rizki sedang menggodanya, ternyata dia hanya terlalu banyak berkhayal.Memikirkan hal ini, Alya memejamkan matanya dan membalas dengan blak-blakan, "Dia memang sudah menyelamatkanku, tapi aku nggak memiliki perasaan lain terhadapnya selain rasa terima kasih. Kamu nggak usah mengkhawatirkan hal ini. Lagi pula, nggak banyak orang yang sepertimu."Setelah dia mengatakan itu, suasana di dalam mobil pun seketika menjadi sunyi.Alya seketika berpikir, apakah kata-katanya sudah kelewatan?Namun, setelah dipikir-pikir lagi, Rizki sudah seenaknya berspekulasi mengenai hubungannya dan Irfan. Jadi sepertinya tidak masalah bila dia mengatakan beberapa kata itu pada RIzki.Jika Rizki marah, ya biarkan saja.Lagi pula, sekarang operasi Wulan sudah selesai. Dia tidak perlu menahan dirinya lagi
Area di sekitar jantung hingga ujung jarinya pun menjadi mati rasa.Rizki tidak bisa menahannya, dia mengerang kesakitan dan meletakkan telapak tangannya di atas dada.Mendengar erangannya, Alya pun menoleh dan menemukan Rizki yang bersandar pada setir dengan ekspresi buruk.Mereka berdua sudah saling mengenal selama bertahun-tahun, Rizki selalu sangat sehat dan hampir tidak pernah sakit.Ini adalah pertama kalinya Alya melihat Rizki seburuk ini. Dia pun kaget dan segera mengulurkan tangannya untuk membantu Rizki."Kamu kenapa? Apa kamu sakit?"Rasa sakitnya tidak berkurang. Sebaliknya, rasa sakit tersebut makin parah ketika Alya menghampirinya. Kekosongan di dalam hatinya juga menjadi makin besar.Namun, begitu melihat kekhawatiran yang tulus di wajah Alya, kekosongan itu perlahan terisi dengan perasaan lain.Rizki tidak merespons dan terus berkeringat dingin di keningnya, pria ini terlihat sangat tidak nyaman. Alya pun panik dan refleks mencari ponselnya. "Aku akan memanggilkan ambul
Rizki hanya terdiam dan menurunkan matanya sambil bersandar di sana. Setelah melewati rasa sakit barusan, dengan kepala terkulai di bawah cahaya yang redup ini, Rizki terlihat cukup menyedihkan.Alya tidak tahu kenapa dirinya bisa memiliki pikiran semacam ini.Namun, sejujurnya, penampilan Rizki barusan benar-benar membuatnya takut. Meskipun mereka sudah bertahun-tahun saling mengenal, ini adalah pertama kalinya Alya melihat Rizki kesakitan seperti ini.Memikirkan hal tersebut, Alya tiba-tiba menyipitkan matanya dan menatap Rizki."Sebenarnya kamu kenapa? Ini bukan semacam penyakit yang nggak bisa disembuhkan, 'kan?"Rizki yang tadinya menunduk pun segera mengangkat kepalanya dan terdiam menatap Alya."Penyakit yang nggak bisa disembuhkan?" Dia mendengus. "Apa? Kamu mau aku cepat mati?""Kalau begitu kenapa kamu nggak mau ke rumah sakit?"Jelas-jelas tadi dia terlihat sangat kesakitan, tetapi dia tidak mau ke rumah sakit. Tidakkah perilaku ini aneh baginya?Tanpa menunggu jawaban Rizki