Setelah menyelesaikan urusan sang nenek, barulah Rizki mengirim pesan kepada Hana. Dia memberitahunya mengenai persiapan operasi Wulan dan karena itulah dia tidak bisa mengangkat teleponnya.Hana tadinya mengira bahwa Rizki sedang menghindarinya. Jadi meskipun David akan membalaskan dendamnya, tanpa Rizki di sisinya, dia masih merasa muram.Oleh karena itu saat menerima pesan Rizki, seketika Hana menjadi senang.Jika Rizki tidak mengangkat teleponnya karena Wulan, maka Hana tidak bisa menyalahkannya.Dengan hati-hati, dia pun menekan nomor telepon Rizki lagi.Kali ini Rizki mengangkat teleponnya dengan cepat."Rizki."Suara Rizki terdengar agak lelah. "Hm, beberapa hari ini tinggallah di rumah sakit dengan baik. Aku akan mencari waktu untuk menjengukmu.""Aku tahu kamu sibuk, nggak apa-apa kalau kamu nggak sempat untuk datang ke sini." Suara dan nada bicara Hana sangat lembut bagaikan air. "Dibandingkan kondisi Nenek, luka di keningku bukan apa-apa. Kamu fokus mengurus nenekmu dulu saj
"Waktu itu perceraiannya diundur karena operasinya ditunda, berapa lama lagi aku harus menunggu? Kalau operasinya nggak ditunda, seharusnya Rizki dan Alya sudah bercerai dan begitu banyak kejadian yang nggak akan terjadi nantinya."Sampai di sini, Hana menggenggam pergelangan tangan Astrid. "Astrid, aku tahu kamu selalu memikirkanku. Tapi sekarang, hal yang paling penting adalah untuk Nenek Wulan bisa menjalankan operasinya dengan lancar. Setelah itu, barulah aku dan Rizki memiliki kesempatan. Kalau nggak ... akan sangat berbahaya kalau perceraian mereka terus ditunda. Aku nggak tahu apakah aku bisa membujuk David. Astrid, kamu selalu pandai berbicara. Maukah kamu membujuk David untukku? Minta dia untuk jangan impulsif dan jangan melakukan hal bodoh. Setelah aku menjadi istrinya RIzki, aku pasti nggak akan melupakan kebaikanmu."Mendengar kalimat terakhir, Astrid seakan-akan telah dijanjikan sesuatu."Hana, tenang saja, aku pasti akan membantumu."Hana menatapnya dengan penuh terima ka
Saat mereka masih sekolah, David memiliki kesan bahwa Alya adalah gadis yang cantik dan lemah lembut. Siapa sangka gadis itu dapat melukai orang seperti ini.Tentu saja, satu-satunya orang yang baik hati adalah Hana yang dicintainya. Wanita lainnya adalah serigala berbulu domba."Oke, kita bicara sampai di sini saja. Hari itu aku akan mengabarimu. Kalau kamu mau lakukan ya lakukanlah, kalau nggak ya sudah."Setelah selesai berbicara Astrid pun langsung pergi. Setelah dia pergi, David meludah ke aspal. Kelicikan berkilat di matanya."Wanita bodoh. Begitu Hana berada di tanganku, aku nggak akan membiarkan kalian."...Sepertinya karena percakapannya dengan Rizki di sanatorium tadi, setelah kembali ke rumah, Alya dan Rizki pun memiliki saat-saat damai yang langka.Ini adalah pertama kalinya semenjak Hana kembali dari luar negeri.Karena Wulan akan dioperasi, Rizki tidak keluyuran ke mana-mana kecuali ke perusahaan dan ke rumah. Hidupnya hanya berputar di dua tempat itu saja. Alya pun juga
Bruk!Tubuh lemah Alya pun bertabrakan dengan pintu kaca tersebut dan mengeluarkan suara yang cukup keras.Melihat pemandangan ini, sang penjaga toko terkejut dan melebarkan matanya. Kemudian dia buru-buru menghampiri Alya."Nona nggak apa-apa?"Citra yang berada di ujung telepon juga mendengarnya dan dengan kaget bertanya, "Ada apa ada apa? Alya, apa yang terjadi? Kamu nggak apa-apa?"Pundak Alya yang ditabrak tadi pun terasa sakit hingga membuatnya mengerutkan kening.Penjaga toko itu datang membantunya. Reaksi pertama Alya adalah mengecek perutnya, dia refleks mengulurkan tangannya untuk menyentuh perut kecilnya.Setelah menemukan bahwa hanya pundaknya yang sakit, barulah Alya menghela napas lega.Dia pun mengangkat kepalanya untuk melihat orang yang menabraknya tadi.Entah siapa orang itu, tetapi tak bisakah dia lebih berhati-hati saat masuk?Selain itu setelah sekian lama waktu berlalu, orang yang menabraknya itu masih juga tidak meminta maaf padanya.Ketika Alya mendongak, tanpa
Memikirkan hal tersebut, David jadi merasa sangat tidak nyaman dan penasaran."Bagaimana bisa kamu mengenaliku?" Ketika berbicara, rasa mencemooh muncul di sudut bibirnya. "Bukankah nona-nona kaya seperti kalian seharusnya membenci pembuat masalah sepertiku? Saat di sekolah, aku adalah murid bermasalah. Setelah keluar dari sekolah pun, aku juga nggak berkontribusi pada masyarakat."Mendengar ini, Alya pun tercengang. Akan tetapi, dia tidak menjawab."Bukankah perkataanku benar? Apakah kamu akan merendahkanku seperti orang-orang itu?"Alya tersadar kembali, lalu mengangkat kepalanya untuk menatap David."Kamu pikir, bagaimana seseorang bisa berkontribusi pada masyarakat?"Pertanyaan ini membuat David tertegun."Tiap orang memiliki pekerjaan dan kesempatannya sendiri. Kita semua manusia, jadi aku nggak memiliki alasan untuk merendahkanmu."Dulu, Alya mungkin tidak akan menjelaskan sebanyak ini padanya.Namun sejak keluarganya bangkrut, Alya pun dapat memahami begitu banyak hal.Kemudian
Setelah kembali ke kantor, Alya meletakkan kue yang dibelinya di atas meja.Sebelum turun ke bawah tadi, suasana hati dan nafsu makannya sedang bagus.Namun sekarang, dia sama sekali tidak memiliki nafsu makan.Saat ini, yang dapat Alya pikirkan adalah kejadian David yang menabraknya di bawah tadi.Perkataan Citra pun mengingatkannya.Dia tidak ingin berprasangka buruk pada orang lain, karena mungkin saja pertemuannya dengan David hari ini hanyalah kebetulan. Lagi pula, toko kue di bawah itu selalu ramai. Wajar saja jika ada orang datang dari tempat lain untuk membeli kuenya.Akan tetapi ...Ada berapa banyak kebetulan di dunia ini?Terutama bertemu dengan teman sekolah yang sudah tidak dia temui selama bertahun-tahun, tepat setelah Hana terluka. Orang ini pun kebetulan adalah pengagum Hana.Memikirkan hal tersebut, Alya membuka bungkus kuenya. Seketika bau manis pun tercium di udara.Alya mengambil alat makan yang sudah disiapkan oleh sang penjaga toko. Dia mengambil sepotong kecil ku
Rizki tidak menduga Alya akan datang untuk menemuinya. Sedikit ekspresi pun muncul di wajahnya yang dingin."Kamu mencariku?"Mendengar ini, Alya menarik kembali tangannya yang tergantung di udara.Dia mengangguk. "Aku sedikit nggak enak badan, jadi aku nggak mau menyetir sendiri. Malam ini aku ...."Tiba-tiba Alya teringat sesuatu dan mengganti kata-katanya, dia melanjutkan, "Beberapa hari ini bolehkah aku menumpang mobilmu?""Kamu nggak enak badan di mananya?"Siapa sangka, Rizki malah segera menanyakan kesehatannya. Tatapan tajam pria itu mengamati Alya dari ujung kepala hingga ujung kaki.Alya membeku. "Um, bukan ini intinya."Sesaat kemudian, Rizki membungkuk dan memegang pundaknya. "Kalau ini bukan intinya, lalu apa? Sebenarnya kamu sakit apa?"Dia selalu merasa bahwa ada yang tidak beres dengan Alya, seolah-olah wanita ini sedang menyembunyikan sesuatu darinya.Laporan medis itu ... juga membuatnya merasa curiga.Waktu itu, dia kira Alya sakit parah, sehingga Alya pun merobek la
Begitu Rizki mengangkat telepon itu, suara lembut Hana terdengar dari ujung telepon."Rizki, apa kamu sudah selesai kerja? Aku pikir, saat ini seharusnya kamu nggak sibuk. Jadi aku meneleponmu.""Hm." Rizki melirik Alya yang berdiri tidak jauh dari sana. "Aku baru selesai kerja.""Baguslah, aku takut akan mengganggu pekerjaanmu. Bagaimana dengan Nenek? Sebenarnya selama 2 hari ini aku sangat khawatir. Aku nggak bisa beristirahat dengan baik di rumah sakit. Kalau Nenek menyukaiku, aku bisa pergi ke sanatorium untuk menjaganya."Setiap kalimat yang diucapkan Hana selalu berhubungan dengan Wulan, hal ini membuat RIzki merasa bersalah. Dia pun sedikit melembutkan suaranya."Dengan luka seperti itu, kamu masih harus beristirahat di rumah sakit. Jangan pikirkan hal lain dulu.""Aku tahu, Rizki. Aku hanya mengkhawatirkan Nenek .... Bagaimana kalau kamu menjemputku setelah Nenek masuk ke ruang operasi? Dengan begitu Nenek nggak akan melihatku dan Nenek nggak akan marah."Pada hari operasi?Riz