Share

Bab 213

Faisal pun pergi sambil marah-marah.

Akhirnya, di meja tersebut hanya tersisa dua orang.

Andi melirik Rizki yang tampak sedang tenggelam dalam pikirannya. Melihat temannya seperti ini, dia memutuskan untuk tidak buru-buru bicara.

Beberapa saat kemudian, dengan suara berat, Rizki berkata padanya, "Perkataanmu barusan itu, apa maksudnya?"

Andi tersenyum. "Bukankah jawabannya ada di hatimu?"

Rizki mengangkat kepalanya dan menatap temannya dengan suram.

"Jawaban apa?"

"Rizki, apa kamu masih ingat pertanyaanku waktu itu? Sudah bertahun-tahun berlalu, tapi kamu masih nggak tahu apa yang sebenarnya kamu inginkan?"

Rizki tertegun, ternyata Andi juga pernah menanyakannya hal ini.

Pantas saja ketika sang nenek menanyakannya tadi, dia merasa pertanyaan tersebut terdengar familier. Hanya saja waktu Andi yang mengatakannya, dia hampir sama sekali tidak memerhatikan dan tidak memasukkannya ke hati.

Melihat Rizki terdiam, Andi sekali lagi menghela napasnya. "Sejak kecil. kamu sudah tumbuh bersamanya.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status