Apa dia mimpi buruk?Rizki membungkuk di samping tempat tidur, tangannya refleks mendarat di atas alis wanita itu, dia ingin meluruskan alis yang berkerut itu untuk Alya. Namun, dia lupa bahwa dia telah menghabiskan terlalu banyak waktu di bar. Sebelum kemari, dia juga minum beberapa gelas, sehingga sekarang tangannya sedingin es.Jadi ketika tangannya menyentuh alis Alya, Alya pun menggigil dan langsung terbangun.Tatapan mereka berdua pun tiba-tiba bertemu seperti ini.Alya yang baru saja terbangun dari mimpinya masih tampak linglung. Di bawah cahaya lampu kamar, tatapannya yang dingin terlihat lebih hangat dan mengaduk perasaan Rizki.Jarinya yang dingin masih berada di alis Alya.Setelah beberapa saat, Alya pun tersadar. Menyadari apa yang terjadi, dia segera menghindari sentuhan Rizki. Kemudian, dia duduk dan menatap Rizki dengan waspada."Kamu mau apa?"Penampilannya yang waspada mengakibatkan Rizki mengerutkan keningnya dengan tidak senang. "Memangnya apa yang bisa kulakukan? Se
Memikirkan hal ini, Alya mendengus. Dia pun mendongak dan menatap Rizki dengan dingin."Kalau kamu ingin melakukan itu, pergi dan temui Hana."Mendengar ini, bayangan menyelimuti mata Rizki. Dia pun menggertakkan giginya dan berkata, "Aku ingin kamu, bukan orang lain."Setelah mengatakan itu, dia mendekat untuk mencari bibir Alya. Akan tetapi, dia malah disambut oleh tamparan Alya."Pergi!""Pergi dan temui saja Hana, jangan sentuh aku!""Pergi!"Alya gemetar saking marahnya. Menampar Rizki satu kali saja tidak cukup, dia masih ingin melanjutkannya.Akan tetapi, pergelangan tangannya ditangkap oleh Rizki. Pria itu meninggikan suaranya dan berkata, "Kamu marah? Selama ini, bukankah kamu sudah memainkan peran istri ideal dengan cukup baik? Kenapa nggak dilanjutkan saja?"Ketika Alya memikirkan Rizki yang ingin melakukan hal itu dengannya, dia benar-benar kehilangan akalnya. Dia sama sekali tidak berniat untuk membalas perkataan Rizki dan hanya sekuat tenaga memberontak.Melihat Alya yang
"Kemarin juga, kamu pergi bersamanya."Mendengar hal ini, akhirnya Alya merasa bahwa ada sesuatu yang tak beres."Rizki, kamu membuntutiku?"Di saat yang sama, hatinya menjadi panik.Akhir-akhir ini dia juga pergi ke rumah sakit. Walaupun dia pergi dengan Citra, bila Rizki benar-benar ingin memeriksanya, pria itu tidak akan menemukan apa pun."Apa aku perlu?" tanya Rizki.Tidak perlu? Apa itu artinya Rizki tidak menyuruh seseorang untuk mengikutinya?"Lalu, bagaimana kamu tahu?"Pada hari di saat Hana terluka, Rizki mungkin tahu karena melihat Irfan mengantarnya sampai ke pintu.Namun, saat dia pergi makan siang kemarin, dia sendiri tidak menyangka dirinya akan bertemu Irfan di sana. Jadi kenapa Rizki bisa tahu?Saat kembali ke perusahaan, dia bahkan memilih untuk naik taksi."Sepertinya kamu sangat gugup?" RIzki mendengus. "Aci, apa kamu pernah dengar perkataan ini? Kalau nggak mau orang lain tahu, maka jangan lakukan hal yang nggak pantas."Alya terdiam.Memikirkan sesuatu, Rizki pun
Setelah tertidur, napas Alya perlahan menjadi stabil dan panjang.Rizki berpindah ke sisi lain Alya yang tidak memunggunginya, menemukan bahwa Alya memang benar-benar tidur.Tidak hanya tidur, tetapi tidur dengan sangat nyenyak.Rizki menyentuh wajahnya yang telah ditampar, dia tampak linglung. Jika bukan karena rasa sakit yang masih terasa di wajahnya, dia mungkin akan meragukan keributan tadi dan mengira dirinya telah berhalusinasi.Lagi pula, bagaimana bisa seseorang yang tadinya marah sedetik kemudian langsung tidur dengan begitu pulasnya.Akhir-akhir ini Alya sangat berubah, sampai-sampai Rizki hampir tidak mengenalinya lagi.Perasaannya masih tidak tenang, beberapa emosinya sama sekali tidak bisa dilampiaskan. Namun, begitu dia melihat sosok Alya yang tertidur dengan tenang, dia tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun.Bahkan saat dia pergi meninggalkan tempat tidur tersebut, dia melangkah dengan perlahan dan ringan.Akhirnya, Rizki pun duduk di atas sofa di luar.Meskipun sudah
Setelah itu dia berjalan melewati Alya dan masuk ke kamar mandi.Alya terdiam.Sudahlah, lagi pula hanya tersisa beberapa hari lagi. Sebaiknya terus bertahan saja.Karena dia tidur dengan nyenyak dan tidak memiliki lingkaran hitam di bawah matanya, hari ini Alya tidak menggunakan riasan wajah. Dia pun mengganti bajunya, lalu turun ke lantai bawah.Saat dia turun, dia menemukan bahwa ayah dan ibunya Rizki telah datang. Saat ini mereka berdua berada di ruang tengah dan mengobrol dengan sang nenek yang duduk di kursi roda.Alya tidak terkejut melihat mereka berdua.Karena kemarin malam, mereka sudah memberitahunya bahwa mereka akan datang hari ini.Ketika Wulan hendak dioperasi waktu itu, pasangan suami istri ini terlambat datang karena keberangkatan pesawat mereka telah ditunda. Meskipun hari itu Wulan tidak jadi memasuki ruang operasi, mereka berdua masih merasa bersalah. Jadi kali ini, Reza dan Sinta kembali dari luar negeri lebih awal.Hari ini mereka sudah datang sejak pagi-pagi seka
Samar-samar tercium aroma lemon dari tubuh Sinta, rasanya sangat menyegarkan.Ketika memeluk ibunya Rizki, tubuh dan pikiran Alya terasa rileks. Dia pun memeluk kembali dengan sangat erat.Wanita tua selalu membuat Alya merasakan kasih sayang.Sinta juga merasakannya dan segera menyentuh hidung Alya. "Apa kamu merindukan Ibu?"Kata "ibu" membuat Alya tertegun untuk beberapa saat. Setelah tersadar kembali, barulah dia mengangguk."Ya, aku sangat merindukan kalian.""Ck, Gadis Kecil, kami juga sangat merindukan kalian." Setelah mengatakan itu, Sinta mencubit pipi Alya dengan lembut. Merasakan betapa bagusnya kulit Alya, dia pun tidak dapat menahan dirinya dan mencubit beberapa kali lagi. Akhirnya dia menoleh pada Reza dan berkata, "Apa hari ini kamu membawa hadiah kita untuk Alya?"Mendengar ini, Reza meraba-raba tasnya dan mengeluarkan dua buah kotak."Bawa."Sinta berbalik untuk mengambilnya, lalu dia memberikannya pada Alya."Nah, ini hadiah yang dibawakan oleh Ayah dan Ibu untukmu ka
"Seperti dulu Ibu mengejar Ayah?"Tadinya Sinta sedang dengan gembira membagi cara berbaikan dengan anaknya, siapa sangka anaknya tiba-tiba malah mengubah topik pembicaraan menjadi dirinya."Apa yang kamu bicarakan? Jelas-jelas ayahmu yang mengejarku tanpa henti. Karena itulah hari ini kita bisa seperti ini, mengerti?"Rizki berdecak dan tidak berniat untuk berdebat dengan ibunya lagi.Dulu yang mengejar ayahnya adalah Sinta. Namun, setelah sekian lama menikah dan mengingat bagaimana ayahnya amat mencintai ibunya, saat ini ayahnya pasti akan memutarbalikkan fakta dan berkata bahwa dirinyalah yang mengejar ibunya.Dia sudah melihat rutinitas ini berkali-kali."Kenapa kamu berdecak? Kamu masih nggak percaya?" Sinta berkata dengan tidak senang, "Kalau nggak percaya, kita langsung tanyakan saja ke ayahmu.""Sudah cukup." Dengan wajah tak acuh, Rizki berkata, "Ayo naik, kita harus ke rumah sakit supaya Nenek bisa diperiksa."Setelah mengatakan itu, Rizki segera berjalan pergi tanpa memeduli
Dibandingkan dengan Rizki yang gelisah, emosi Alya jauh lebih tenang."Cepat jalankan mobilnya, jangan sampai kita menunda waktu pemeriksaan Nenek."Karena tidak ada orang lain, Alya pun tidak berakting dan berbicara dengan nada dan ekspresi yang tidak biasa.Setelah berbicara, Alya menyadari bahwa orang di sampingnya masih belum bergerak.Alya mengangkat alisnya. Awalnya, dia juga tidak ingin membuka hubungan mereka secepat ini. Namun, perkataan Rizki terlalu menyebalkan, sehingga dia jadi tidak bisa menahan dirinya ....Hasil pemeriksaan Wulan hari ini bahkan belum diketahui, Alya pun merasa dirinya yang seperti ini juga terlalu tidak sabaran.Mempertimbangkan hal ini, Alya menarik napas dalam-dalam. Tepat ketika dia ingin mengatakan sesuatu pada Rizki, tiba-tiba mobil mereka melesat dengan sangat cepat.Alya kaget dan menoleh untuk melihat Rizki. Pria itu menyetir dengan raut wajah yang suram, aura ganas yang kuat memancar dari tubuhnya.Entah kenapa, tiba-tiba Alya merasa hidungnya