"tidak apa-apa, pak." senyum mengembang Rendi, ketika pak Hendra menyetujui semuanya. " papah yakin, kamu mampu untuk itu. Dan kamu pasti bisa, membuat perusahaan kita berkembang begitu pesat! jangan sia-sia kan, kepercayaan papah kepadamu" puji pak Hendra kepada putra semata wayangnya. Keluarga Catur tergolong orang yang sangat kaya Raya, perusahaan nya ada dimana-mana. Bahkan restoran yang terkenal di Bali adalah milik dari keluarga Catur, investasi nya dimana-mana. Dan Catur masih tetap sama, dan berpenampilan sederhana tidak semewah orang kaya pada umumnya. "papah jadi mau nginep disini? atau langsung balik?"tanya Catur memastikan. "papah mau menginap disini, dulu. dan papah ingin tahu, perkembangan bisnis yang kamu geluti sekarang" senyum mengembang pak Hendra. muka Catur sangat khawatir, dia tidak ingin rencananya terbongkar begitu saja, sebelum dia mendapatkan Amara seutuhnya. karena jika papah nya ikut campur, pasti akan terbongkar siapa Catur sebenarnya. misi nya belu
" aku tidak menyuruh mu, masuk. jangan mimpi kamu tinggal disini, Athar!" tatapan mata Amara begitu tidak suka terhadap Athar, yang mendesak nya untuk tinggal bersamanya. "jelas lah, aku suamimu. Kamu lupa itu, hartamu juga hartaku. terus, dari segi mana aku salah?" ucap nya menekan kan, Amara begitu muak dengan pernyataan dari Athar. perasaan nya kembali pudar terhadap Athar, padahal sebenarnya Amara masih mencintai Athar. karena dia tahu, Athar adalah seseorang yang penyabar dan penuh kasih sayang. Sebelum mertuanya meracuni hati dan pikiran dari suaminya tersebut. Bahkan Athar lupa, bahwa persidangan cerainya pada tahap akhir, dan akan menyandang status janda dan duda. bagaimana biasa, Athar datang ke Bali, dan menuntut nya untuk tinggal serumah lagi. "jangan gila kamu, aku bisa melaporkan kamu ke pihak berwajib. karena kamu mengancam keselamatan ku." tegas Amara, berlari mengejar Athar dan Maya masuk kedalam apartemen mewahnya. "wau... aku suka mas, aku suka." teriak Maya, se
"me ngakulah Maya, bahwa anak yang kamu kandung itu anak ku" cecar lelaki berperawakan tinggi, dan manis berdiri di depan Maya. dadanya bergemuruh sangat lah hebat. Dia sangat ketakutan, dan ingin pergi dari tempat itu. Semenjak di Bali, Athar dan Maya tinggal di kontrak kecil dan kumuh. Berbanding terbalik, dengan kehidupan mewah nya dulu. Sementara Athar, Luntang Lantung mencari pekerjaan di kota orang, untuk membuat ekonomi nya membaik, tapi nyatanya dia tidak menemukan kontrak kerja dengan siapapun. Mantan CEO itu masih tidak putus asa untuk mencari pekerjaan yang layak, dan dia ingin memulihkan ekonomi nya. Dia berjanji akan merebut apartemen mewah Amara dengan apapun caranya, karena dia telah bosan hidup dengan serba kekurangan. Mega sang ibu pun begitu, dia selalu meneror Athar untuk mengirimkan uang kepadanya. Karena uang untuk makan sudah habis. Maya tertegun sangat lama, Angga Pratama Wijaya, kekasih sewaktu berpacaran dengan Athar. Bahkan keduanya, sudah kumpul kebo dalam b
Amara, seorang wanita muda yang penuh harapan, menikah dengan Athar lima tahun yang lalu. Hubungan mereka diuji oleh kenyataan pahit bahwa mereka belum dikaruniai anak. Mega, ibu mertua Amara, semakin hari semakin menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Amara. Di satu hari yang tenang di rumah keluarga besar Athar, percakapan yang memecah kesunyian itu terjadi. Di ruang tamu, Mega duduk dengan raut wajah serius, sementara Amara duduk di seberangnya dengan wajah tegang. Athar berdiri di dekat jendela, terlihat cemas. "Amara, sudah lima tahun kamu menikah dengan Athar dan belum juga ada tanda-tanda kehamilan. Apa kamu tahu betapa pentingnya penerus dalam keluarga ini?" tanya Mega dengan netra menatap tajam ke arah sang Menantu. Amara tertunduk, berbicara dengan nada gemetar. "Saya... saya paham, Bu. Saya dan Athar sudah mencoba segala cara...," ucapnya, tapi ucapannya dipotong begitu saja oleh Mega dengan nada merendahkan. "Mencoba? Berapa lama lagi kamu mau 'mencoba'? Waktu terus b
"Buka pintunya, Amara. Aku ingin bicara sama kamu," ucap Athar memaksa istrinya membuka pintu."Sudah tidak ada lagi yang harus kita bicarakan, Mas. Bukankah kamu juga sudah menikahi perempuan itu, lantas ... kenapa harus ada penjelasan lagi?" ujar Amara sedikit berteriak.Athar menundukkan kepalanya, merasa kalah oleh kepedihan yang dirasakan Amara. Dia tahu betul bahwa semua ini adalah kesalahannya, namun dia tidak ingin menyerah begitu saja. "Amara, dengarkan aku, ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan," katanya, suaranya mulai melembut, mencoba menembus dinding emosional yang Amara bangun di antara mereka. "Aku menikahi dia karena terpaksa, bukan karena cinta. Aku dijebak!" akunya. Amara menghela napas panjang, menahan air mata yang sudah menggumpal di sudut matanya. "Terpaksa? Kamu pikir itu bisa menghapus semua luka yang sudah kamu buat?" Dia menggelengkan kepalanya, merasa tidak percaya. "Kamu tidak tahu apa yang aku rasakan. Kamu menghancurkan semuanya."Di balik pintu,
Kata-kata Athar itu seperti pukulan keras yang menghantam hati Amara. Seolah-olah seluruh dunianya runtuh dalam sekejap. Suasana ruangan itu tiba-tiba berubah semakin dingin, seakan-akan segala harapan yang baru saja terbit kini hancur berkeping-keping.Amara mundur beberapa langkah, memandang Athar dengan mata yang membesar karena syok dan ketidakpercayaan. "Apa... apa yang kamu katakan?" suaranya nyaris tak terdengar, tercekik oleh emosi yang berkecamuk di dalam dirinya.Athar menggigit bibirnya, menundukkan kepala, merasa malu dan bersalah. "Aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi. Itu adalah kesalahan besar. Aku tidak bermaksud untuk menyakitimu lebih dalam, Amara, tapi aku harus jujur."Amara merasa tubuhnya gemetar hebat, air matanya mulai jatuh tanpa bisa dihentikan. "Jadi, kamu mengkhianati aku tidak hanya sekali, tapi juga berkali-kali dengan dia? Kamu tidak hanya menghancurkan hati dan kepercayaanku, tapi juga membawa anak dari wanita lain ke dalam hidup kita?"Athar mengg
Mega menatap anaknya dengan pandangan yang lembut, merasa simpati meski tetap tegas. "Kamu harus memikirkan yang terbaik, Nak. Kadang-kadang, melepaskan adalah cara terbaik untuk menghindari penderitaan yang lebih besar. Amara mungkin bisa menemukan kebahagiaan tanpa kamu, dan kamu bisa membangun kehidupan yang baru dengan anakmu."Athar terdiam, merenungkan kata-kata ibunya. Dia tahu bahwa situasinya tidak mudah dan setiap pilihan memiliki konsekuensi yang berat. "Aku akan berbicara dengan Amara lagi," akhirnya Athar berkata, suaranya nyaris berbisik. "Aku akan memberitahunya tentang anak itu dan melihat apa yang dia katakan. Tapi apapun yang terjadi, aku tidak bisa mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan perasaannya."Mega menghela napas, menyadari betapa keras kepala anaknya dalam mempertahankan pernikahan ini. "Baiklah, Athar. Tapi ingatlah, waktu akan terus berjalan, dan semakin lama kamu menunda keputusan ini, semakin banyak yang akan terluka."Athar hanya bisa mengangguk per
Setelah Mega meninggalkan kamar, Maya berjalan perlahan menuju tempat tidur. Dia duduk di tepi ranjang, memandang sekeliling kamar yang akan menjadi tempat tidurnya. Meskipun Mega dan Athar telah meyakinkannya bahwa semua baik-baik saja, Maya tidak bisa menghilangkan perasaan aneh yang menyelinap di hatinya. Dia tahu, tidak mudah bagi Amara untuk merelakan kamar ini, apalagi dengan sejarah dan kenangan yang ada di dalamnya."Mari kita bersaing, Amara. Siapa yang akan mendapatkan posisi ratu di rumah ini pada akhirnya." Maya bermonolog dengan senyuman sinis. Maya kemudian membaringkan diri di atas ranjang, mencoba untuk rileks. Namun pikirannya terus berputar. Bagaimana rasanya menjadi Amara? Apa yang sebenarnya Amara rasakan tentang situasi ini? Dan bagaimana hubungan mereka akan terpengaruh oleh semua ini?Di luar pintu kamar, Mega berjalan menjauh dengan senyum yang menyiratkan kepuasan. Dia tahu bahwa situasi ini akan menciptakan dinamika baru di dalam keluarga, dan dia ingin meli
"me ngakulah Maya, bahwa anak yang kamu kandung itu anak ku" cecar lelaki berperawakan tinggi, dan manis berdiri di depan Maya. dadanya bergemuruh sangat lah hebat. Dia sangat ketakutan, dan ingin pergi dari tempat itu. Semenjak di Bali, Athar dan Maya tinggal di kontrak kecil dan kumuh. Berbanding terbalik, dengan kehidupan mewah nya dulu. Sementara Athar, Luntang Lantung mencari pekerjaan di kota orang, untuk membuat ekonomi nya membaik, tapi nyatanya dia tidak menemukan kontrak kerja dengan siapapun. Mantan CEO itu masih tidak putus asa untuk mencari pekerjaan yang layak, dan dia ingin memulihkan ekonomi nya. Dia berjanji akan merebut apartemen mewah Amara dengan apapun caranya, karena dia telah bosan hidup dengan serba kekurangan. Mega sang ibu pun begitu, dia selalu meneror Athar untuk mengirimkan uang kepadanya. Karena uang untuk makan sudah habis. Maya tertegun sangat lama, Angga Pratama Wijaya, kekasih sewaktu berpacaran dengan Athar. Bahkan keduanya, sudah kumpul kebo dalam b
" aku tidak menyuruh mu, masuk. jangan mimpi kamu tinggal disini, Athar!" tatapan mata Amara begitu tidak suka terhadap Athar, yang mendesak nya untuk tinggal bersamanya. "jelas lah, aku suamimu. Kamu lupa itu, hartamu juga hartaku. terus, dari segi mana aku salah?" ucap nya menekan kan, Amara begitu muak dengan pernyataan dari Athar. perasaan nya kembali pudar terhadap Athar, padahal sebenarnya Amara masih mencintai Athar. karena dia tahu, Athar adalah seseorang yang penyabar dan penuh kasih sayang. Sebelum mertuanya meracuni hati dan pikiran dari suaminya tersebut. Bahkan Athar lupa, bahwa persidangan cerainya pada tahap akhir, dan akan menyandang status janda dan duda. bagaimana biasa, Athar datang ke Bali, dan menuntut nya untuk tinggal serumah lagi. "jangan gila kamu, aku bisa melaporkan kamu ke pihak berwajib. karena kamu mengancam keselamatan ku." tegas Amara, berlari mengejar Athar dan Maya masuk kedalam apartemen mewahnya. "wau... aku suka mas, aku suka." teriak Maya, se
"tidak apa-apa, pak." senyum mengembang Rendi, ketika pak Hendra menyetujui semuanya. " papah yakin, kamu mampu untuk itu. Dan kamu pasti bisa, membuat perusahaan kita berkembang begitu pesat! jangan sia-sia kan, kepercayaan papah kepadamu" puji pak Hendra kepada putra semata wayangnya. Keluarga Catur tergolong orang yang sangat kaya Raya, perusahaan nya ada dimana-mana. Bahkan restoran yang terkenal di Bali adalah milik dari keluarga Catur, investasi nya dimana-mana. Dan Catur masih tetap sama, dan berpenampilan sederhana tidak semewah orang kaya pada umumnya. "papah jadi mau nginep disini? atau langsung balik?"tanya Catur memastikan. "papah mau menginap disini, dulu. dan papah ingin tahu, perkembangan bisnis yang kamu geluti sekarang" senyum mengembang pak Hendra. muka Catur sangat khawatir, dia tidak ingin rencananya terbongkar begitu saja, sebelum dia mendapatkan Amara seutuhnya. karena jika papah nya ikut campur, pasti akan terbongkar siapa Catur sebenarnya. misi nya belu
Catur duduk dengan tenang, di ruang tamu apartemen Amara. Dia ingin sekali menanyakan perihal tentang Marvel. dan jujur dia sangat lah kepo, apakan benar-benar Marvel menyatakan cintanya kepada Amara. pikiran Catur semakin tidak karuan. ~ pak gawat, bos besar sedang menuju ketempat pak Catur kali ini~ sebuah pesan singkat, membuat dada Catur semakin tidak karuan. keringatnya mengucur dengan deras, dia mondar-mandir tidak menentu. langkah nya di percepat, rencananya bisa gagal jika ayahnya datang saat ini. ~jangan kesini Ren, biar aku yang menghampiri mu. Bisa-bisa gagal rencana ku, jangan sampai papah tahu soal ini. perlambat waktumu, sekiranya aku sudah sampai ketempat yang kamu tuju~ pinta Catur dengan pesan singkatnya. dengan tergesa-gesa Catur menuju ketempat, yang Catur atur untuk menemui papahnya. Selama perjalanan pikirannya tidak tenang sama sekali. "silahkan duduk, pak!" pinta Rendi, dengan menggeret kursi kebelakang. "Catur mana, Ren?" tanya Hendra dengan mene
"siapa dia, Amara?" tanya Marvel keheranan. "mantan suami" entengnya, seraya masuk kedalam mobil Marvel. "untuk apa dia, kesini?" tanya Marvel memastikan, dia tidak ingin rencananya gagal gara-gara mantan suaminya hadir kembali. Saingannya bertambah kali ini. "aku juga tidak tahu, tidak usah di pikirkan. dia bukan siapa-siapa" ucapnya, seraya menatap sebuah layar ponsel nya. "yang aku takutkan, dia akan merebut mu kembali"ucap Marvel, dan masih fokus menatap kearah Amara. " terus, apa masalahmu Marvel?" tanya Amara keheranan, seraya mengernyit heran dengan ucapan Marvel kali ini. "sebenarnya, tujuan ku malam hari ini adalah ingin menyatakan cinta, Amara. apakah kamu mau?" ucap Marvel dengan menggenggam tangan Amara dengan erat. Amara tidak menjawab dan masih menatap dalam kearah Marvel, sebenarnya dia tidak suka dengan sikap Marvel yang terburu-buru untuk menyatakan cintanya. Karena Amara tahu, Marvel adalah orang yang terkenal saat ini. "kamu sadar? kamu itu artis, da
Catur terkesima melihat penampilan Amara kali ini, sangat cantik dan anggun. Siapapun yang melihat pasti jatuh cinta dan tertarik kepadanya. "kamu sudah kalah" celetuk Marvel dengan mengece keberadaan Catur yang masih melihat kearah Amara. Amara berjalan di samping Catur dengan muka datar, karena Amara merasa kesal dengan ulah Catur yang tidak terbuka mengenai asal usul Catur. Amara dengan anggun Menaiki mobil Marvel, dengan santai Amara naik mobil Marvel dengan sangat cantik, Marvel dengan sombong menatap Catur dengan tatapan yang sangat lah dingin sekali. "mari masuk, tuan putri" senyum Marvel menggema. Amara hanya menyunggingkan senyum, tanpa banyak bicara kepada Marvel. pilihan nya sangat terpaksa menyetujui permintaan Marvel, karena dia sangat lah risih setiap hari Marvel mengganggu aktivitas nya. Amara ingin menyampaikan unek-unek hatinya, dan sekarang waktu nya sudah pas untuk itu. "aku ingin kamu menutup mata Amara" pinta Marvel seraya fokus menyetir mobilnya, lalu Am
" termasuk itu aku, Amara" Catur menghayal dan berbisik kepada dirinya sendiri. Kedua bola mata itu saling berpandangan, dan ada seberkas cahaya terlintas di mata indah Amara. "kenapa kamu, Catur? menatap ku begitu" ucapnya. Catur di buat kaget oleh ucapan Amara, yang menatap dirinya penuh dalam. Jantung nya berdetak kencang, cintanya mulai menggebu terhadap wanita spesial di hatinya. Yang kini sedang berada di depannya. "oh... aku tidak apa-apa, Amara!" kilah nya, seraya menyantap sepotong daging, lalu di suapnya ke mulut merah nya tersebut. "aku kirain kenapa?" tawa Amara, membuat lesung pipinya mengembang manis di pipinya yang tembem dan penuh kemerahan. "pak Catur" ucap seseorang berperawakan tinggi dengan memakai setelan jas hitam yang menempel di badan nya, wajah Catur menjadi padam dan kemerahan. Bisa-bisa kedoknya terbongkar di depan Amara kali ini. Lalu lelaki itu menyalami Catur penuh hormat serta membungkuk. "per kenal kan, saya manager di kafe ini pak! menjadi
Maya dengan kasar menaruh rimot televisi di meja, lalu mematikan televisi tersebut. Dia sangat benci, kenapa Amara bisa sukses setelah bercerai dengan Athar, kehidupan nya terbalik untuk saat ini. Dulu Maya yang selalu menjadi pemenang nya, di beri hadiah rumah mewah, mobil mewah dan baju atau perhiasan mewah untuk menunjang gaya hidupnya. Dan sekarang untuk makan daging saja, rasanya Maya tidak lah mampu. "kenapa kamu?" tanya Athar menatap Maya dengan wajahnya di tekuk saja, Athar rasa ada sesuatu yang berbeda ketika menatap Maya. berkas perceraian yang di kirim Amara, masih di pegangnya dengan sempurna. "apa itu, mas?" tanya Maya penasaran. "bukan urusan mu, aku nanya kok enggak di jawab!" sinis nya. "aku benci sama mantan istri mu, ke gatelan sama artis papan atas" cibirnya menohok. "terus urusan mu, apa?" jawab Athar dan tidak terima, ketika Maya menjelekkan nama Amara. "oh aku tahu, aku yakin kamu masih cinta sama dia kan'? Jawab mas" tegas Maya. "aku masih mencin
"jangan ngelunjak kamu, kamu hanya asisten tak lebih dari itu" ucap Marvel seraya mengepal tangannya dengan kuat. Sengaja dia ingin mencari muka di depan Amara, agar Amara menaruh hati kepadanya. "sudah cukup, malu di lihatin orang!"bisik Amara kepada Marvel, karena Amara sangat tahu bahwa keduanya sedang menjadi sorotan. Karena keduanya menjadi sesosok orang yang di kenal masyarakat, apalagi mereka sudah mempunyai fans setia. "ayu pulang" pinta Amara kepada Catur, dan menarik lengan Catur agar pergi menjauh dari tempat itu. Catur masih tertawa dan mengejek Marvel, karena yang di pilih Amara dirinya bukan Marvel. "kamu sudah melihat sendiri bukan? bahwa Amara memilih ku" ucap Catur dengan berbisik di kuping Marvel. Sedang Amara memanggil Catur dari kejauhan. "jangan gr dulu Catur, jangan harap kamu bisa merebut hatinya, karena kamu sudah paham dari mana kamu berasal, dan dari mana kalangan mu itu? mestinya kamu sadar akan hal itu" Marvel dengan seketika mengejek Catur, dia yaki