Maya dengan kasar menaruh rimot televisi di meja, lalu mematikan televisi tersebut. Dia sangat benci, kenapa Amara bisa sukses setelah bercerai dengan Athar, kehidupan nya terbalik untuk saat ini. Dulu Maya yang selalu menjadi pemenang nya, di beri hadiah rumah mewah, mobil mewah dan baju atau perhiasan mewah untuk menunjang gaya hidupnya. Dan sekarang untuk makan daging saja, rasanya Maya tidak lah mampu. "kenapa kamu?" tanya Athar menatap Maya dengan wajahnya di tekuk saja, Athar rasa ada sesuatu yang berbeda ketika menatap Maya. berkas perceraian yang di kirim Amara, masih di pegangnya dengan sempurna. "apa itu, mas?" tanya Maya penasaran. "bukan urusan mu, aku nanya kok enggak di jawab!" sinis nya. "aku benci sama mantan istri mu, ke gatelan sama artis papan atas" cibirnya menohok. "terus urusan mu, apa?" jawab Athar dan tidak terima, ketika Maya menjelekkan nama Amara. "oh aku tahu, aku yakin kamu masih cinta sama dia kan'? Jawab mas" tegas Maya. "aku masih mencin
" termasuk itu aku, Amara" Catur menghayal dan berbisik kepada dirinya sendiri. Kedua bola mata itu saling berpandangan, dan ada seberkas cahaya terlintas di mata indah Amara. "kenapa kamu, Catur? menatap ku begitu" ucapnya. Catur di buat kaget oleh ucapan Amara, yang menatap dirinya penuh dalam. Jantung nya berdetak kencang, cintanya mulai menggebu terhadap wanita spesial di hatinya. Yang kini sedang berada di depannya. "oh... aku tidak apa-apa, Amara!" kilah nya, seraya menyantap sepotong daging, lalu di suapnya ke mulut merah nya tersebut. "aku kirain kenapa?" tawa Amara, membuat lesung pipinya mengembang manis di pipinya yang tembem dan penuh kemerahan. "pak Catur" ucap seseorang berperawakan tinggi dengan memakai setelan jas hitam yang menempel di badan nya, wajah Catur menjadi padam dan kemerahan. Bisa-bisa kedoknya terbongkar di depan Amara kali ini. Lalu lelaki itu menyalami Catur penuh hormat serta membungkuk. "per kenal kan, saya manager di kafe ini pak! menjadi
Catur terkesima melihat penampilan Amara kali ini, sangat cantik dan anggun. Siapapun yang melihat pasti jatuh cinta dan tertarik kepadanya. "kamu sudah kalah" celetuk Marvel dengan mengece keberadaan Catur yang masih melihat kearah Amara. Amara berjalan di samping Catur dengan muka datar, karena Amara merasa kesal dengan ulah Catur yang tidak terbuka mengenai asal usul Catur. Amara dengan anggun Menaiki mobil Marvel, dengan santai Amara naik mobil Marvel dengan sangat cantik, Marvel dengan sombong menatap Catur dengan tatapan yang sangat lah dingin sekali. "mari masuk, tuan putri" senyum Marvel menggema. Amara hanya menyunggingkan senyum, tanpa banyak bicara kepada Marvel. pilihan nya sangat terpaksa menyetujui permintaan Marvel, karena dia sangat lah risih setiap hari Marvel mengganggu aktivitas nya. Amara ingin menyampaikan unek-unek hatinya, dan sekarang waktu nya sudah pas untuk itu. "aku ingin kamu menutup mata Amara" pinta Marvel seraya fokus menyetir mobilnya, lalu Am
"siapa dia, Amara?" tanya Marvel keheranan. "mantan suami" entengnya, seraya masuk kedalam mobil Marvel. "untuk apa dia, kesini?" tanya Marvel memastikan, dia tidak ingin rencananya gagal gara-gara mantan suaminya hadir kembali. Saingannya bertambah kali ini. "aku juga tidak tahu, tidak usah di pikirkan. dia bukan siapa-siapa" ucapnya, seraya menatap sebuah layar ponsel nya. "yang aku takutkan, dia akan merebut mu kembali"ucap Marvel, dan masih fokus menatap kearah Amara. " terus, apa masalahmu Marvel?" tanya Amara keheranan, seraya mengernyit heran dengan ucapan Marvel kali ini. "sebenarnya, tujuan ku malam hari ini adalah ingin menyatakan cinta, Amara. apakah kamu mau?" ucap Marvel dengan menggenggam tangan Amara dengan erat. Amara tidak menjawab dan masih menatap dalam kearah Marvel, sebenarnya dia tidak suka dengan sikap Marvel yang terburu-buru untuk menyatakan cintanya. Karena Amara tahu, Marvel adalah orang yang terkenal saat ini. "kamu sadar? kamu itu artis, da
Amara, seorang wanita muda yang penuh harapan, menikah dengan Athar lima tahun yang lalu. Hubungan mereka diuji oleh kenyataan pahit bahwa mereka belum dikaruniai anak. Mega, ibu mertua Amara, semakin hari semakin menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Amara. Di satu hari yang tenang di rumah keluarga besar Athar, percakapan yang memecah kesunyian itu terjadi. Di ruang tamu, Mega duduk dengan raut wajah serius, sementara Amara duduk di seberangnya dengan wajah tegang. Athar berdiri di dekat jendela, terlihat cemas. "Amara, sudah lima tahun kamu menikah dengan Athar dan belum juga ada tanda-tanda kehamilan. Apa kamu tahu betapa pentingnya penerus dalam keluarga ini?" tanya Mega dengan netra menatap tajam ke arah sang Menantu. Amara tertunduk, berbicara dengan nada gemetar. "Saya... saya paham, Bu. Saya dan Athar sudah mencoba segala cara...," ucapnya, tapi ucapannya dipotong begitu saja oleh Mega dengan nada merendahkan. "Mencoba? Berapa lama lagi kamu mau 'mencoba'? Waktu terus b
"Buka pintunya, Amara. Aku ingin bicara sama kamu," ucap Athar memaksa istrinya membuka pintu."Sudah tidak ada lagi yang harus kita bicarakan, Mas. Bukankah kamu juga sudah menikahi perempuan itu, lantas ... kenapa harus ada penjelasan lagi?" ujar Amara sedikit berteriak.Athar menundukkan kepalanya, merasa kalah oleh kepedihan yang dirasakan Amara. Dia tahu betul bahwa semua ini adalah kesalahannya, namun dia tidak ingin menyerah begitu saja. "Amara, dengarkan aku, ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan," katanya, suaranya mulai melembut, mencoba menembus dinding emosional yang Amara bangun di antara mereka. "Aku menikahi dia karena terpaksa, bukan karena cinta. Aku dijebak!" akunya. Amara menghela napas panjang, menahan air mata yang sudah menggumpal di sudut matanya. "Terpaksa? Kamu pikir itu bisa menghapus semua luka yang sudah kamu buat?" Dia menggelengkan kepalanya, merasa tidak percaya. "Kamu tidak tahu apa yang aku rasakan. Kamu menghancurkan semuanya."Di balik pintu,
Kata-kata Athar itu seperti pukulan keras yang menghantam hati Amara. Seolah-olah seluruh dunianya runtuh dalam sekejap. Suasana ruangan itu tiba-tiba berubah semakin dingin, seakan-akan segala harapan yang baru saja terbit kini hancur berkeping-keping.Amara mundur beberapa langkah, memandang Athar dengan mata yang membesar karena syok dan ketidakpercayaan. "Apa... apa yang kamu katakan?" suaranya nyaris tak terdengar, tercekik oleh emosi yang berkecamuk di dalam dirinya.Athar menggigit bibirnya, menundukkan kepala, merasa malu dan bersalah. "Aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi. Itu adalah kesalahan besar. Aku tidak bermaksud untuk menyakitimu lebih dalam, Amara, tapi aku harus jujur."Amara merasa tubuhnya gemetar hebat, air matanya mulai jatuh tanpa bisa dihentikan. "Jadi, kamu mengkhianati aku tidak hanya sekali, tapi juga berkali-kali dengan dia? Kamu tidak hanya menghancurkan hati dan kepercayaanku, tapi juga membawa anak dari wanita lain ke dalam hidup kita?"Athar mengg
Mega menatap anaknya dengan pandangan yang lembut, merasa simpati meski tetap tegas. "Kamu harus memikirkan yang terbaik, Nak. Kadang-kadang, melepaskan adalah cara terbaik untuk menghindari penderitaan yang lebih besar. Amara mungkin bisa menemukan kebahagiaan tanpa kamu, dan kamu bisa membangun kehidupan yang baru dengan anakmu."Athar terdiam, merenungkan kata-kata ibunya. Dia tahu bahwa situasinya tidak mudah dan setiap pilihan memiliki konsekuensi yang berat. "Aku akan berbicara dengan Amara lagi," akhirnya Athar berkata, suaranya nyaris berbisik. "Aku akan memberitahunya tentang anak itu dan melihat apa yang dia katakan. Tapi apapun yang terjadi, aku tidak bisa mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan perasaannya."Mega menghela napas, menyadari betapa keras kepala anaknya dalam mempertahankan pernikahan ini. "Baiklah, Athar. Tapi ingatlah, waktu akan terus berjalan, dan semakin lama kamu menunda keputusan ini, semakin banyak yang akan terluka."Athar hanya bisa mengangguk per
"siapa dia, Amara?" tanya Marvel keheranan. "mantan suami" entengnya, seraya masuk kedalam mobil Marvel. "untuk apa dia, kesini?" tanya Marvel memastikan, dia tidak ingin rencananya gagal gara-gara mantan suaminya hadir kembali. Saingannya bertambah kali ini. "aku juga tidak tahu, tidak usah di pikirkan. dia bukan siapa-siapa" ucapnya, seraya menatap sebuah layar ponsel nya. "yang aku takutkan, dia akan merebut mu kembali"ucap Marvel, dan masih fokus menatap kearah Amara. " terus, apa masalahmu Marvel?" tanya Amara keheranan, seraya mengernyit heran dengan ucapan Marvel kali ini. "sebenarnya, tujuan ku malam hari ini adalah ingin menyatakan cinta, Amara. apakah kamu mau?" ucap Marvel dengan menggenggam tangan Amara dengan erat. Amara tidak menjawab dan masih menatap dalam kearah Marvel, sebenarnya dia tidak suka dengan sikap Marvel yang terburu-buru untuk menyatakan cintanya. Karena Amara tahu, Marvel adalah orang yang terkenal saat ini. "kamu sadar? kamu itu artis, da
Catur terkesima melihat penampilan Amara kali ini, sangat cantik dan anggun. Siapapun yang melihat pasti jatuh cinta dan tertarik kepadanya. "kamu sudah kalah" celetuk Marvel dengan mengece keberadaan Catur yang masih melihat kearah Amara. Amara berjalan di samping Catur dengan muka datar, karena Amara merasa kesal dengan ulah Catur yang tidak terbuka mengenai asal usul Catur. Amara dengan anggun Menaiki mobil Marvel, dengan santai Amara naik mobil Marvel dengan sangat cantik, Marvel dengan sombong menatap Catur dengan tatapan yang sangat lah dingin sekali. "mari masuk, tuan putri" senyum Marvel menggema. Amara hanya menyunggingkan senyum, tanpa banyak bicara kepada Marvel. pilihan nya sangat terpaksa menyetujui permintaan Marvel, karena dia sangat lah risih setiap hari Marvel mengganggu aktivitas nya. Amara ingin menyampaikan unek-unek hatinya, dan sekarang waktu nya sudah pas untuk itu. "aku ingin kamu menutup mata Amara" pinta Marvel seraya fokus menyetir mobilnya, lalu Am
" termasuk itu aku, Amara" Catur menghayal dan berbisik kepada dirinya sendiri. Kedua bola mata itu saling berpandangan, dan ada seberkas cahaya terlintas di mata indah Amara. "kenapa kamu, Catur? menatap ku begitu" ucapnya. Catur di buat kaget oleh ucapan Amara, yang menatap dirinya penuh dalam. Jantung nya berdetak kencang, cintanya mulai menggebu terhadap wanita spesial di hatinya. Yang kini sedang berada di depannya. "oh... aku tidak apa-apa, Amara!" kilah nya, seraya menyantap sepotong daging, lalu di suapnya ke mulut merah nya tersebut. "aku kirain kenapa?" tawa Amara, membuat lesung pipinya mengembang manis di pipinya yang tembem dan penuh kemerahan. "pak Catur" ucap seseorang berperawakan tinggi dengan memakai setelan jas hitam yang menempel di badan nya, wajah Catur menjadi padam dan kemerahan. Bisa-bisa kedoknya terbongkar di depan Amara kali ini. Lalu lelaki itu menyalami Catur penuh hormat serta membungkuk. "per kenal kan, saya manager di kafe ini pak! menjadi
Maya dengan kasar menaruh rimot televisi di meja, lalu mematikan televisi tersebut. Dia sangat benci, kenapa Amara bisa sukses setelah bercerai dengan Athar, kehidupan nya terbalik untuk saat ini. Dulu Maya yang selalu menjadi pemenang nya, di beri hadiah rumah mewah, mobil mewah dan baju atau perhiasan mewah untuk menunjang gaya hidupnya. Dan sekarang untuk makan daging saja, rasanya Maya tidak lah mampu. "kenapa kamu?" tanya Athar menatap Maya dengan wajahnya di tekuk saja, Athar rasa ada sesuatu yang berbeda ketika menatap Maya. berkas perceraian yang di kirim Amara, masih di pegangnya dengan sempurna. "apa itu, mas?" tanya Maya penasaran. "bukan urusan mu, aku nanya kok enggak di jawab!" sinis nya. "aku benci sama mantan istri mu, ke gatelan sama artis papan atas" cibirnya menohok. "terus urusan mu, apa?" jawab Athar dan tidak terima, ketika Maya menjelekkan nama Amara. "oh aku tahu, aku yakin kamu masih cinta sama dia kan'? Jawab mas" tegas Maya. "aku masih mencin
"jangan ngelunjak kamu, kamu hanya asisten tak lebih dari itu" ucap Marvel seraya mengepal tangannya dengan kuat. Sengaja dia ingin mencari muka di depan Amara, agar Amara menaruh hati kepadanya. "sudah cukup, malu di lihatin orang!"bisik Amara kepada Marvel, karena Amara sangat tahu bahwa keduanya sedang menjadi sorotan. Karena keduanya menjadi sesosok orang yang di kenal masyarakat, apalagi mereka sudah mempunyai fans setia. "ayu pulang" pinta Amara kepada Catur, dan menarik lengan Catur agar pergi menjauh dari tempat itu. Catur masih tertawa dan mengejek Marvel, karena yang di pilih Amara dirinya bukan Marvel. "kamu sudah melihat sendiri bukan? bahwa Amara memilih ku" ucap Catur dengan berbisik di kuping Marvel. Sedang Amara memanggil Catur dari kejauhan. "jangan gr dulu Catur, jangan harap kamu bisa merebut hatinya, karena kamu sudah paham dari mana kamu berasal, dan dari mana kalangan mu itu? mestinya kamu sadar akan hal itu" Marvel dengan seketika mengejek Catur, dia yaki
Catur adalah CEO dari perusahaan ternama, kini semua pekerjaan nya dialihkan kepada Rendi asisten pribadi nya yang sangat setia mengabdi kepadanya. Bahkan dalam penyamaran ini, Rendi lah yang membatu Catur untuk melindungi nya dari papah dan mamahnya dari rentetan pertanyaan ketika Catur sedang tidak ada di kantor nya ketika jam kerja. "kemana dia Ren?" pak Hendra bertanya kepada Rendi, ketika memasuki ruangan Catur yang sepi dan tak berpenghuni. " pak Catur sedang di jalan pak! saya rasa habis ini, beliau datang!" ucap nya, dengan sedikit membungkuk kan badannya. Karena Rendi tahu, Catur untuk saat ini sedang berada di kuta Bali. " oke lah, aku menunggu nya di sini! sebab semenjak tadi, aku menelpon nya tidak diangkat nya juga" " tidak usah pak, tadi pak Catur mengabarkan jalanan sedang macet untuk hari ini!" ucap Rendi tenang, dia tak menampik bahwa rasanya wajahnya sangat gugup. Karena beberapa kali Rendi menutupi semua kelakuan Catur dari orang tuanya. "aku tidak yakin, a
" jawab!" bentak Athar, dengan suara yang sangat keras sekali. Darahnya mulai tinggi, kenapa bisa istrinya meminta uang yang nominal nya sangat banyak. " aku sedang berhutang, aku tidak ingin malu ketika aku bertemu dengan geng dawet, aku tidak ingin reputasi ku hancur di depan teman-temanku! ku mohon mas, tolong aku!" merengek Maya, dan bergelayut manja kepada Athar. Tak di nyana, Athar dengan keras memukul meja dengan kerasnya. Dan ingin sekali menampar keras istrinya tersebut. Kenapa bisa Maya tidak mengerti keuangan nya yang sedang jatuh, Maya lebih mementingkan rasa gengsinya, dari pada ekonomi nya kali ini. "apa maksud mu? berhutang? kamu tidak mikir apa? aku sedang pusing nyari uang, sedang kamu berhutang yang nominalnya sangat besar" teriak Athar dan mendorong Maya, sehingga Maya jatuh di bibir kasur kamarnya. Maya meringis kesakitan, seraya memegang perutnya yang masih kecil. "aw....... sakit mas, di perutku ada anak mu! kamu jahat, mas!"ucap Maya dengan berderai air ma
Maya duduk seraya memegang pelipis nya yang terasa sangat pening, hidupnya berubah menjadi upik abu. Dulu dia sebagai seorang ratu di negeri kayangan, dan sekarang nyatanya berubah drastis. "ini minumannya, dasar menantu manja!" ucap Mega, dan menyodorkan sebuah minuman dingin yang dimintanya. "jadi mama tidak ikhlas, awas saja aku laporkan kepada mas Athar! biar tahu rasa"cibirnya. Mega menghela nafas panjang, dia menyesal telah menyetujui pernikahan Athar dengan Maya. "kenapa melotot begitu, silahkan mama keluar dari kamarku!" bentak Maya, dengan sedikit meninggi kan suaranya. Ingin rasanya Mega menampar mulut lemes Maya tapi di rasa menambah masalah saja, yang di takutkan Mega adalah, Athar akan memarahinya habis-habisan. Lain halnya ketika Athar menikah dengan Amara, Mega selalu mengadu kepada athar, dan Athar selalu membela Mega terus memarahi Amara. Dan sekarang kini berubah drastis, Mega selalu di marahi Athar tanpa sebab dan akibat."dasar menantu kurang ajar, bisa-b
mata Maya begitu bulat, ketika melihat bill menu yang sedang tertera harga makanan, yang di pesan teman-temannya. Seharga motor sport, Maya kebingungan dari mana dia membayar hutang nya kepada Candy, dan pasti teman-teman nya menertawakan nya ketika mendengar Maya jatuh miskin, terlebih Maya sesosok orang yang sangat sombong. "aku sudah transfer ya" senyum Candi."tenang kok, nanti aku ganti" senyum ketir Maya. "ngomong-ngomong jeng Maya, tadi aku lihat naik taxi. memangnya kemana mobilnya jeng?" tanya Rosi antusias. Maya mendengus kesal, padahal dia diam-diam datang menaiki taxi agar tidak di ketahui oleh temannya, tapi nyatanya mereka mengetahui itu semua. "biasa, mobil ku di bengkel" bohong Maya berulang, padahal dia tahu dia sudah berbohong kepada teman-teman nya. "badan jeng Maya kelihatan berisi deh, seperti orang hamil"ucap Kalila dengan menatap tubuh Maya, yang seperti orang lagi hamil. Maya di buat gelagapan dengan celotehan Kalila, mana mungkin temannya sampai ngore