Home / Fiksi Remaja / Kebangkitan Sang Bayangan / Bab 1: Bayangan di Tengah Malam

Share

Kebangkitan Sang Bayangan
Kebangkitan Sang Bayangan
Author: Pyyupyy_

Bab 1: Bayangan di Tengah Malam

Bayangan di Tengah Malam.

Malam itu, langit kota terlihat buram, seperti terlapisi abu dan kegelapan. Di tengah suasana sunyi, Luca Ombra berdiri di balkon sebuah bangunan tua, memandang ke arah kota yang membentang di bawahnya. Ia bisa melihat lampu-lampu jalanan berkedip samar, seakan turut menyembunyikan rahasia yang selalu menjadi bagian dari hidupnya.

Luca, pewaris tunggal keluarga mafia terkenal *La Famiglia del Ombra*, selalu dikelilingi oleh kekuasaan, darah, dan ketakutan. Setiap langkah yang ia ambil, setiap keputusan yang ia buat, selalu berada di bawah bayang-bayang ayahnya, Don Alessandro, sosok yang kuat dan tidak mengenal belas kasih. Sang ayah telah membentuknya menjadi penerus dengan harapan besar dan tuntutan yang tak kenal ampun.

Sebuah suara mengganggu kesunyiannya. “Luca, waktunya,” ujar Dante, tangan kanan ayahnya yang sudah bertahun-tahun setia kepada keluarga Ombra. Wajah Dante keras, berkeriput karena usia dan pengalaman hidup di dunia kejam ini. Dia melangkah mendekat dengan tatapan penuh waspada. Dante bukan hanya pengawal, tapi juga mentor bagi Luca dalam memahami seluk-beluk dunia hitam keluarga mereka.

Luca menarik napas panjang dan melepaskannya perlahan, seperti seseorang yang menyimpan beban di dalam dirinya. Malam ini adalah pertemuan rahasia antara keluarga mereka dan rival lama, keluarga Rosso. Konflik di antara mereka telah berlangsung selama puluhan tahun, saling berebut wilayah dan kekuasaan. Luca selalu mendengar cerita dari ayahnya tentang pengkhianatan, penipuan, dan pertempuran yang tak terhitung jumlahnya. Namun, ini adalah pertama kalinya ia terlibat langsung sebagai perwakilan keluarga.

Ketika mereka tiba di lokasi pertemuan—sebuah gudang kosong di tepi kota—Luca bisa merasakan ketegangan di udara. Perwakilan dari keluarga Rosso sudah menunggu di dalam. Kepala keluarga Rosso, Vittorio, berdiri di depan, dengan tatapan dingin menusuk seperti biasa. Vittorio adalah pria paruh baya dengan wajah keras dan mata yang menyimpan kebencian mendalam terhadap keluarga Ombra.

"Don Alessandro terlalu takut untuk datang sendiri, ya?" ejek Vittorio dengan senyum sinis begitu melihat Luca.

Luca tak menunjukkan ekspresi apa pun. Ia telah dilatih untuk tetap tenang di situasi seperti ini. "Ayahku percaya aku bisa menyelesaikan urusan ini," jawab Luca dingin.

Pembicaraan itu terus berlanjut dengan ketegangan yang meningkat. Mereka berdebat tentang perbatasan wilayah, tentang aliran bisnis yang tumpang tindih, dan bagaimana setiap langkah mereka diawasi ketat oleh pihak berwenang. Namun, Luca menyadari satu hal yang tidak biasa. Vittorio terus memerhatikan gerak-geriknya dengan cermat, seolah mencoba mengukur kelemahan dalam diri Luca.

Saat perdebatan semakin panas, sebuah suara tembakan tiba-tiba terdengar di kejauhan. Semua orang di ruangan itu terdiam, dan Luca segera menyadari bahwa ini bukan sekadar pertemuan damai. Seperti seekor serigala yang terperangkap, ia memahami bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Orang-orang dari keluarga Rosso langsung merapat ke Vittorio, sementara Dante bergerak mendekat, melindungi Luca.

“Apa ini bagian dari rencana busuk kalian?” tanya Luca, matanya menatap Vittorio dengan tatapan tajam.

Vittorio hanya tersenyum licik, seolah menikmati ketidakpastian yang ia ciptakan. "Di dunia ini, kepercayaan itu hanya mitos, Luca," jawabnya dingin.

Di tengah kekacauan yang mulai terjadi, Luca mengambil keputusan cepat. Ia dan Dante melarikan diri dari tempat itu, sementara suara tembakan bergema di seluruh gudang. Dalam kegelapan malam, Luca merasakan darahnya berdesir—perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ini adalah ujian pertama bagi dirinya, sebuah pertempuran yang akan menentukan apakah ia benar-benar mampu memegang kendali atas kekuasaan yang diwariskan padanya.

Ketika mereka akhirnya mencapai tempat aman, Dante menepuk bahunya. "Ini baru permulaan, anak muda. Kau harus siap menghadapi lebih dari ini," kata Dante dengan suara tegas.

Luca menatap Dante, dan untuk pertama kalinya, ia merasakan ketakutan bercampur tekad. Takdirnya telah tertulis, tapi di antara rasa takut dan ambisi, dia harus memilih jalannya sendiri. Bab ini bukan sekadar permulaan sebuah kisah, tapi perjalanan seorang pewaris yang mencoba menemukan jati dirinya di tengah bayangan yang selalu mengikutinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status