Beranda / Young Adult / Kebangkitan Sang Bayangan / Bab 3: Langkah Pertama dalam Gelap

Share

Bab 3: Langkah Pertama dalam Gelap

Penulis: Pyyupyy_
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-10 21:57:13

Malam semakin larut, dan suasana di rumah keluarga Ombra penuh ketegangan. Luka yang diderita Isabella bukan hanya sebuah peringatan, melainkan juga cambuk yang membangkitkan amarah yang tak pernah dirasakan Luca sebelumnya. Luka-luka di tubuh adiknya mengingatkannya pada realitas kejam dunia yang ia huni. Namun, di balik itu, ia juga menemukan tekad baru—tekad untuk melindungi satu-satunya orang yang ia sayangi, meskipun harus membalas dunia yang sudah mengajarkannya untuk tak mempercayai siapapun.

Di kamarnya yang remang, Luca duduk di kursi berlapis kulit hitam sambil memandangi pistol yang tergeletak di atas meja. Pikiran Luca penuh dengan rencana-rencana dan bayangan tentang apa yang akan ia lakukan pada keluarga Rosso. Ia ingin memberikan mereka rasa sakit yang setara dengan apa yang mereka lakukan pada Isabella. Keluarga Ombra telah lama hidup dalam bayangan, tetapi kali ini, Luca akan keluar dari bayang-bayang itu dan menghadapi mereka secara langsung.

Suara ketukan pintu memecah kesunyian. Luca melirik ke arah pintu, yang kemudian terbuka perlahan. Dante masuk, menatap Luca dengan pandangan yang sulit ditebak. Sebagai tangan kanan keluarga Ombra, Dante adalah orang yang paling mengerti isi pikiran Luca, meskipun kadang-kadang ia juga menjadi suara hati kecil Luca yang masih penuh keraguan.

“Kau ingin membalaskan dendam Isabella, kan?” tanya Dante dengan suara rendah namun tegas. Luca hanya mengangguk, tidak perlu kata-kata lebih banyak untuk menjelaskan apa yang ada di dalam hatinya. Dante memahami itu.

“Kalau begitu, kau harus melakukannya dengan cara yang tidak akan merusak kehormatan keluarga. Ini bukan sekadar masalah pribadi, Luca. Dunia kita penuh dengan aturan, dan setiap tindakan memiliki konsekuensi,” lanjut Dante.

Luca menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan gejolak yang ada di dalam dadanya. Ia tahu Dante benar. Dunia mafia memiliki aturan yang tak tertulis, sebuah kode etik yang, anehnya, menjaga keseimbangan di antara kekacauan. Pembalasan buta tanpa perencanaan hanya akan menghancurkan segalanya, termasuk keluarga Ombra.

“Apa kau sudah memiliki rencana?” tanya Dante lagi.

“Belum sepenuhnya,” jawab Luca. “Tapi aku tahu apa yang harus aku lakukan pertama kali.” Ia menatap Dante, matanya penuh keyakinan. “Aku akan menargetkan pemasok utama keluarga Rosso. Kalau kita bisa memutuskan sumber senjata mereka, itu akan melemahkan mereka.”

Dante tersenyum samar. “Ide yang bagus. Tapi kau harus siap. Mereka tidak akan tinggal diam jika kau mulai menyerang dari bagian terpenting mereka.”

Tanpa menunggu lebih lama, Luca mulai menyusun rencana. Dia mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, menghubungi beberapa kontak yang dipercaya keluarga Ombra untuk mendapatkan informasi detail tentang rantai pasokan keluarga Rosso. Malam itu, Luca dan Dante mulai mengumpulkan tim kecil, kelompok yang dapat dipercaya untuk menjalankan misi ini. Mereka menyusun strategi dan mempersiapkan segala yang dibutuhkan.

Di malam berikutnya, mereka berangkat menuju sebuah gudang di pinggiran kota yang menjadi lokasi salah satu pemasok utama senjata keluarga Rosso. Gudang itu tersembunyi di balik bukit-bukit dan dikelilingi oleh pagar tinggi serta pengawasan ketat. Luca tahu bahwa ini bukan misi yang mudah, tetapi kali ini ia tak akan berhenti hanya karena rintangan.

Sesampainya di lokasi, Luca membagi tugas dengan tenang. Timnya bergerak dengan senyap, menyelinap di antara bayangan malam. Misi ini membutuhkan ketepatan waktu dan kecermatan. Setiap kesalahan bisa berarti kematian. Dante, yang sudah terbiasa dengan operasi semacam ini, berada di sisi Luca, mengawasi dengan teliti. Mereka merayap perlahan, menghindari lampu-lampu penjaga, dan mendekati pintu utama gudang.

“Setelah kita di dalam, pastikan kita bisa melumpuhkan setiap penjaga tanpa menimbulkan suara. Kita harus melakukannya dengan cepat,” bisik Luca kepada timnya.

Dante mengangguk sebagai tanda kesepakatan. Saat mereka mendekati gudang, Luca bisa merasakan adrenalinnya meningkat. Seluruh indra dan nalurinya fokus pada misi ini. Di dalam pikirannya, bayangan Isabella terluka kembali muncul, menyalakan kembali bara api dalam dirinya. Ia melangkah lebih berani, membayangkan dirinya menghancurkan mereka yang telah melukai adiknya.

Begitu mereka berhasil menyelinap masuk, Dante memberikan isyarat untuk memulai serangan. Beberapa penjaga yang sedang berjaga tak sempat menyadari kehadiran mereka hingga mereka terjatuh dalam diam, dilumpuhkan dengan cepat oleh tim Luca. Di setiap sudut gudang, anggota keluarga Ombra bergerak dengan kecepatan dan keheningan yang hampir menakutkan, menguasai seluruh bangunan.

Luca bergerak menuju pusat kendali di dalam gudang, tempat berbagai dokumen dan catatan distribusi senjata disimpan. Jika ia bisa mendapatkan informasi ini, ia akan memiliki keuntungan besar untuk langkah berikutnya. Saat ia mulai membuka file-file yang tersusun rapi, sebuah suara tiba-tiba terdengar di belakangnya.

“Berhenti di situ juga, Ombra!”

Luca berbalik dengan cepat. Di hadapannya, seorang pria besar, dengan senapan terarah kepadanya, berdiri dengan senyum mengejek. Ia mengenal pria itu, salah satu pengawal utama keluarga Rosso, Riccardo. Seorang pria brutal yang dikenal sadis, bahkan di antara kaum mafia.

“Kau pikir kau bisa masuk ke sini tanpa aku tahu?” Riccardo menyeringai, menatap Luca dengan pandangan penuh kebencian.

Namun Luca tidak gentar. Ia mengarahkan pistolnya pada Riccardo, dengan tatapan yang tak kalah tajam. Di belakangnya, Dante bergerak maju, bersiap menghadapi ancaman ini.

“Jika aku jadi kau, aku tidak akan bertaruh nyawa untuk melawan keluarga Ombra,” balas Luca dingin.

Mereka saling menatap, masing-masing penuh tekad dan kebencian. Namun, sebelum Riccardo sempat menarik pelatuk, Dante dengan cepat melompat maju, menyerang pria itu dan menjatuhkan senjatanya. Luca mengambil kesempatan itu untuk menonaktifkan Riccardo dengan satu pukulan ke kepala, membuatnya terjatuh pingsan.

Setelah mereka mengamankan lokasi dan mendapatkan dokumen yang diperlukan, Luca dan timnya meninggalkan gudang itu dengan cepat. Sebelum pergi, mereka memastikan bahwa tidak ada yang tersisa kecuali kehancuran yang akan menjadi peringatan bagi keluarga Rosso. Gudang itu terbakar dalam kobaran api besar, dan dari jauh, Luca bisa melihat asap hitam membubung ke langit, menjadi tanda peringatan bagi musuh-musuhnya.

Dalam perjalanan pulang, Dante menatap Luca dengan bangga. “Kau melakukannya dengan baik, Luca. Ini baru awal dari pertempuran yang lebih besar, tetapi kau sudah menunjukkan siapa dirimu.”

Namun Luca hanya menatap keluar jendela, dengan pikiran yang jauh melayang. Baginya, misi ini bukan sekadar kemenangan atau kekuatan. Ia melakukannya demi Isabella, demi keluarganya, dan demi harga diri yang kini ia rasakan tumbuh dalam dirinya. Luka yang ada di hati dan jiwanya telah berubah menjadi kekuatan yang menggerakkan setiap langkahnya.

Malam itu, Luca kembali ke rumah dengan membawa sebuah pesan untuk keluarganya. Sebuah pesan bahwa ia, Luca Ombra, siap mengambil alih bayang-bayang kekuasaan keluarganya, dan ia akan melakukan segala cara untuk melindungi yang berharga bagi dirinya.

Dan dengan misi pertama yang berhasil, Luca Ombra memulai jalannya sebagai pemimpin sejati, satu langkah dalam kegelapan yang akan mengantarkannya ke puncak dunia penuh kekuatan dan misteri yang telah lama menantinya.

Bab terkait

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 4: Membawa Badai

    Sinar mentari pagi yang lembut menyinari kota, namun hati Luca Ombra tetap diselimuti oleh kegelapan. Setelah keberhasilan misi pertama melawan keluarga Rosso, Luca merasakan ketegangan yang terus mengintai. Meski ia telah menyerang balik dengan keras, ia tahu bahwa ini hanyalah awal dari pertempuran yang akan semakin panas.Luca berdiri di balkon rumah keluarga Ombra, menatap jauh ke kota di bawahnya. Di sana, setiap sudut jalan, lorong gelap, dan tempat-tempat yang ia kenali menyimpan berbagai cerita, baik dari orang-orang yang pernah setia pada keluarganya, maupun dari mereka yang berkhianat. Dunia ini adalah dunianya sekarang. Dan jika ia ingin bertahan, ia harus terus maju, tanpa keraguan.Suara ketukan pelan membuyarkan lamunannya. “Masuk,” ucapnya tanpa berpaling.Dante masuk dan mendekatinya. Wajah pria itu tegas seperti biasa, namun kali ini, terlihat ada sedikit kekhawatiran di dalam matanya. Luca menyadarinya, tetapi ia tetap memasang wajah ding

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 5: Peringatan di Tengah Kekacauan

    Hari itu, kota kembali diselimuti ketegangan yang tidak kasat mata, seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja. Keberanian Luca dalam menggagalkan aliansi yang coba dibangun oleh keluarga Rosso berhasil menyebarkan ketakutan di antara keluarga-keluarga lainnya. Mereka mulai melihat Luca Ombra bukan hanya sebagai pewaris muda yang penuh ambisi, tetapi juga sebagai ancaman serius bagi mereka yang berani mengusik keluarganya.Namun, meski berhasil mengganggu rencana Rosso, Luca menyadari bahwa ia masih jauh dari aman. Serangan balik dari pihak Rosso pasti akan datang, dan ia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi itu. Kini, Luca mengarahkan perhatiannya pada satu hal—memperkuat pertahanan dan merencanakan langkah berikutnya.Di ruang pertemuan keluarga Ombra, Luca duduk di kursi utama, dikelilingi oleh orang-orang terpercayanya, termasuk Dante dan beberapa penasihat senior yang setia pada keluarga Ombra sejak ayahnya masih memimpin. Mereka berkumpul untuk membi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 6: Pertemuan dalam Bayang-bayang

    Beberapa minggu berlalu sejak serangan Luca terhadap kasino keluarga Rosso. Dampak serangan itu berhasil merusak salah satu sumber pendapatan utama mereka dan menyebabkan ketegangan yang lebih dalam di antara dua keluarga besar yang sedang bertikai. Namun, Luca tahu bahwa Rosso tidak akan tinggal diam. Serangan balik dari pihak musuh bukan hanya sekadar kemungkinan, melainkan kepastian yang hanya tinggal menunggu waktu.Pada suatu malam yang dingin, di tengah temaram lampu jalanan, Luca menerima pesan dari seseorang yang tak ia duga akan menghubunginya—Matteo, salah satu pemimpin keluarga besar lain di kota itu. Matteo dikenal licik dan hanya peduli pada kekuasaannya sendiri. Keluarganya tidak berpihak pada Ombra atau Rosso, tetapi memiliki hubungan bisnis dengan keduanya. Matteo adalah tipe orang yang menyeimbangkan aliansinya berdasarkan keuntungan, dan biasanya ia menghindari keterlibatan dalam konflik antar-keluarga besar.Pesan Matteo singkat, namun jelas: ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 7: Rencana Baru dalam Kegelapan

    Setelah ledakan besar yang menghancurkan gudang senjata keluarga Rosso, kota menjadi semakin mencekam. Keluarga Rosso terpukul besar, dan kabar tentang serangan itu menyebar dengan cepat. Keluarga-keluarga lain yang sebelumnya hanya mengamati dari jauh mulai waspada, menyadari bahwa pertempuran ini akan membawa dampak pada keseimbangan kekuasaan di kota. Luca Ombra kini dipandang sebagai ancaman serius oleh musuh-musuhnya, tapi juga sebagai pemimpin yang tidak ragu mengambil tindakan ekstrem demi melindungi keluarga.Namun, meski Luca berhasil mengirimkan pesan yang kuat kepada Rosso, ia tahu bahwa perang ini masih jauh dari kata selesai. Keluarga Rosso akan semakin bertekad untuk menjatuhkan Ombra, dan Luca harus selalu bersiap untuk menghadapi rencana balasan mereka. Di sisi lain, ia juga harus mengawasi Matteo, karena menyerahkan sebagian wilayah di distrik timur merupakan keputusan besar yang bisa mengancam kekuasaan Ombra dalam jangka panjang.Malam itu, Luca

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 8: Pengkhianatan di Antara Bayangan*

    Setelah kemenangan di distrik selatan, keluarga Ombra mulai memperoleh kembali pengaruh mereka di kota. Setiap pertempuran yang mereka menangkan, setiap aliansi yang mereka bentuk, memperkuat posisi mereka melawan keluarga Rosso. Namun, Luca tahu bahwa kemenangan ini tidak menjamin berakhirnya perang. Setiap kali Ombra unggul, Rosso hanya akan menjadi semakin haus darah, semakin licik, dan semakin berbahaya.Malam itu, Luca duduk di ruangannya, menatap peta kota yang tergelar di atas meja. Di depannya, terdapat catatan-catatan tentang posisi keluarga Rosso yang masih tersisa, wilayah-wilayah yang rentan, dan sekutu-sekutu yang mulai ragu dengan pilihan mereka. Dante berdiri di sampingnya, membantu Luca menyusun strategi baru. Di antara ketenangan ini, terdengar ketukan pelan di pintu.“Masuk,” kata Luca tanpa berpaling dari peta.Pintu terbuka, dan salah satu orang kepercayaannya masuk dengan wajah tegang. "Tuan Luca, ada seorang wanita yang ingin bertemu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 9: Rencana Penggulingan

    Setelah memberi Marco kesempatan terakhir, Luca memutuskan untuk memanfaatkan pengkhianatan ini sebagai alat. Meski hati kecilnya masih diselimuti kekecewaan, ia tahu bahwa keahlian Marco dalam memahami operasi keluarga Rosso bisa menjadi senjata yang sangat berharga. Luca tidak hanya berencana menjatuhkan keluarga Rosso—ia ingin menancapkan kekuatan keluarga Ombra di kota dengan lebih kokoh, sehingga tak seorang pun berani melawan mereka lagi.Luca memanggil Dante dan beberapa anggota terpercayanya untuk rapat rahasia di markas keluarga Ombra. Malam itu, mereka duduk di ruang bawah tanah yang remang-remang, dikelilingi peta, dokumen, dan catatan-catatan yang menggambarkan semua yang mereka ketahui tentang gerakan Rosso. Dante memandangi Marco dengan penuh curiga, tapi Luca meyakinkan semua orang untuk memberikan Marco kesempatan."Marco akan menjadi sumber informasi kita," Luca membuka rapat dengan nada tegas. "Dia tahu banyak tentang pergerakan keluarga Rosso dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 10: Musuh dari Luar

    Berita tentang rencana keluarga Rosso yang mendatangkan bantuan dari luar negeri beredar dengan cepat di antara anggota keluarga Ombra. Kabar ini membuat mereka semua terkejut sekaligus tegang. Sejauh ini, perang mereka adalah konflik dalam kota, meski cukup brutal. Namun, jika Rosso benar-benar melibatkan mafia asing, keluarga Ombra menghadapi ancaman yang jauh lebih besar dari sebelumnya.Luca mengumpulkan semua anggota terdekatnya, termasuk Dante dan Marco, di ruang bawah tanah yang biasanya menjadi tempat diskusi rahasia. Di ruangan gelap yang hanya diterangi cahaya lampu kecil, ia membuka rapat itu dengan nada serius. “Rosso telah mengambil langkah baru. Mereka menghubungi mafia luar negeri, kemungkinan besar dari Eropa Timur,” kata Luca. “Kita tahu kelompok ini memiliki koneksi luas, senjata modern, dan taktik yang jauh lebih licik. Jika mereka berhasil datang ke sini, kita mungkin menghadapi kekuatan yang lebih besar dari yang bisa kita bayangkan.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 11: Persekutuan yang Tak Terduga

    Beberapa hari setelah kemenangan mereka di pelabuhan, Luca menyadari bahwa tekanan dari keluarga Rosso belum berakhir. Rosso mungkin saja kalah dalam upaya membawa bantuan mafia dari luar negeri, namun kekalahan itu bukan berarti akhir. Di balik kegagalan mereka, Luca yakin keluarga Rosso pasti merencanakan langkah berikutnya, yang mungkin lebih licik dan berbahaya.Kabar yang beredar di kota mulai menguatkan kekhawatiran Luca. Ada rumor bahwa keluarga Rosso kini mencoba mendekati beberapa kelompok kecil yang sebelumnya netral atau bahkan memiliki konflik lama dengan keluarga Ombra. Jika Rosso berhasil membentuk aliansi dengan mereka, kekuatan gabungan itu bisa menjadi ancaman serius.Dante masuk ke ruangan Luca dengan wajah serius. “Luca, aku baru saja menerima informasi dari salah satu informan kita di distrik utara. Keluarga Rosso mengadakan pertemuan rahasia dengan beberapa kelompok kecil malam ini. Kita belum tahu siapa saja kelompok itu, tapi sepertinya Rosso

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15

Bab terbaru

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 55: Perang Dimulai

    Berlin menjadi saksi bisu ketegangan yang tak terlihat di balik gemerlapnya lampu-lampu kota. Setelah berhasil menyusup ke markas Bayangan Kedua, Luca, Elena, dan Marco tahu mereka tidak bisa berlama-lama di kota ini. Informasi yang mereka bawa terlalu penting untuk disimpan terlalu lama tanpa tindakan. Namun, pergerakan mereka kini diikuti, dan waktu untuk bersembunyi sudah hampir habis. Di apartemen kecil yang mereka sewa, Elena memimpin analisis mendalam terhadap data yang mereka curi. Peta digital, pesan-pesan terenkripsi, dan dokumen keuangan menjadi bahan utama mereka. Semua bukti itu menunjukkan bahwa Bayangan Kedua sedang mempersiapkan sebuah operasi besar, yang disebut “Proyek Valhalla.” “Elena, apa sebenarnya proyek ini?” tanya Marco, duduk di sofa dengan pistol di pangkuannya. Elena mengerutkan kening sambil mengetik cepat di laptopnya. “Proyek Valhalla tampaknya adalah serangkaian serangan terkoordinasi di berbagai negara. Mereka menarget

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 54: Jejak di Berlin

    Hening malam Berlin hanya sesekali terganggu oleh deru mobil yang melintasi jalan-jalan sempitnya. Kota itu menyimpan sejuta rahasia, dan malam ini, Luca, Elena, dan Marco berada di tengah-tengahnya, menyamar sebagai turis yang tampak biasa. Mereka tiba di Berlin dengan tujuan yang jelas: menemukan titik koordinat terakhir yang ditandai pada peta yang mereka curi dari markas Bayangan Kedua di Budapest. "Tempat ini jauh lebih sibuk dibandingkan hutan tempat kita bersembunyi," kata Marco, berjalan di trotoar sambil memegang tasnya dengan erat. "Dan aku tidak suka itu." "Kita hanya perlu menyatu dengan keramaian," jawab Elena. "Tidak ada yang akan mencurigai kita kalau kita terlihat seperti orang lokal." Luca mengangguk setuju. "Kita fokus pada misi. Gedung yang kita cari ada di distrik Mitte, sebuah kawasan perkantoran yang cukup sibuk. Kita akan bergerak tengah malam, saat keamanan paling lemah." Mereka berjalan menuju s

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 53: Pertarungan yang Tak Terhindarkan

    Suara kendaraan yang mendekat membuat suasana di pondok semakin tegang. Marco berdiri di ambang pintu, mencoba mengintip dari celah kecil. Di kejauhan, lampu sorot kendaraan terlihat menembus kegelapan hutan. “Mereka sudah sampai,” bisik Marco. Elena segera mengambil posisi di samping jendela, senjata di tangan. Luca memeriksa Krylov yang tetap terikat di kursinya, wajahnya masih dengan senyuman mengejek. “Apakah kau memberitahu mereka lokasimu?” tanya Luca dingin. Krylov mengangkat bahu. “Mungkin saja. Kau tahu, Bayangan Kedua punya cara mereka sendiri.” “Bungkam dia,” kata Elena tajam. Luca memutuskan untuk menyumpal mulut Krylov dengan kain, memastikan dia tidak bisa berteriak atau memberi isyarat apa pun. “Marco, berapa banyak?” tanya Luca sambil memeriksa senjatanya. “Dua mobil, setidaknya delapan orang,” jawab Marco sambil melangkah mundur dari pintu.

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 54: Jejak di Berlin

    Hening malam Berlin hanya sesekali terganggu oleh deru mobil yang melintasi jalan-jalan sempitnya. Kota itu menyimpan sejuta rahasia, dan malam ini, Luca, Elena, dan Marco berada di tengah-tengahnya, menyamar sebagai turis yang tampak biasa. Mereka tiba di Berlin dengan tujuan yang jelas: menemukan titik koordinat terakhir yang ditandai pada peta yang mereka curi dari markas Bayangan Kedua di Budapest. "Tempat ini jauh lebih sibuk dibandingkan hutan tempat kita bersembunyi," kata Marco, berjalan di trotoar sambil memegang tasnya dengan erat. "Dan aku tidak suka itu." "Kita hanya perlu menyatu dengan keramaian," jawab Elena. "Tidak ada yang akan mencurigai kita kalau kita terlihat seperti orang lokal." Luca mengangguk setuju. "Kita fokus pada misi. Gedung yang kita cari ada di distrik Mitte, sebuah kawasan perkantoran yang cukup sibuk. Kita akan bergerak tengah malam, saat keamanan paling lemah." Mereka berjalan menuju sebuah hostel sederha

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 52: Jaring Perangkap

    Setelah perjalanan panjang, Luca, Elena, dan Marco akhirnya tiba di sebuah pondok kecil di tengah hutan, tempat perlindungan yang sebelumnya mereka gunakan sebagai markas darurat. Pondok itu sederhana, dengan dinding kayu yang mulai lapuk dan jendela kecil yang hampir tidak memberikan cahaya. Namun, di dalamnya terdapat persediaan yang cukup untuk bertahan beberapa hari. Krylov, yang tangannya masih terikat, diseret masuk oleh Marco. Pria itu tetap tersenyum seperti biasanya, meskipun keadaannya sekarang jauh dari menyenangkan. “Tempat ini cukup terpencil. Kita aman untuk sementara,” kata Marco sambil mengunci pintu belakang. “Kita harus bergerak cepat,” ujar Elena sambil memeriksa senjatanya. “Bayangan Kedua tidak akan menyerah sampai mereka mendapatkan Krylov kembali.” Luca mengangguk setuju. “Kita harus memanfaatkan waktu ini untuk menggali informasi sebanyak mungkin darinya.” ### **Interogasi Dimulai** Krylov didu

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 51: Jejak Bayangan yang Memudar

    Kendaraan melaju kencang melewati jalan-jalan sepi di luar Praha. Di dalamnya, suasana penuh ketegangan. Luca duduk di kursi depan, tangannya erat menggenggam setir. Di belakang, Elena dan Marco duduk berjaga dengan senjata di tangan, sementara Krylov yang terborgol tersenyum sinis, seolah tidak gentar sedikit pun meski dia sudah menjadi tawanan mereka. “Kita ke mana sekarang?” tanya Elena, memecah keheningan. “Markas sementara di luar kota,” jawab Luca sambil tetap fokus pada jalan. “Kita tidak bisa menuju pangkalan utama. Mereka mungkin sudah memantau semua jalur ke sana.” Marco menatap Krylov dengan tajam. “Pria ini pasti punya lebih banyak trik. Jangan sampai kita lengah.” Krylov tertawa kecil. “Ah, kalian terlalu berlebihan. Aku hanya seorang pria tua yang kalah dalam pertarungan, bukan?” “Kalah?” Elena mendekatkan wajahnya ke Krylov. “Jangan terlalu percaya diri. Kita sudah menghancurkan sebagian besar jaringanmu. Kau buka

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 50: Pertarungan di Praha

    Ketegangan semakin memuncak ketika Luca, Elena, dan Marco tiba di Praha. Kota yang biasanya dikenal karena keindahan arsitektur dan romantisme sungainya kini menjadi medan pertempuran terakhir mereka. Informasi dari Volkov membawa mereka ke sebuah bangunan tua di jantung kota, yang disinyalir sebagai tempat Krylov bersembunyi. "Kita tidak punya banyak waktu," ujar Luca sambil memeriksa senjata di tangannya. "Kalau informasi Volkov benar, Krylov sedang mempersiapkan sesuatu yang besar di sini." Elena menatap layar ponselnya yang menampilkan denah bangunan itu. "Bangunan ini memiliki banyak jalan keluar. Kita harus berhati-hati." Marco, yang sedang memeriksa peralatan mereka, menambahkan, "Aku yakin dia sudah menyiapkan pasukan untuk melindungi dirinya. Kita harus siap untuk kemungkinan terburuk." Luca mengangguk. "Kita selesaikan ini malam ini. Krylov harus dihentikan." ### **Masuk ke Sarang Krylov** Malam itu, mereka

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 49: Jejak yang Hilang

    Pagi itu, salju masih turun dengan lebat, menyelimuti pegunungan dengan lapisan putih tebal. Luca, Elena, dan Marco duduk di dalam sebuah pondok kecil yang tersembunyi di antara pepohonan. Pondok itu menjadi tempat perlindungan sementara mereka setelah pelarian semalam yang nyaris merenggut nyawa mereka. Di atas meja kayu yang sederhana, tablet yang berhasil mereka curi dari vila Krylov menjadi pusat perhatian. Data di dalamnya adalah kunci untuk menghancurkan organisasi Bayangan Kedua, tetapi informasinya terlalu banyak untuk dipecahkan dalam semalam. "Kita harus memecahkan ini sekarang," kata Luca sambil menatap layar tablet. "Kalau tidak, mereka akan selangkah lebih maju dari kita." Elena, yang duduk di seberang meja dengan secangkir kopi di tangannya, mengangguk. "Aku setuju, tapi ada terlalu banyak lokasi di sini. Bagaimana kita tahu di mana Krylov sebenarnya berada?" Marco, yang sedang memeriksa senjata mereka, menambahkan, "Kita tid

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 48: Benteng di Tengah Salju

    Angin dingin menerpa wajah Luca saat ia berdiri di atas puncak bukit, mengamati vila megah yang tersembunyi di antara pegunungan Swiss. Dari kejauhan, vila itu terlihat seperti istana kecil dengan dinding putih bersih yang bersinar di bawah cahaya bulan. Namun, Luca tahu bahwa di balik keindahannya tersembunyi ancaman yang mematikan. "Penjagaan ketat," gumam Marco di sebelahnya, matanya memperhatikan setiap gerakan di sekitar vila melalui teropong. "Ada patroli setiap lima menit, dan aku bisa melihat kamera di hampir setiap sudut." "Ini seperti benteng," tambah Elena, yang berdiri sedikit di belakang mereka. Dia memeluk tubuhnya untuk melawan dingin, meskipun fokusnya tetap pada rencana mereka. Luca mengangguk. "Krylov tidak akan membuat ini mudah. Tapi kita sudah sampai sejauh ini, dan kita tidak akan mundur." Elena menghela napas panjang. "Rencana kita?" "Kita harus menyusup ke dalam vila tanpa terdeteksi," jawab Luca. "Jika k

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status