Home / Fiksi Remaja / Kebangkitan Sang Bayangan / Bab 5: Peringatan di Tengah Kekacauan

Share

Bab 5: Peringatan di Tengah Kekacauan

Author: Pyyupyy_
last update Last Updated: 2024-11-10 22:01:01

Hari itu, kota kembali diselimuti ketegangan yang tidak kasat mata, seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja. Keberanian Luca dalam menggagalkan aliansi yang coba dibangun oleh keluarga Rosso berhasil menyebarkan ketakutan di antara keluarga-keluarga lainnya. Mereka mulai melihat Luca Ombra bukan hanya sebagai pewaris muda yang penuh ambisi, tetapi juga sebagai ancaman serius bagi mereka yang berani mengusik keluarganya.

Namun, meski berhasil mengganggu rencana Rosso, Luca menyadari bahwa ia masih jauh dari aman. Serangan balik dari pihak Rosso pasti akan datang, dan ia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi itu. Kini, Luca mengarahkan perhatiannya pada satu hal—memperkuat pertahanan dan merencanakan langkah berikutnya.

Di ruang pertemuan keluarga Ombra, Luca duduk di kursi utama, dikelilingi oleh orang-orang terpercayanya, termasuk Dante dan beberapa penasihat senior yang setia pada keluarga Ombra sejak ayahnya masih memimpin. Mereka berkumpul untuk membicarakan rencana perlindungan keluarga dan strategi selanjutnya.

“Keluarga Rosso pasti merencanakan serangan balik,” ucap Dante membuka pertemuan dengan nada serius. “Kita berhasil membuat mereka ragu, tapi mereka tidak akan tinggal diam. Mereka akan datang mencari kita, dan kali ini, mungkin dengan kekuatan yang lebih besar.”

Luca mengangguk pelan. “Itu sebabnya kita harus selalu satu langkah di depan mereka. Kita akan mempersiapkan pertahanan di semua titik rawan. Jangan biarkan mereka menemukan celah untuk menyerang keluarga kita.”

Seorang penasihat senior, Pietro, yang telah lama menjadi tangan kanan ayahnya, berbicara dengan nada bijaksana. “Kita bisa memperkuat keamanan di sekitar tempat-tempat utama kita, tetapi kita juga harus memastikan bahwa kita tidak terlihat lemah. Jika kita hanya fokus bertahan, mereka akan mengira kita ketakutan.”

Kata-kata Pietro menyadarkan Luca. Memang benar, keluarga Ombra tidak boleh hanya bertahan. Dunia ini penuh dengan simbol, dan tanda kelemahan sekecil apa pun bisa dimanfaatkan musuh. Luca perlu menunjukkan bahwa ia bukan hanya siap untuk bertahan, tetapi juga siap untuk menyerang.

“Bagaimana jika kita kirimkan pesan peringatan kepada mereka?” tanya Luca dengan tatapan tajam. “Kita tidak hanya diam dan menunggu, tapi kita menunjukkan bahwa keluarga Ombra selalu siap menghadapi apapun.”

Dante mengangguk setuju. “Itu bisa memperlihatkan posisi kita yang tegas. Tapi peringatan macam apa yang kau maksud, Luca?”

Luca berpikir sejenak, kemudian tatapannya berubah dingin. “Kita harus membuat mereka merasakan dampak serangan kita di jantung pertahanan mereka. Jika mereka memiliki tempat yang dianggap suci, atau anggota keluarga yang paling mereka sayangi, kita kirimkan peringatan pada mereka melalui itu.”

Namun, sebelum rencana itu bisa dijalankan, seorang anak buah keluarga Ombra datang dengan tergesa-gesa, membawa kabar yang mengejutkan. “Tuan Luca, ada berita penting. Salah satu orang kita diserang di bagian utara kota. Sepertinya, ini balasan dari Rosso.”

Ruangan itu menjadi sunyi sejenak, dan Luca merasakan amarah yang menggelegak di dalam dirinya. Ia tahu ini adalah bagian dari perang yang ia mulai, tetapi ia tak bisa menahan kemarahannya ketika melihat orang-orangnya terluka.

“Berapa korban kita?” tanya Luca dingin, berusaha mengendalikan emosinya.

“Hanya satu yang terluka parah, tapi banyak yang mengalami luka-luka kecil,” jawab pria itu dengan wajah penuh ketakutan. “Mereka ingin kita tahu bahwa mereka tidak akan diam saja.”

Mendengar itu, Luca mengepalkan tinjunya. Amarah yang selama ini terkendali perlahan mulai mengguncang ketenangannya. Ia tahu bahwa dirinya harus tegar, tetapi kejadian ini menambah bara api di hatinya. Dante yang berada di sisinya menyentuh bahu Luca, memberikan pengingat untuk tetap tenang.

“Ini yang mereka inginkan, Luca. Jangan biarkan mereka melihat amarahmu. Mereka ingin kau terpancing untuk membuat kesalahan,” bisik Dante dengan nada penuh ketegasan.

Luca mengangguk, mengambil napas dalam-dalam, dan menguatkan dirinya. Ia tahu bahwa ia harus menjaga ketenangan demi kepentingan keluarga. Setelah berpikir beberapa saat, Luca mulai merencanakan langkah berikutnya. Ia tahu bahwa kali ini, ia harus mengendalikan situasi dan menunjukkan kekuatan dengan cara yang lebih terencana.

“Kita akan mengirim pesan, tapi kali ini, kita akan menyentuh salah satu wilayah yang mereka anggap sebagai pusat kekuatan mereka,” kata Luca sambil menatap Dante dengan mata yang penuh tekad. “Kita akan menyerang salah satu bisnis utama keluarga Rosso. Bukan untuk membunuh, tapi untuk mengirimkan peringatan yang tak bisa mereka abaikan.”

Dante setuju dengan ide tersebut. Mereka memilih salah satu kasino yang menjadi sumber pendapatan utama bagi keluarga Rosso. Serangan ini akan memberikan pesan yang jelas—bahwa keluarga Ombra tidak akan pernah mundur.

**

Beberapa hari kemudian, di tengah malam yang sunyi, Luca dan timnya menyelinap menuju kasino milik keluarga Rosso yang terletak di pusat kota. Tempat itu merupakan salah satu sumber penghasilan terbesar Rosso, dan menyerang kasino ini akan memberikan dampak finansial yang cukup besar pada mereka.

Luca mengenakan pakaian hitam lengkap, siap untuk bergerak. Dante, seperti biasa, berada di sampingnya. Dengan senjata di tangan dan ketegangan yang menyelimuti, mereka bergerak dengan cepat dan senyap.

Ketika mereka tiba di dekat kasino, Luca memberikan isyarat pada timnya untuk memposisikan diri. Luca tahu bahwa serangan ini bukan hanya sekadar balasan; ini adalah bentuk peringatan bahwa keluarga Ombra tidak akan pernah mengizinkan siapa pun mengusik mereka tanpa menerima konsekuensi.

Dante menempatkan beberapa alat peledak kecil di pintu belakang kasino, cukup untuk menciptakan kekacauan tanpa mengakibatkan korban jiwa yang signifikan. Luca menunggu di balik bayangan, memperhatikan setiap gerakan. Setelah semua siap, Dante memberikan isyarat, dan dalam hitungan detik, ledakan kecil terjadi, menciptakan kepanikan di dalam kasino.

Para pengunjung berteriak dan berhamburan keluar, sedangkan penjaga kasino terlihat bingung, mencari sumber kekacauan. Luca dan timnya bergerak cepat, mengambil kendali situasi dan menembakkan beberapa peluru ke langit sebagai peringatan.

“Beri tahu bos kalian,” ujar Dante dengan suara keras pada salah satu penjaga yang terlihat ketakutan. “Keluarga Ombra tidak akan tinggal diam. Kalian telah melukai kami, dan ini baru balasannya.”

Mereka meninggalkan kasino yang masih berantakan dan kembali ke markas dengan cepat. Serangan itu telah mengirimkan pesan yang kuat dan jelas bagi keluarga Rosso—bahwa Ombra tidak akan membiarkan serangan itu tanpa balasan.

**

Malam itu, ketika Luca duduk di ruang kerjanya, ia merasakan kepuasan yang tenang. Ia telah melakukan apa yang perlu dilakukan. Keluarga Ombra telah mengirimkan pesan mereka dengan tegas. Namun, di balik perasaan puas itu, Luca juga menyadari sesuatu yang lebih dalam.

Ia sedang menapaki jalan yang berbahaya, jalan yang tak memberinya pilihan untuk mundur. Setiap tindakan yang ia ambil, setiap keputusan yang ia buat, akan membawanya semakin dalam ke dalam dunia yang penuh kekerasan dan dendam.

Dante masuk dan menatap Luca dengan mata penuh kebanggaan. “Kau berhasil mengirimkan pesan yang kuat, Luca. Rosso akan berpikir dua kali sebelum mencoba menyerang kita lagi.”

Namun, Luca tahu bahwa pertarungan ini belum berakhir. Serangan balik akan terus datang, dan ia harus selalu siap. Dunia ini tidak mengenal belas kasihan, dan Luca Ombra harus menghadapinya dengan kekuatan serta kecerdikan yang tak boleh goyah.

Dalam hati, ia bersumpah untuk melindungi keluarganya, apapun yang terjadi. Di dunia ini, hanya satu aturan yang berlaku—bertahan hidup dengan segala cara, atau mati di tangan musuh.

Related chapters

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 6: Pertemuan dalam Bayang-bayang

    Beberapa minggu berlalu sejak serangan Luca terhadap kasino keluarga Rosso. Dampak serangan itu berhasil merusak salah satu sumber pendapatan utama mereka dan menyebabkan ketegangan yang lebih dalam di antara dua keluarga besar yang sedang bertikai. Namun, Luca tahu bahwa Rosso tidak akan tinggal diam. Serangan balik dari pihak musuh bukan hanya sekadar kemungkinan, melainkan kepastian yang hanya tinggal menunggu waktu.Pada suatu malam yang dingin, di tengah temaram lampu jalanan, Luca menerima pesan dari seseorang yang tak ia duga akan menghubunginya—Matteo, salah satu pemimpin keluarga besar lain di kota itu. Matteo dikenal licik dan hanya peduli pada kekuasaannya sendiri. Keluarganya tidak berpihak pada Ombra atau Rosso, tetapi memiliki hubungan bisnis dengan keduanya. Matteo adalah tipe orang yang menyeimbangkan aliansinya berdasarkan keuntungan, dan biasanya ia menghindari keterlibatan dalam konflik antar-keluarga besar.Pesan Matteo singkat, namun jelas: ia

    Last Updated : 2024-11-10
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 7: Rencana Baru dalam Kegelapan

    Setelah ledakan besar yang menghancurkan gudang senjata keluarga Rosso, kota menjadi semakin mencekam. Keluarga Rosso terpukul besar, dan kabar tentang serangan itu menyebar dengan cepat. Keluarga-keluarga lain yang sebelumnya hanya mengamati dari jauh mulai waspada, menyadari bahwa pertempuran ini akan membawa dampak pada keseimbangan kekuasaan di kota. Luca Ombra kini dipandang sebagai ancaman serius oleh musuh-musuhnya, tapi juga sebagai pemimpin yang tidak ragu mengambil tindakan ekstrem demi melindungi keluarga.Namun, meski Luca berhasil mengirimkan pesan yang kuat kepada Rosso, ia tahu bahwa perang ini masih jauh dari kata selesai. Keluarga Rosso akan semakin bertekad untuk menjatuhkan Ombra, dan Luca harus selalu bersiap untuk menghadapi rencana balasan mereka. Di sisi lain, ia juga harus mengawasi Matteo, karena menyerahkan sebagian wilayah di distrik timur merupakan keputusan besar yang bisa mengancam kekuasaan Ombra dalam jangka panjang.Malam itu, Luca

    Last Updated : 2024-11-12
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 8: Pengkhianatan di Antara Bayangan*

    Setelah kemenangan di distrik selatan, keluarga Ombra mulai memperoleh kembali pengaruh mereka di kota. Setiap pertempuran yang mereka menangkan, setiap aliansi yang mereka bentuk, memperkuat posisi mereka melawan keluarga Rosso. Namun, Luca tahu bahwa kemenangan ini tidak menjamin berakhirnya perang. Setiap kali Ombra unggul, Rosso hanya akan menjadi semakin haus darah, semakin licik, dan semakin berbahaya.Malam itu, Luca duduk di ruangannya, menatap peta kota yang tergelar di atas meja. Di depannya, terdapat catatan-catatan tentang posisi keluarga Rosso yang masih tersisa, wilayah-wilayah yang rentan, dan sekutu-sekutu yang mulai ragu dengan pilihan mereka. Dante berdiri di sampingnya, membantu Luca menyusun strategi baru. Di antara ketenangan ini, terdengar ketukan pelan di pintu.“Masuk,” kata Luca tanpa berpaling dari peta.Pintu terbuka, dan salah satu orang kepercayaannya masuk dengan wajah tegang. "Tuan Luca, ada seorang wanita yang ingin bertemu

    Last Updated : 2024-11-13
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 9: Rencana Penggulingan

    Setelah memberi Marco kesempatan terakhir, Luca memutuskan untuk memanfaatkan pengkhianatan ini sebagai alat. Meski hati kecilnya masih diselimuti kekecewaan, ia tahu bahwa keahlian Marco dalam memahami operasi keluarga Rosso bisa menjadi senjata yang sangat berharga. Luca tidak hanya berencana menjatuhkan keluarga Rosso—ia ingin menancapkan kekuatan keluarga Ombra di kota dengan lebih kokoh, sehingga tak seorang pun berani melawan mereka lagi.Luca memanggil Dante dan beberapa anggota terpercayanya untuk rapat rahasia di markas keluarga Ombra. Malam itu, mereka duduk di ruang bawah tanah yang remang-remang, dikelilingi peta, dokumen, dan catatan-catatan yang menggambarkan semua yang mereka ketahui tentang gerakan Rosso. Dante memandangi Marco dengan penuh curiga, tapi Luca meyakinkan semua orang untuk memberikan Marco kesempatan."Marco akan menjadi sumber informasi kita," Luca membuka rapat dengan nada tegas. "Dia tahu banyak tentang pergerakan keluarga Rosso dan

    Last Updated : 2024-11-14
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 10: Musuh dari Luar

    Berita tentang rencana keluarga Rosso yang mendatangkan bantuan dari luar negeri beredar dengan cepat di antara anggota keluarga Ombra. Kabar ini membuat mereka semua terkejut sekaligus tegang. Sejauh ini, perang mereka adalah konflik dalam kota, meski cukup brutal. Namun, jika Rosso benar-benar melibatkan mafia asing, keluarga Ombra menghadapi ancaman yang jauh lebih besar dari sebelumnya.Luca mengumpulkan semua anggota terdekatnya, termasuk Dante dan Marco, di ruang bawah tanah yang biasanya menjadi tempat diskusi rahasia. Di ruangan gelap yang hanya diterangi cahaya lampu kecil, ia membuka rapat itu dengan nada serius. “Rosso telah mengambil langkah baru. Mereka menghubungi mafia luar negeri, kemungkinan besar dari Eropa Timur,” kata Luca. “Kita tahu kelompok ini memiliki koneksi luas, senjata modern, dan taktik yang jauh lebih licik. Jika mereka berhasil datang ke sini, kita mungkin menghadapi kekuatan yang lebih besar dari yang bisa kita bayangkan.”

    Last Updated : 2024-11-14
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 11: Persekutuan yang Tak Terduga

    Beberapa hari setelah kemenangan mereka di pelabuhan, Luca menyadari bahwa tekanan dari keluarga Rosso belum berakhir. Rosso mungkin saja kalah dalam upaya membawa bantuan mafia dari luar negeri, namun kekalahan itu bukan berarti akhir. Di balik kegagalan mereka, Luca yakin keluarga Rosso pasti merencanakan langkah berikutnya, yang mungkin lebih licik dan berbahaya.Kabar yang beredar di kota mulai menguatkan kekhawatiran Luca. Ada rumor bahwa keluarga Rosso kini mencoba mendekati beberapa kelompok kecil yang sebelumnya netral atau bahkan memiliki konflik lama dengan keluarga Ombra. Jika Rosso berhasil membentuk aliansi dengan mereka, kekuatan gabungan itu bisa menjadi ancaman serius.Dante masuk ke ruangan Luca dengan wajah serius. “Luca, aku baru saja menerima informasi dari salah satu informan kita di distrik utara. Keluarga Rosso mengadakan pertemuan rahasia dengan beberapa kelompok kecil malam ini. Kita belum tahu siapa saja kelompok itu, tapi sepertinya Rosso

    Last Updated : 2024-11-15
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 12: Pertempuran di Kediaman Franco

    Di tengah malam yang dingin dan sepi, Luca dan pasukannya bergerak cepat menuju kediaman Franco. Mereka tahu bahwa waktu sangat terbatas; keluarga Rosso bisa menyerang kapan saja. Di balik ketenangan kota, terselip ketegangan yang semakin memuncak, menanti pecah dalam bentrokan berdarah.Ketika mereka mendekati rumah Franco, Luca melihat beberapa orang berjaga di luar, wajah-wajah mereka tegang dan siap menghadapi ancaman. Franco sendiri sedang berdiri di depan pintu rumahnya, mengamati jalan dengan mata waspada. Begitu melihat Luca dan pasukannya, ia melangkah maju, menunjukkan wajah lega sekaligus penuh kewaspadaan.“Luca, aku tahu Rosso tidak akan membiarkan kita begitu saja,” kata Franco sambil menggenggam senjatanya erat-erat. “Tapi aku tidak menyangka mereka akan bergerak secepat ini.”“Kami tidak akan membiarkan mereka menghancurkan aliansi kita,” jawab Luca sambil menepuk bahu Franco. “Malam ini, kita akan menunjukkan pada Rosso bahwa mereka tidak

    Last Updated : 2024-11-15
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 13: Bayangan Rencana Baru

    Fajar menyingsing di atas kota yang baru saja menyaksikan salah satu pertempuran paling sengit dalam sejarah perebutan kekuasaan keluarga mafia. Luca berdiri di atap salah satu bangunan di markas keluarga Ombra, memandang jalanan kota yang mulai ramai. Luka kecil di lengannya terasa perih, tetapi tidak sebanding dengan beban pikiran yang terus menghantuinya. Ia tahu kemenangan di kediaman Franco hanyalah permulaan dari peperangan yang lebih besar.Di dalam markas, Dante dan Marco sedang membahas langkah selanjutnya bersama Franco. Kamar itu penuh asap rokok, dan peta besar kota terbentang di atas meja, dipenuhi lingkaran-lingkaran merah yang menandai wilayah-wilayah strategis keluarga Rosso.“Kita berhasil memukul mundur mereka,” kata Dante, matanya menatap peta dengan intens. “Tapi mereka masih memiliki pos-pos yang tersebar di bagian timur kota. Jika kita ingin menghentikan Rosso sepenuhnya, kita harus menghancurkan jantung operasi mereka.”Franco mengan

    Last Updated : 2024-11-16

Latest chapter

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 45: Pertarungan Tanpa Jalan Pulang

    Lorong-lorong markas Bayangan Kedua kini bergema oleh suara tembakan dan teriakan perintah. Luca dan timnya, yang terjebak dalam posisi bertahan, memanfaatkan setiap detik untuk mencari celah di tengah kekacauan. Sirene yang meraung-raung membuat situasi semakin mencekam, seolah memberi tanda bahwa pertempuran ini akan menentukan segalanya. Marco, dengan tangannya yang cekatan, berhasil menemukan jalur alternatif di perangkatnya. “Ada tangga darurat di ujung lorong sebelah kiri,” katanya sambil tetap bersembunyi di balik dinding. “Itu akan membawa kita langsung ke lantai atas, tempat pusat komando berada.” “Kalau begitu kita bergerak sekarang!” ujar Luca tegas. Vittorio memberikan tembakan perlindungan sementara Marco, Elena, dan Lark mulai berlari ke arah tangga yang dimaksud. Tubuh mereka bergerak cepat, tetapi hati-hati, memastikan tidak ada celah bagi musuh untuk menyerang. Ketika mereka mencapai tangga, mereka menemukan bahwa pintu me

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 44: Api di Dalam Kegelapan

    Langit gelap menyelimuti kota Budapest, tempat Luca dan timnya menetapkan langkah berikutnya. Serangan balasan dari Bayangan Kedua telah memaksa mereka bergerak lebih cepat, meninggalkan Zurich setelah tempat persembunyian mereka terbongkar. Dengan sumber daya yang semakin terbatas dan tekanan yang meningkat, mereka harus berani mengambil langkah yang lebih agresif. Di sebuah bangunan tua di pinggir kota, Luca berdiri di depan meja kayu yang penuh dengan dokumen dan peta. Daniel Lark, yang kini telah resmi bergabung dengan tim, berdiri di sampingnya. Marco sibuk dengan laptopnya di sudut ruangan, sementara Vittorio sedang membersihkan senjata di sisi lain. “Kita telah menghancurkan tiga pusat utama mereka dalam sebulan terakhir,” kata Luca. “Tapi setiap kali kita menyerang, mereka melawan dengan lebih brutal. Serangan di Zurich adalah bukti bahwa mereka tidak akan berhenti sampai kita dilumpuhkan.” “Kabar baiknya,” ujar Lark sambil menunjuk peta, “se

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 43: Cahaya di Ujung Bayangan

    Ledakan dari helikopter yang jatuh mengguncang langit Praha, menarik perhatian warga dan pihak berwenang. Luca berdiri terengah-engah di lorong hotel, menatap tubuh Spectre yang terbaring tak bergerak di lantai. Tembakannya tepat di dada, memastikan bahwa ancaman terbesar dari Bayangan Kedua kini telah berakhir. Namun, Luca tidak merasa lega. Ia tahu, meskipun Spectre telah tiada, akar organisasi itu masih mencengkeram dunia bawah tanah dengan erat. Vittorio mendekat, napasnya juga terengah-engah. “Apakah dia benar-benar mati?” Luca mengangguk perlahan. “Ya. Tapi ini belum selesai. Bayangan Kedua adalah sistem, bukan hanya orang.” Marco berbicara melalui alat komunikasi di telinga mereka. “Kalian harus segera keluar dari sana. Polisi setempat mulai mengepung area. Aku sudah menyiapkan rute pelarian.” Vittorio menepuk bahu Luca. “Ayo, kita harus pergi. Kita tidak bisa tertangkap di sini.” Luca mengambil napas panjang, lalu berbal

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 42: Langkah di Balik Bayangan

    Pagi di Istanbul disambut dengan kabut tebal yang menyelimuti kota. Luca berdiri di balkon apartemen mereka, memandangi Bosphorus yang tenang. Di pikirannya, gambaran helikopter yang membawa Spectre melayang jauh masih menghantui. Meskipun mereka berhasil menghentikan sebagian operasi Bayangan Kedua, kegagalan menangkap Spectre membuatnya merasa ada celah dalam perencanaan mereka. Marco bergabung di sampingnya, membawa dua cangkir kopi. “Kau sudah terjaga sejak subuh,” katanya sambil menyodorkan salah satu cangkir. “Aku tidak bisa tidur,” jawab Luca. “Dia terlalu dekat, Marco. Kita hampir menangkapnya, tapi dia selalu selangkah lebih maju.” “Kita sudah memukul mundur sebagian besar operasi mereka,” kata Marco mencoba menghibur. “Odessa mungkin memberikan kita petunjuk lebih banyak. Vittorio sedang dalam perjalanan kembali dengan laporan lengkapnya.” Luca mengangguk pelan. “Aku hanya khawatir. Spectre tidak akan tinggal diam. Serangan balik

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 41: Perangkap di Dalam Bayangan

    Dini hari di Istanbul, Luca dan timnya berkumpul untuk menyusun strategi. Wajah-wajah mereka dipenuhi kelelahan, tetapi semangat juang mereka tetap membara. Informasi yang mereka dapatkan dari pertemuan sebelumnya menjadi dasar bagi rencana baru mereka. Namun, tekanan semakin terasa, mengingat mereka tahu Spectre kini menyadari keberadaan mereka. “Spectre tidak akan diam saja,” ujar Luca, memecah keheningan. “Dia tahu kita mendekatinya. Ini akan membuatnya lebih berbahaya.” Marco, yang duduk di sudut ruangan dengan laptopnya, mengetik dengan cepat. “Aku berhasil melacak beberapa transaksi terbaru dari rekening yang terkait dengan jaringan Spectre,” katanya. “Sepertinya dia sedang menggerakkan senjata ke pelabuhan di Odessa, Ukraina. Itu kemungkinan jalur utama mereka untuk menyuplai senjata ke Eropa Timur.” Vittorio menyela, “Tapi bagaimana kita bisa yakin itu bukan jebakan? Dia tahu kita memburunya. Bisa saja ini hanya pengalihan untuk menjauhkan ki

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 40: Jaring Bayangan di Istanbul

    Kota Istanbul menyambut kedatangan Luca dan timnya dengan hiruk-pikuk khasnya. Suara klakson kendaraan, sorak pedagang di Grand Bazaar, dan deru kapal di Selat Bosphorus menciptakan irama kota yang tidak pernah tidur. Namun, di balik keramaian itu, bayangan kejahatan tetap mengintai, dan Luca tahu bahwa dia harus waspada setiap saat. Informasi dari Ricardo Alvarez membawa mereka ke kota ini, tempat pertemuan penting Bayangan Kedua akan berlangsung. Pertemuan ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk menghancurkan sisa-sisa organisasi Isabella sebelum penerusnya, *Spectre*, memegang kendali penuh. Di sebuah apartemen kecil yang disewa timnya, Luca berdiri di depan papan besar yang dipenuhi peta, foto, dan catatan. Marco, Vittorio, dan beberapa anggota tim lainnya duduk di sekeliling meja, mempelajari dokumen yang baru saja mereka dapatkan dari seorang informan lokal. “Jadi, di mana pertemuan itu akan diadakan?” tanya Marco, memecah keheningan.

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 39: Ketenangan yang Rapuh

    Hari baru menyingsing di atas pelabuhan kecil di Italia. Ombak memukul lembut dermaga kayu, seolah mencoba menenangkan kegelisahan yang telah memenuhi hati Luca. Dia berdiri di atas dek kapal keluarga Ombra, memandangi cakrawala biru tanpa batas. Meski Isabella telah tenggelam bersama helikopternya, perasaan lega yang seharusnya datang belum menghampiri Luca. Sebaliknya, dadanya dipenuhi keraguan dan pertanyaan. Benarkah semuanya sudah berakhir? Atau, seperti bayangan yang tidak pernah benar-benar hilang, Isabella masih hidup di suatu tempat, menunggu saat yang tepat untuk menyerang lagi? Marco mendekat dengan secangkir kopi di tangannya. “Kau sudah tidak tidur semalaman, Luca. Kau butuh istirahat.” “Aku tidak bisa,” jawab Luca, suaranya berat. “Aku terus memikirkan apa yang dikatakan Isabella. Tentang penerusnya. Tentang Bayangan Kedua yang tidak akan pernah benar-benar hilang.” Marco menyerahkan cangkir kopi itu padanya. “Dengar, kita te

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 38: Perburuan dalam Bayangan

    Laut malam yang dingin dipenuhi oleh asap dan bau mesiu. Kapal utama Isabella yang tenggelam mulai lenyap di bawah permukaan air, menyisakan pecahan-pecahan kayu yang terombang-ambing. Luca berdiri di atas kapal keluarga Ombra, tubuhnya basah kuyup dan napasnya terengah-engah. Meskipun luka-luka yang diderita Isabella hampir pasti serius, dia merasa Isabella masih memiliki rencana cadangan. Marco mendekatinya dengan ekspresi khawatir. “Luca, kita sudah merusak sebagian besar jaringan Isabella. Ini adalah kemenangan besar.” “Tidak ada kemenangan selama dia masih hidup,” jawab Luca dengan suara datar. Matanya memandangi horison gelap. “Dia terluka, tapi dia tidak akan berhenti. Isabella adalah tipe orang yang akan merangkak keluar dari neraka untuk membalas dendam.” Vittorio, yang sedang mengatur anak buahnya untuk mengamankan wilayah sekitar, menimpali, “Kita harus memanfaatkan momentum ini. Dengan jaringan transportasinya hancur, Isabella akan kehila

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 37: Bayangan dalam Kegelapan

    Markas Isabella mulai hancur. Ledakan demi ledakan mengguncang pulau itu, membuat tanah bergetar dan api menyala di berbagai sudut. Luca berdiri di tengah kekacauan, memandangi lorong tempat Isabella menghilang. Marco dan Enzo menghampirinya. “Luca, kita harus pergi sekarang! Tempat ini akan meledak dalam beberapa menit!” teriak Marco, suaranya hampir tenggelam oleh deru ledakan. Namun Luca tidak bergerak. “Dia masih di sini. Aku harus menyelesaikan ini.” Enzo memegang bahunya. “Kau tidak bisa mengejar dia sendirian. Kita semua tahu ini jebakan.” Luca menatap Enzo dengan tajam, tapi kemudian mengangguk. “Kalian bawa tim keluar. Aku akan menyusul.” “Tidak, kau tidak bisa—” protes Marco, tapi Luca sudah berlari menuju lorong gelap, meninggalkan mereka. ### **Di Dalam Markas** Luca mengikuti jejak Isabella ke dalam ruangan utama yang tersembunyi di bawah tanah. Ruangan itu luas, penuh dengan peralatan canggih

DMCA.com Protection Status