Home / Fiksi Remaja / Kebangkitan Sang Bayangan / Bab 5: Peringatan di Tengah Kekacauan

Share

Bab 5: Peringatan di Tengah Kekacauan

Hari itu, kota kembali diselimuti ketegangan yang tidak kasat mata, seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja. Keberanian Luca dalam menggagalkan aliansi yang coba dibangun oleh keluarga Rosso berhasil menyebarkan ketakutan di antara keluarga-keluarga lainnya. Mereka mulai melihat Luca Ombra bukan hanya sebagai pewaris muda yang penuh ambisi, tetapi juga sebagai ancaman serius bagi mereka yang berani mengusik keluarganya.

Namun, meski berhasil mengganggu rencana Rosso, Luca menyadari bahwa ia masih jauh dari aman. Serangan balik dari pihak Rosso pasti akan datang, dan ia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi itu. Kini, Luca mengarahkan perhatiannya pada satu hal—memperkuat pertahanan dan merencanakan langkah berikutnya.

Di ruang pertemuan keluarga Ombra, Luca duduk di kursi utama, dikelilingi oleh orang-orang terpercayanya, termasuk Dante dan beberapa penasihat senior yang setia pada keluarga Ombra sejak ayahnya masih memimpin. Mereka berkumpul untuk membicarakan rencana perlindungan keluarga dan strategi selanjutnya.

“Keluarga Rosso pasti merencanakan serangan balik,” ucap Dante membuka pertemuan dengan nada serius. “Kita berhasil membuat mereka ragu, tapi mereka tidak akan tinggal diam. Mereka akan datang mencari kita, dan kali ini, mungkin dengan kekuatan yang lebih besar.”

Luca mengangguk pelan. “Itu sebabnya kita harus selalu satu langkah di depan mereka. Kita akan mempersiapkan pertahanan di semua titik rawan. Jangan biarkan mereka menemukan celah untuk menyerang keluarga kita.”

Seorang penasihat senior, Pietro, yang telah lama menjadi tangan kanan ayahnya, berbicara dengan nada bijaksana. “Kita bisa memperkuat keamanan di sekitar tempat-tempat utama kita, tetapi kita juga harus memastikan bahwa kita tidak terlihat lemah. Jika kita hanya fokus bertahan, mereka akan mengira kita ketakutan.”

Kata-kata Pietro menyadarkan Luca. Memang benar, keluarga Ombra tidak boleh hanya bertahan. Dunia ini penuh dengan simbol, dan tanda kelemahan sekecil apa pun bisa dimanfaatkan musuh. Luca perlu menunjukkan bahwa ia bukan hanya siap untuk bertahan, tetapi juga siap untuk menyerang.

“Bagaimana jika kita kirimkan pesan peringatan kepada mereka?” tanya Luca dengan tatapan tajam. “Kita tidak hanya diam dan menunggu, tapi kita menunjukkan bahwa keluarga Ombra selalu siap menghadapi apapun.”

Dante mengangguk setuju. “Itu bisa memperlihatkan posisi kita yang tegas. Tapi peringatan macam apa yang kau maksud, Luca?”

Luca berpikir sejenak, kemudian tatapannya berubah dingin. “Kita harus membuat mereka merasakan dampak serangan kita di jantung pertahanan mereka. Jika mereka memiliki tempat yang dianggap suci, atau anggota keluarga yang paling mereka sayangi, kita kirimkan peringatan pada mereka melalui itu.”

Namun, sebelum rencana itu bisa dijalankan, seorang anak buah keluarga Ombra datang dengan tergesa-gesa, membawa kabar yang mengejutkan. “Tuan Luca, ada berita penting. Salah satu orang kita diserang di bagian utara kota. Sepertinya, ini balasan dari Rosso.”

Ruangan itu menjadi sunyi sejenak, dan Luca merasakan amarah yang menggelegak di dalam dirinya. Ia tahu ini adalah bagian dari perang yang ia mulai, tetapi ia tak bisa menahan kemarahannya ketika melihat orang-orangnya terluka.

“Berapa korban kita?” tanya Luca dingin, berusaha mengendalikan emosinya.

“Hanya satu yang terluka parah, tapi banyak yang mengalami luka-luka kecil,” jawab pria itu dengan wajah penuh ketakutan. “Mereka ingin kita tahu bahwa mereka tidak akan diam saja.”

Mendengar itu, Luca mengepalkan tinjunya. Amarah yang selama ini terkendali perlahan mulai mengguncang ketenangannya. Ia tahu bahwa dirinya harus tegar, tetapi kejadian ini menambah bara api di hatinya. Dante yang berada di sisinya menyentuh bahu Luca, memberikan pengingat untuk tetap tenang.

“Ini yang mereka inginkan, Luca. Jangan biarkan mereka melihat amarahmu. Mereka ingin kau terpancing untuk membuat kesalahan,” bisik Dante dengan nada penuh ketegasan.

Luca mengangguk, mengambil napas dalam-dalam, dan menguatkan dirinya. Ia tahu bahwa ia harus menjaga ketenangan demi kepentingan keluarga. Setelah berpikir beberapa saat, Luca mulai merencanakan langkah berikutnya. Ia tahu bahwa kali ini, ia harus mengendalikan situasi dan menunjukkan kekuatan dengan cara yang lebih terencana.

“Kita akan mengirim pesan, tapi kali ini, kita akan menyentuh salah satu wilayah yang mereka anggap sebagai pusat kekuatan mereka,” kata Luca sambil menatap Dante dengan mata yang penuh tekad. “Kita akan menyerang salah satu bisnis utama keluarga Rosso. Bukan untuk membunuh, tapi untuk mengirimkan peringatan yang tak bisa mereka abaikan.”

Dante setuju dengan ide tersebut. Mereka memilih salah satu kasino yang menjadi sumber pendapatan utama bagi keluarga Rosso. Serangan ini akan memberikan pesan yang jelas—bahwa keluarga Ombra tidak akan pernah mundur.

**

Beberapa hari kemudian, di tengah malam yang sunyi, Luca dan timnya menyelinap menuju kasino milik keluarga Rosso yang terletak di pusat kota. Tempat itu merupakan salah satu sumber penghasilan terbesar Rosso, dan menyerang kasino ini akan memberikan dampak finansial yang cukup besar pada mereka.

Luca mengenakan pakaian hitam lengkap, siap untuk bergerak. Dante, seperti biasa, berada di sampingnya. Dengan senjata di tangan dan ketegangan yang menyelimuti, mereka bergerak dengan cepat dan senyap.

Ketika mereka tiba di dekat kasino, Luca memberikan isyarat pada timnya untuk memposisikan diri. Luca tahu bahwa serangan ini bukan hanya sekadar balasan; ini adalah bentuk peringatan bahwa keluarga Ombra tidak akan pernah mengizinkan siapa pun mengusik mereka tanpa menerima konsekuensi.

Dante menempatkan beberapa alat peledak kecil di pintu belakang kasino, cukup untuk menciptakan kekacauan tanpa mengakibatkan korban jiwa yang signifikan. Luca menunggu di balik bayangan, memperhatikan setiap gerakan. Setelah semua siap, Dante memberikan isyarat, dan dalam hitungan detik, ledakan kecil terjadi, menciptakan kepanikan di dalam kasino.

Para pengunjung berteriak dan berhamburan keluar, sedangkan penjaga kasino terlihat bingung, mencari sumber kekacauan. Luca dan timnya bergerak cepat, mengambil kendali situasi dan menembakkan beberapa peluru ke langit sebagai peringatan.

“Beri tahu bos kalian,” ujar Dante dengan suara keras pada salah satu penjaga yang terlihat ketakutan. “Keluarga Ombra tidak akan tinggal diam. Kalian telah melukai kami, dan ini baru balasannya.”

Mereka meninggalkan kasino yang masih berantakan dan kembali ke markas dengan cepat. Serangan itu telah mengirimkan pesan yang kuat dan jelas bagi keluarga Rosso—bahwa Ombra tidak akan membiarkan serangan itu tanpa balasan.

**

Malam itu, ketika Luca duduk di ruang kerjanya, ia merasakan kepuasan yang tenang. Ia telah melakukan apa yang perlu dilakukan. Keluarga Ombra telah mengirimkan pesan mereka dengan tegas. Namun, di balik perasaan puas itu, Luca juga menyadari sesuatu yang lebih dalam.

Ia sedang menapaki jalan yang berbahaya, jalan yang tak memberinya pilihan untuk mundur. Setiap tindakan yang ia ambil, setiap keputusan yang ia buat, akan membawanya semakin dalam ke dalam dunia yang penuh kekerasan dan dendam.

Dante masuk dan menatap Luca dengan mata penuh kebanggaan. “Kau berhasil mengirimkan pesan yang kuat, Luca. Rosso akan berpikir dua kali sebelum mencoba menyerang kita lagi.”

Namun, Luca tahu bahwa pertarungan ini belum berakhir. Serangan balik akan terus datang, dan ia harus selalu siap. Dunia ini tidak mengenal belas kasihan, dan Luca Ombra harus menghadapinya dengan kekuatan serta kecerdikan yang tak boleh goyah.

Dalam hati, ia bersumpah untuk melindungi keluarganya, apapun yang terjadi. Di dunia ini, hanya satu aturan yang berlaku—bertahan hidup dengan segala cara, atau mati di tangan musuh.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status