Share

Bab 4: Membawa Badai

Penulis: Pyyupyy_
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-10 21:58:25

Sinar mentari pagi yang lembut menyinari kota, namun hati Luca Ombra tetap diselimuti oleh kegelapan. Setelah keberhasilan misi pertama melawan keluarga Rosso, Luca merasakan ketegangan yang terus mengintai. Meski ia telah menyerang balik dengan keras, ia tahu bahwa ini hanyalah awal dari pertempuran yang akan semakin panas.

Luca berdiri di balkon rumah keluarga Ombra, menatap jauh ke kota di bawahnya. Di sana, setiap sudut jalan, lorong gelap, dan tempat-tempat yang ia kenali menyimpan berbagai cerita, baik dari orang-orang yang pernah setia pada keluarganya, maupun dari mereka yang berkhianat. Dunia ini adalah dunianya sekarang. Dan jika ia ingin bertahan, ia harus terus maju, tanpa keraguan.

Suara ketukan pelan membuyarkan lamunannya. “Masuk,” ucapnya tanpa berpaling.

Dante masuk dan mendekatinya. Wajah pria itu tegas seperti biasa, namun kali ini, terlihat ada sedikit kekhawatiran di dalam matanya. Luca menyadarinya, tetapi ia tetap memasang wajah dingin, menunggu apa yang akan Dante katakan.

“Keluarga Rosso tidak akan tinggal diam, Luca. Mereka sudah mulai mengumpulkan aliansi,” ucap Dante, matanya memperhatikan Luca dengan serius.

“Aliansi?” Luca menyipitkan mata. “Maksudmu, mereka berusaha mendapatkan dukungan dari keluarga lain?”

Dante mengangguk. “Benar. Ada kabar bahwa mereka telah berbicara dengan keluarga di wilayah timur dan selatan kota. Jika mereka berhasil menggalang kekuatan dari sana, kita bisa saja menghadapi serangan besar yang bahkan keluarga Ombra tidak akan bisa lawan sendirian.”

Luca menimbang informasi ini. Sebenarnya, aliansi adalah langkah yang cerdas dari keluarga Rosso. Jika mereka berhasil menyatukan kekuatan, itu bisa sangat mempengaruhi keseimbangan kekuasaan di kota. Luca tahu bahwa ia tidak boleh membiarkan hal itu terjadi.

“Apa kita bisa memecah aliansi itu sebelum mereka menyatu?” Luca bertanya, meskipun ia sudah mengetahui jawabannya.

“Tidak semudah itu,” jawab Dante. “Mereka berencana mengadakan pertemuan rahasia minggu depan. Namun, kami memiliki waktu untuk menyusun strategi agar mereka ragu. Mungkin, kita bisa memengaruhi salah satu keluarga untuk tetap netral.”

Luca mengangguk, merasa ide Dante masuk akal. Namun, ia juga tahu bahwa membutuhkan lebih dari sekadar netralitas untuk menghentikan Rosso. “Kalau begitu, kita harus bertindak sebelum pertemuan itu terjadi,” katanya dengan nada penuh tekad.

**

Beberapa hari kemudian, Luca dan Dante menyusun rencana untuk menyusup ke dalam wilayah keluarga Rosso. Mereka harus menemukan cara untuk menggagalkan upaya aliansi Rosso sebelum pertemuan. Luca merasa bahwa ia tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan fisik saja. Kali ini, ia membutuhkan taktik yang lebih cerdik, sesuatu yang bisa merusak kepercayaan di antara keluarga-keluarga yang akan mereka hadapi.

Dalam persiapan ini, Luca memutuskan untuk melibatkan satu orang yang pernah bekerja sebagai informan di pihak keluarga Ombra, seorang pria bernama Enzo. Enzo adalah sosok licik, seorang yang tahu banyak tentang pergerakan setiap kelompok di kota. Meskipun Enzo dikenal sering berurusan dengan dua pihak, Luca tahu bahwa keahliannya kali ini bisa sangat berguna.

Di sebuah gudang kosong di pinggiran kota, Luca bertemu dengan Enzo. Pria itu pendek dan berwajah tirus, tetapi matanya tajam dan licik seperti serigala yang selalu mengincar kesempatan.

“Kau mau bantu aku atau tidak, Enzo?” tanya Luca langsung, tanpa basa-basi.

Enzo tersenyum, memperlihatkan deretan giginya yang kurang terawat. “Untuk keluarga Ombra? Tentu saja, asalkan bayarannya pantas.”

Luca mengangguk, dan Dante menyerahkan amplop berisi uang tunai pada Enzo. Tanpa membuang waktu, Enzo segera memberikan informasi yang dibutuhkan Luca.

“Mereka berencana mengadakan pertemuan di vila tua di luar kota, tempat yang tak mungkin bisa ditembus tanpa ketahuan,” jelas Enzo. “Tetapi, aku tahu salah satu penjaga di sana, dan dia cukup bisa diyakinkan dengan sedikit uang ekstra.”

Luca tersenyum dingin. “Kau benar-benar orang yang tahu bagaimana mengatur segalanya, Enzo.”

Dengan informasi itu, Luca menyusun rencana untuk mengirim pesan yang akan mengguncang keluarga-keluarga yang akan menghadiri pertemuan tersebut. Luca tahu, jika ia bisa menyebarkan desas-desus yang cukup mengancam tentang kehadiran mereka, beberapa dari mereka mungkin akan berpikir dua kali untuk mendukung Rosso. Selain itu, ia juga merencanakan serangan kecil di salah satu wilayah yang dikuasai Rosso untuk memperingatkan bahwa keluarga Ombra tidak akan membiarkan pergerakan ini begitu saja.

**

Pada malam yang telah ditentukan, Luca, Dante, dan tim kecil yang ia percaya sepenuhnya menyelinap mendekati vila tempat pertemuan itu akan diadakan. Mereka mengatur posisi di tempat-tempat strategis untuk memastikan bahwa setiap orang yang keluar dari vila dapat melihat kehadiran keluarga Ombra. Luca juga mengirim pesan langsung kepada salah satu keluarga yang diundang, memberikan mereka peringatan bahwa setiap aliansi dengan Rosso adalah aliansi yang terkutuk.

Dari balik bayang-bayang, Luca mengamati para undangan yang mulai tiba di vila. Ia melihat wajah-wajah tegang, langkah-langkah ragu. Desas-desus tentang keluarga Ombra telah tersebar, dan ia dapat melihat tanda-tanda keraguan mulai tumbuh di antara mereka. Keluarga-keluarga ini mungkin sangat menginginkan aliansi dengan Rosso, tetapi mereka juga tahu bahwa menantang keluarga Ombra berarti menantang api yang siap membakar segalanya.

Setelah memastikan bahwa ketakutan telah tertanam, Luca memberi sinyal pada timnya untuk melakukan serangan singkat namun berdampak. Timnya bergerak cepat, menyerang salah satu pos penjaga yang terletak tidak jauh dari vila. Suara tembakan dan ledakan terdengar, membuat suasana pertemuan berubah kacau. Para penjaga di vila terpaksa keluar untuk menghadapi ancaman, sementara para undangan di dalam mulai panik, tidak lagi merasa aman.

Ketika situasi semakin kacau, Luca mengirim pesan terakhir kepada Rosso melalui seorang kurir yang ia percaya. Isi pesan itu sederhana, namun penuh ancaman: *“Keluarga Ombra tidak akan tinggal diam melihatmu bersekongkol. Semua yang mendukung Rosso adalah musuh kami.”*

Pesan itu adalah langkah terakhir Luca dalam taktiknya untuk memecah kepercayaan. Ia tahu bahwa begitu kabar ini tersebar, banyak keluarga yang sebelumnya tertarik untuk beraliansi akan mempertimbangkan kembali keputusan mereka. Mereka tahu bahwa keluarga Ombra tidak akan membiarkan siapapun mengganggu kekuasaannya tanpa konsekuensi.

**

Malam itu, ketika mereka kembali ke markas, Luca duduk di ruang kerjanya, merenungi apa yang baru saja ia lakukan. Ia telah menjalankan strategi yang membutuhkan ketelitian dan pengorbanan. Meskipun belum sepenuhnya menang, ia berhasil membuat langkah besar dalam memecah aliansi yang sedang dibentuk oleh keluarga Rosso.

Dante masuk, menatapnya dengan penuh hormat. “Ini adalah langkah yang sangat berani, Luca. Kau benar-benar menunjukkan bahwa kau siap memimpin keluarga Ombra.”

Luca tersenyum tipis, namun ada sedikit rasa waspada di matanya. “Ini baru awal, Dante. Dunia ini tidak mengenal belas kasihan. Setiap langkah harus diperhitungkan, dan setiap tindakan harus memiliki dampak. Aku siap untuk semua itu.”

Dante mengangguk. “Kau telah membawa badai ke kota ini, Luca. Dan sekarang, semua orang akan tahu bahwa keluarga Ombra tidak akan menyerah pada siapapun.”

Dalam hati, Luca merasakan kepuasan bercampur kekhawatiran. Ia tahu bahwa jalan ini penuh risiko, tetapi untuk mempertahankan keluarga dan membalas dendam atas nama Isabella, ia siap melakukan apapun. Dunia bayangan kini telah menjadi dunianya, dan ia adalah sosok yang akan membawa badai yang mengguncang segalanya.

Bab terkait

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 5: Peringatan di Tengah Kekacauan

    Hari itu, kota kembali diselimuti ketegangan yang tidak kasat mata, seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja. Keberanian Luca dalam menggagalkan aliansi yang coba dibangun oleh keluarga Rosso berhasil menyebarkan ketakutan di antara keluarga-keluarga lainnya. Mereka mulai melihat Luca Ombra bukan hanya sebagai pewaris muda yang penuh ambisi, tetapi juga sebagai ancaman serius bagi mereka yang berani mengusik keluarganya.Namun, meski berhasil mengganggu rencana Rosso, Luca menyadari bahwa ia masih jauh dari aman. Serangan balik dari pihak Rosso pasti akan datang, dan ia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi itu. Kini, Luca mengarahkan perhatiannya pada satu hal—memperkuat pertahanan dan merencanakan langkah berikutnya.Di ruang pertemuan keluarga Ombra, Luca duduk di kursi utama, dikelilingi oleh orang-orang terpercayanya, termasuk Dante dan beberapa penasihat senior yang setia pada keluarga Ombra sejak ayahnya masih memimpin. Mereka berkumpul untuk membi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 6: Pertemuan dalam Bayang-bayang

    Beberapa minggu berlalu sejak serangan Luca terhadap kasino keluarga Rosso. Dampak serangan itu berhasil merusak salah satu sumber pendapatan utama mereka dan menyebabkan ketegangan yang lebih dalam di antara dua keluarga besar yang sedang bertikai. Namun, Luca tahu bahwa Rosso tidak akan tinggal diam. Serangan balik dari pihak musuh bukan hanya sekadar kemungkinan, melainkan kepastian yang hanya tinggal menunggu waktu.Pada suatu malam yang dingin, di tengah temaram lampu jalanan, Luca menerima pesan dari seseorang yang tak ia duga akan menghubunginya—Matteo, salah satu pemimpin keluarga besar lain di kota itu. Matteo dikenal licik dan hanya peduli pada kekuasaannya sendiri. Keluarganya tidak berpihak pada Ombra atau Rosso, tetapi memiliki hubungan bisnis dengan keduanya. Matteo adalah tipe orang yang menyeimbangkan aliansinya berdasarkan keuntungan, dan biasanya ia menghindari keterlibatan dalam konflik antar-keluarga besar.Pesan Matteo singkat, namun jelas: ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 7: Rencana Baru dalam Kegelapan

    Setelah ledakan besar yang menghancurkan gudang senjata keluarga Rosso, kota menjadi semakin mencekam. Keluarga Rosso terpukul besar, dan kabar tentang serangan itu menyebar dengan cepat. Keluarga-keluarga lain yang sebelumnya hanya mengamati dari jauh mulai waspada, menyadari bahwa pertempuran ini akan membawa dampak pada keseimbangan kekuasaan di kota. Luca Ombra kini dipandang sebagai ancaman serius oleh musuh-musuhnya, tapi juga sebagai pemimpin yang tidak ragu mengambil tindakan ekstrem demi melindungi keluarga.Namun, meski Luca berhasil mengirimkan pesan yang kuat kepada Rosso, ia tahu bahwa perang ini masih jauh dari kata selesai. Keluarga Rosso akan semakin bertekad untuk menjatuhkan Ombra, dan Luca harus selalu bersiap untuk menghadapi rencana balasan mereka. Di sisi lain, ia juga harus mengawasi Matteo, karena menyerahkan sebagian wilayah di distrik timur merupakan keputusan besar yang bisa mengancam kekuasaan Ombra dalam jangka panjang.Malam itu, Luca

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 8: Pengkhianatan di Antara Bayangan*

    Setelah kemenangan di distrik selatan, keluarga Ombra mulai memperoleh kembali pengaruh mereka di kota. Setiap pertempuran yang mereka menangkan, setiap aliansi yang mereka bentuk, memperkuat posisi mereka melawan keluarga Rosso. Namun, Luca tahu bahwa kemenangan ini tidak menjamin berakhirnya perang. Setiap kali Ombra unggul, Rosso hanya akan menjadi semakin haus darah, semakin licik, dan semakin berbahaya.Malam itu, Luca duduk di ruangannya, menatap peta kota yang tergelar di atas meja. Di depannya, terdapat catatan-catatan tentang posisi keluarga Rosso yang masih tersisa, wilayah-wilayah yang rentan, dan sekutu-sekutu yang mulai ragu dengan pilihan mereka. Dante berdiri di sampingnya, membantu Luca menyusun strategi baru. Di antara ketenangan ini, terdengar ketukan pelan di pintu.“Masuk,” kata Luca tanpa berpaling dari peta.Pintu terbuka, dan salah satu orang kepercayaannya masuk dengan wajah tegang. "Tuan Luca, ada seorang wanita yang ingin bertemu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 9: Rencana Penggulingan

    Setelah memberi Marco kesempatan terakhir, Luca memutuskan untuk memanfaatkan pengkhianatan ini sebagai alat. Meski hati kecilnya masih diselimuti kekecewaan, ia tahu bahwa keahlian Marco dalam memahami operasi keluarga Rosso bisa menjadi senjata yang sangat berharga. Luca tidak hanya berencana menjatuhkan keluarga Rosso—ia ingin menancapkan kekuatan keluarga Ombra di kota dengan lebih kokoh, sehingga tak seorang pun berani melawan mereka lagi.Luca memanggil Dante dan beberapa anggota terpercayanya untuk rapat rahasia di markas keluarga Ombra. Malam itu, mereka duduk di ruang bawah tanah yang remang-remang, dikelilingi peta, dokumen, dan catatan-catatan yang menggambarkan semua yang mereka ketahui tentang gerakan Rosso. Dante memandangi Marco dengan penuh curiga, tapi Luca meyakinkan semua orang untuk memberikan Marco kesempatan."Marco akan menjadi sumber informasi kita," Luca membuka rapat dengan nada tegas. "Dia tahu banyak tentang pergerakan keluarga Rosso dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 10: Musuh dari Luar

    Berita tentang rencana keluarga Rosso yang mendatangkan bantuan dari luar negeri beredar dengan cepat di antara anggota keluarga Ombra. Kabar ini membuat mereka semua terkejut sekaligus tegang. Sejauh ini, perang mereka adalah konflik dalam kota, meski cukup brutal. Namun, jika Rosso benar-benar melibatkan mafia asing, keluarga Ombra menghadapi ancaman yang jauh lebih besar dari sebelumnya.Luca mengumpulkan semua anggota terdekatnya, termasuk Dante dan Marco, di ruang bawah tanah yang biasanya menjadi tempat diskusi rahasia. Di ruangan gelap yang hanya diterangi cahaya lampu kecil, ia membuka rapat itu dengan nada serius. “Rosso telah mengambil langkah baru. Mereka menghubungi mafia luar negeri, kemungkinan besar dari Eropa Timur,” kata Luca. “Kita tahu kelompok ini memiliki koneksi luas, senjata modern, dan taktik yang jauh lebih licik. Jika mereka berhasil datang ke sini, kita mungkin menghadapi kekuatan yang lebih besar dari yang bisa kita bayangkan.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 11: Persekutuan yang Tak Terduga

    Beberapa hari setelah kemenangan mereka di pelabuhan, Luca menyadari bahwa tekanan dari keluarga Rosso belum berakhir. Rosso mungkin saja kalah dalam upaya membawa bantuan mafia dari luar negeri, namun kekalahan itu bukan berarti akhir. Di balik kegagalan mereka, Luca yakin keluarga Rosso pasti merencanakan langkah berikutnya, yang mungkin lebih licik dan berbahaya.Kabar yang beredar di kota mulai menguatkan kekhawatiran Luca. Ada rumor bahwa keluarga Rosso kini mencoba mendekati beberapa kelompok kecil yang sebelumnya netral atau bahkan memiliki konflik lama dengan keluarga Ombra. Jika Rosso berhasil membentuk aliansi dengan mereka, kekuatan gabungan itu bisa menjadi ancaman serius.Dante masuk ke ruangan Luca dengan wajah serius. “Luca, aku baru saja menerima informasi dari salah satu informan kita di distrik utara. Keluarga Rosso mengadakan pertemuan rahasia dengan beberapa kelompok kecil malam ini. Kita belum tahu siapa saja kelompok itu, tapi sepertinya Rosso

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 12: Pertempuran di Kediaman Franco

    Di tengah malam yang dingin dan sepi, Luca dan pasukannya bergerak cepat menuju kediaman Franco. Mereka tahu bahwa waktu sangat terbatas; keluarga Rosso bisa menyerang kapan saja. Di balik ketenangan kota, terselip ketegangan yang semakin memuncak, menanti pecah dalam bentrokan berdarah.Ketika mereka mendekati rumah Franco, Luca melihat beberapa orang berjaga di luar, wajah-wajah mereka tegang dan siap menghadapi ancaman. Franco sendiri sedang berdiri di depan pintu rumahnya, mengamati jalan dengan mata waspada. Begitu melihat Luca dan pasukannya, ia melangkah maju, menunjukkan wajah lega sekaligus penuh kewaspadaan.“Luca, aku tahu Rosso tidak akan membiarkan kita begitu saja,” kata Franco sambil menggenggam senjatanya erat-erat. “Tapi aku tidak menyangka mereka akan bergerak secepat ini.”“Kami tidak akan membiarkan mereka menghancurkan aliansi kita,” jawab Luca sambil menepuk bahu Franco. “Malam ini, kita akan menunjukkan pada Rosso bahwa mereka tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15

Bab terbaru

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 55: Perang Dimulai

    Berlin menjadi saksi bisu ketegangan yang tak terlihat di balik gemerlapnya lampu-lampu kota. Setelah berhasil menyusup ke markas Bayangan Kedua, Luca, Elena, dan Marco tahu mereka tidak bisa berlama-lama di kota ini. Informasi yang mereka bawa terlalu penting untuk disimpan terlalu lama tanpa tindakan. Namun, pergerakan mereka kini diikuti, dan waktu untuk bersembunyi sudah hampir habis. Di apartemen kecil yang mereka sewa, Elena memimpin analisis mendalam terhadap data yang mereka curi. Peta digital, pesan-pesan terenkripsi, dan dokumen keuangan menjadi bahan utama mereka. Semua bukti itu menunjukkan bahwa Bayangan Kedua sedang mempersiapkan sebuah operasi besar, yang disebut “Proyek Valhalla.” “Elena, apa sebenarnya proyek ini?” tanya Marco, duduk di sofa dengan pistol di pangkuannya. Elena mengerutkan kening sambil mengetik cepat di laptopnya. “Proyek Valhalla tampaknya adalah serangkaian serangan terkoordinasi di berbagai negara. Mereka menarget

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 54: Jejak di Berlin

    Hening malam Berlin hanya sesekali terganggu oleh deru mobil yang melintasi jalan-jalan sempitnya. Kota itu menyimpan sejuta rahasia, dan malam ini, Luca, Elena, dan Marco berada di tengah-tengahnya, menyamar sebagai turis yang tampak biasa. Mereka tiba di Berlin dengan tujuan yang jelas: menemukan titik koordinat terakhir yang ditandai pada peta yang mereka curi dari markas Bayangan Kedua di Budapest. "Tempat ini jauh lebih sibuk dibandingkan hutan tempat kita bersembunyi," kata Marco, berjalan di trotoar sambil memegang tasnya dengan erat. "Dan aku tidak suka itu." "Kita hanya perlu menyatu dengan keramaian," jawab Elena. "Tidak ada yang akan mencurigai kita kalau kita terlihat seperti orang lokal." Luca mengangguk setuju. "Kita fokus pada misi. Gedung yang kita cari ada di distrik Mitte, sebuah kawasan perkantoran yang cukup sibuk. Kita akan bergerak tengah malam, saat keamanan paling lemah." Mereka berjalan menuju s

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 53: Pertarungan yang Tak Terhindarkan

    Suara kendaraan yang mendekat membuat suasana di pondok semakin tegang. Marco berdiri di ambang pintu, mencoba mengintip dari celah kecil. Di kejauhan, lampu sorot kendaraan terlihat menembus kegelapan hutan. “Mereka sudah sampai,” bisik Marco. Elena segera mengambil posisi di samping jendela, senjata di tangan. Luca memeriksa Krylov yang tetap terikat di kursinya, wajahnya masih dengan senyuman mengejek. “Apakah kau memberitahu mereka lokasimu?” tanya Luca dingin. Krylov mengangkat bahu. “Mungkin saja. Kau tahu, Bayangan Kedua punya cara mereka sendiri.” “Bungkam dia,” kata Elena tajam. Luca memutuskan untuk menyumpal mulut Krylov dengan kain, memastikan dia tidak bisa berteriak atau memberi isyarat apa pun. “Marco, berapa banyak?” tanya Luca sambil memeriksa senjatanya. “Dua mobil, setidaknya delapan orang,” jawab Marco sambil melangkah mundur dari pintu.

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 54: Jejak di Berlin

    Hening malam Berlin hanya sesekali terganggu oleh deru mobil yang melintasi jalan-jalan sempitnya. Kota itu menyimpan sejuta rahasia, dan malam ini, Luca, Elena, dan Marco berada di tengah-tengahnya, menyamar sebagai turis yang tampak biasa. Mereka tiba di Berlin dengan tujuan yang jelas: menemukan titik koordinat terakhir yang ditandai pada peta yang mereka curi dari markas Bayangan Kedua di Budapest. "Tempat ini jauh lebih sibuk dibandingkan hutan tempat kita bersembunyi," kata Marco, berjalan di trotoar sambil memegang tasnya dengan erat. "Dan aku tidak suka itu." "Kita hanya perlu menyatu dengan keramaian," jawab Elena. "Tidak ada yang akan mencurigai kita kalau kita terlihat seperti orang lokal." Luca mengangguk setuju. "Kita fokus pada misi. Gedung yang kita cari ada di distrik Mitte, sebuah kawasan perkantoran yang cukup sibuk. Kita akan bergerak tengah malam, saat keamanan paling lemah." Mereka berjalan menuju sebuah hostel sederha

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 52: Jaring Perangkap

    Setelah perjalanan panjang, Luca, Elena, dan Marco akhirnya tiba di sebuah pondok kecil di tengah hutan, tempat perlindungan yang sebelumnya mereka gunakan sebagai markas darurat. Pondok itu sederhana, dengan dinding kayu yang mulai lapuk dan jendela kecil yang hampir tidak memberikan cahaya. Namun, di dalamnya terdapat persediaan yang cukup untuk bertahan beberapa hari. Krylov, yang tangannya masih terikat, diseret masuk oleh Marco. Pria itu tetap tersenyum seperti biasanya, meskipun keadaannya sekarang jauh dari menyenangkan. “Tempat ini cukup terpencil. Kita aman untuk sementara,” kata Marco sambil mengunci pintu belakang. “Kita harus bergerak cepat,” ujar Elena sambil memeriksa senjatanya. “Bayangan Kedua tidak akan menyerah sampai mereka mendapatkan Krylov kembali.” Luca mengangguk setuju. “Kita harus memanfaatkan waktu ini untuk menggali informasi sebanyak mungkin darinya.” ### **Interogasi Dimulai** Krylov didu

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 51: Jejak Bayangan yang Memudar

    Kendaraan melaju kencang melewati jalan-jalan sepi di luar Praha. Di dalamnya, suasana penuh ketegangan. Luca duduk di kursi depan, tangannya erat menggenggam setir. Di belakang, Elena dan Marco duduk berjaga dengan senjata di tangan, sementara Krylov yang terborgol tersenyum sinis, seolah tidak gentar sedikit pun meski dia sudah menjadi tawanan mereka. “Kita ke mana sekarang?” tanya Elena, memecah keheningan. “Markas sementara di luar kota,” jawab Luca sambil tetap fokus pada jalan. “Kita tidak bisa menuju pangkalan utama. Mereka mungkin sudah memantau semua jalur ke sana.” Marco menatap Krylov dengan tajam. “Pria ini pasti punya lebih banyak trik. Jangan sampai kita lengah.” Krylov tertawa kecil. “Ah, kalian terlalu berlebihan. Aku hanya seorang pria tua yang kalah dalam pertarungan, bukan?” “Kalah?” Elena mendekatkan wajahnya ke Krylov. “Jangan terlalu percaya diri. Kita sudah menghancurkan sebagian besar jaringanmu. Kau buka

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 50: Pertarungan di Praha

    Ketegangan semakin memuncak ketika Luca, Elena, dan Marco tiba di Praha. Kota yang biasanya dikenal karena keindahan arsitektur dan romantisme sungainya kini menjadi medan pertempuran terakhir mereka. Informasi dari Volkov membawa mereka ke sebuah bangunan tua di jantung kota, yang disinyalir sebagai tempat Krylov bersembunyi. "Kita tidak punya banyak waktu," ujar Luca sambil memeriksa senjata di tangannya. "Kalau informasi Volkov benar, Krylov sedang mempersiapkan sesuatu yang besar di sini." Elena menatap layar ponselnya yang menampilkan denah bangunan itu. "Bangunan ini memiliki banyak jalan keluar. Kita harus berhati-hati." Marco, yang sedang memeriksa peralatan mereka, menambahkan, "Aku yakin dia sudah menyiapkan pasukan untuk melindungi dirinya. Kita harus siap untuk kemungkinan terburuk." Luca mengangguk. "Kita selesaikan ini malam ini. Krylov harus dihentikan." ### **Masuk ke Sarang Krylov** Malam itu, mereka

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 49: Jejak yang Hilang

    Pagi itu, salju masih turun dengan lebat, menyelimuti pegunungan dengan lapisan putih tebal. Luca, Elena, dan Marco duduk di dalam sebuah pondok kecil yang tersembunyi di antara pepohonan. Pondok itu menjadi tempat perlindungan sementara mereka setelah pelarian semalam yang nyaris merenggut nyawa mereka. Di atas meja kayu yang sederhana, tablet yang berhasil mereka curi dari vila Krylov menjadi pusat perhatian. Data di dalamnya adalah kunci untuk menghancurkan organisasi Bayangan Kedua, tetapi informasinya terlalu banyak untuk dipecahkan dalam semalam. "Kita harus memecahkan ini sekarang," kata Luca sambil menatap layar tablet. "Kalau tidak, mereka akan selangkah lebih maju dari kita." Elena, yang duduk di seberang meja dengan secangkir kopi di tangannya, mengangguk. "Aku setuju, tapi ada terlalu banyak lokasi di sini. Bagaimana kita tahu di mana Krylov sebenarnya berada?" Marco, yang sedang memeriksa senjata mereka, menambahkan, "Kita tid

  • Kebangkitan Sang Bayangan   Bab 48: Benteng di Tengah Salju

    Angin dingin menerpa wajah Luca saat ia berdiri di atas puncak bukit, mengamati vila megah yang tersembunyi di antara pegunungan Swiss. Dari kejauhan, vila itu terlihat seperti istana kecil dengan dinding putih bersih yang bersinar di bawah cahaya bulan. Namun, Luca tahu bahwa di balik keindahannya tersembunyi ancaman yang mematikan. "Penjagaan ketat," gumam Marco di sebelahnya, matanya memperhatikan setiap gerakan di sekitar vila melalui teropong. "Ada patroli setiap lima menit, dan aku bisa melihat kamera di hampir setiap sudut." "Ini seperti benteng," tambah Elena, yang berdiri sedikit di belakang mereka. Dia memeluk tubuhnya untuk melawan dingin, meskipun fokusnya tetap pada rencana mereka. Luca mengangguk. "Krylov tidak akan membuat ini mudah. Tapi kita sudah sampai sejauh ini, dan kita tidak akan mundur." Elena menghela napas panjang. "Rencana kita?" "Kita harus menyusup ke dalam vila tanpa terdeteksi," jawab Luca. "Jika k

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status