Home / Urban / Kebangkitan Menantu Terbuang / 1. Keputusan Yang Salah

Share

Kebangkitan Menantu Terbuang
Kebangkitan Menantu Terbuang
Author: Tompealla Kriweall

1. Keputusan Yang Salah

Author: Tompealla Kriweall
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Aku memberimu dua pilihan. Ini ada cek senilai 5 miliar, dan kau bisa memilih antara cek ini atau masih dengan niatmu untuk tetap menikah dengan putriku, Erika."

Tanpa basa-basi, ayah kekasihnya memberikan sebuah pertanyaan yang membuat Ryan terkejut.

Sebagai seorang staff kantor biasa, tawaran ini bukan hanya uang, tapi pilihan antara pembuktian cinta tapi juga pembuktian diri tentang kekayaan.

Ini menjadi pilihan yang sulit, meskipun Ryan sudah menetapkan jawabannya.

Tapi satu hal yang pasti, ia bukanlah pria pecundang yang mudah untuk menyerah.

"Maaf, Tuan Lee. Saya memilih putri Anda, Erika, karena saya mencintainya. Saya, tidak mau kehilangan wanita yang menjadi pilihan hati dan cinta saya," jawab Ryan dengan suara yang terdengar tegas untuk menyakinkan.

Rasa cinta yang ada pada darah muda, tidak bisa berpikir realistis. Ia memilih cinta dan ingin menikahi kekasihnya daripada akan lebih dihina karena memilih uang yang tadi ditawarkan.

"Hm," gumam Tuan Lee sambil mengangguk samar. "Apa kau yakin? Kurasa kamu akan menyesali keputusanmu ini, Ryan!"

Ryan menghela nafas panjang, lalu berdiri dan segera permisi untuk pergi. Ia ingin menghubungi kekasihnya untuk membicarakan rencana pernikahan mereka yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat, tak ingin ada halangan lagi seperti yang baru saja terjadi.

Tapi keinginan Ryan yang ingin membuktikan diri bahwa dia bukanlah tipe pria pecundang, nyatanya salah besar. Ia selalu mendapatkan cibiran dan hinaan dari kedua orang tuanya Erika, bahkan dari kakak laki-laki satu-satunya sang istri - Tanu Lee. Dan ini membuat Ryan semakin tidak tahan untuk tidak melawan kesombongan mereka semua, seperti hari ini.

"Grafik saham itu harus naik, jangan sampai ada penurunan!"

Salah satu keluarga Lee membuka suara di tengah acara makan malam keluarga besar sang istri.

Tapi setiap ia ikut bergabung dalam pembicaraan mereka, suaranya hanya dianggap seperti angin lalu tanpa mendapatkan respon yang berarti.

Oleh karena itu, Ryan memilih diam di sana, sampai Tuan Tian Lee--ayah mertua Ryan--memberikan tanggapan, "Ya, memang sudah seharusnya begitu jika pandai mengelola."

Ryan tak bisa tinggal diam. Bagaimana jika ayah sang istri justru menemui kegagalan.

"Tapi, harga pasaran bisa berubah sewaktu-waktu, Pa," sahutnya , sesuai dengan pendapat yang ia miliki.

Tapi respon yang Ryan dapatkan tidak seperti keinginannya. Semua orang tidak menggubris pendapat yang ia kemukakan, bahkan Tanu - kakak iparnya, memberikan tanggapan yang seakan-akan meremehkannya sebagai orang yang tidak ahli dalam bidang investasi.

"Tidak perlu bicara soal pasaran saham jika tidak punya pengalaman dengan memiliki saham, iya kan, Pa?" tanya Tanu menyindir adik iparnya.

Sementara itu, Erika tersenyum tipis - lebih tepatnya miris. Wanita itu menggenggam tangan suaminya, mencoba menenangkan supaya Ryan tidak menanggapi serius sikap dari keluarganya yang mengabaikan pendapatnya.

Erika berusaha sebaik mungkin untuk bisa menjaga perasaan suaminya, sebab ia tahu bagaimana kerasnya mereka yang memang tidak suka pada suaminya - Ryan. Bahkan mamanya - Nyonya Tian Lee, yang seharusnya memiliki hati yang lebih lembut sebagai seorang wanita dan ibu, sama kerasnya dengan tidak adanya rasa simpati sama sekali. Hal ini karena Nyonya Tian Lee juga seorang wanita sukses, pembisnis yang ikut membesarkan perusahaan keluarga mereka.

"Seharusnya kamu belajar dengan Tanu, Ryan! Jangan hanya mengandalkan gaji dari perusahaan, apalagi jika hanya sebatas staff biasa yang gajinya standar UMR!" Nyonya Lee, berkata dengan tatapan sinis.

"Mama," tegur Erika dengan tatapan tidak percaya jika wanita itu bisa berkata dengan kasar pada menantunya. Ia tidak ingin suaminya terus mendapatkan penghinaan seperti sekarang ini, apalagi dari sang mama.

"Apa, Erika? Memang benar, kan? Ryan itu belum bisa diandalkan," sahut Nyonya Lee dengan senyuman miring, kembali mencibir menantunya.

Sementara tiga pria yang tadi sedang membicarakan investasi dan grafik saham, hanya tertawa kecil - menertawakan Ryan yang tidak bisa membantah penghinaan tersebut.

Ryan memang berprofesi sebagai staff biasa di sebuah perusahaan swasta, yang tentunya gajinya tidaklah sebesar pengusaha seperti mereka-mereka. Tapi Ryan juga memiliki posisi yang cukup penting, karena ia menjabat sebagai kepala divisi di perusahaan tempatnya bekerja.

Tapi menurut keluarga istrinya, Ryan tetap saja pegawai rendahan karena tidak memiliki usaha sendiri yang tentunya bisa menghasilkan keuntungan yang lebih besar seperti mereka.

"Saya bekerja dengan baik, dan kemungkinan awal tahun nanti saya mendapatkan promosi kenaikan jabatan." Ryan memberikan kabar baik ini agar mereka dapat melihat perjuangannya, begitulah harapannya.

"Heh, namanya kuli tetap kuli! Jangan mimpi untuk bisa mendapatkan uang yang besar dari gajimu itu!" Tanu menyahut dengan tawa mengejek.

Semua orang tertawa.

Hal itu membuat Ryan merasa sakit hati, tapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Ryan hanya bisa menahannya, sebab apa yang mereka katakan memang ada benarnya.

Ia bukanlah orang kaya, bahkan keluarganya sudah tidak ada karena meninggal saat terjadi bencana alam. Itulah sebabnya Ryan berjuang hidup sendiri dan merasa bersyukur sudah bisa mendapatkan pekerjaan yang baik seperti sekarang ini. Tapi ternyata menjadi seorang pria yang "gantleman" tidaklah cukup untuk membungkam keluarga kaya seperti mereka, karena kekayaan lah yang mereka jadikan nilai sebagai tolok ukur sebuah kesuksesan.

"Hidup ini keras, dan semuanya membutuhkan uang. Kamu harus camkan itu, Ryan!" ucap Tuan Tian Lee - memperingatkan menantu prianya.

"Ya, dan semua kebutuhan hidup juga semakin mahal!" imbuh nyonya Lee dengan wajah sombong.

"Cih, dasar pria tak tahu malu!" ejek Nyonya Lee cepat, dengan memalingkan wajahnya.

"Ma," tegur Erika dengan tatapan tak suka.

"Apa, emang iya, kan? Suami kamu memang seperti benalu di rumah ini, di keluarga Lee ini!" ejek sang mama, semakin menjadi-jadi.

Ryan mengetatkan rahangnya, berpikir bahwa keputusannya yang dulu ternyata memang salah. Ia tidak berpikir logis tentang situasi kehidupan nyata keluarga istrinya, yang semuanya dipandang dari segi materi dan status sosial.

'Andai saja waktu bisa diputar kembali, aku akan mengambil keputusan yang pastinya akan kalian sesali!' batin Ryan dengan segala rasa penyesalan dalam hati.

Dalam hatinya, Ryan sangat marah. Ia menyesal saat ingatannya kembali pada waktu itu, di mana akhirnya ia memutuskan untuk menikah dengan putri mereka - Erika Lee, yang sekarang ini sudah menjadi istrinya.

Malam sekali, Ryan pun mengemudikan mobilnya dengan hati-hati karena jalanan ramai, pulang ke rumah setelah menghadiri acara bisnis sebagai perwakilan dari kantor tempatnya bekerja. Namun, hujan yang cukup deras akhirnya menjadikan aspal jalan cukup licin, membuatnya sedikit kesulitan untuk berkendara di jalan ini.

Ketika ia sampai di tikungan yang cukup tajam, ban mobilnya kehilangan kendali pada aspal yang basah karena rem tidak normal. Ia berusaha dengan keras untuk mengendalikan kemudi, tetapi nyatanya tetap kehilangan keseimbangan dan akhirnya menabrak pembatas jalan dengan keras.

Brakk!

"Argh!!" teriaknya keras.

"A-ku, tidak ingin mati terlebih dahulu. A-ku ingin mengubah kehidupan dan takdirku agar keluarga istriku bisa melihatku sebagai manusia, bukan manusia yang bisa diremehkan dan dihina ..."

Duarr!

Sayangnya, mobil meledak dan segalanya menjadi gelap bagi Ryan, yang kemungkinan besar tidak selamat dalam kecelakaan tunggal tersebut.

Hanya saja, Ryan merasakan keanehan.

Secara perlahan-lahan, Ryan mulai membuka mata. Pria itu merasa aneh karena sekelilingnya tampak begitu familiar. Sepertinya, ingatannya tidak lagi normal karena mungkin telah berpindah alam akibat kecelakaan yang dialaminya. Namun, saat ia melihat kembali sekelilingnya dengan lebih jelas, ia menyadari bahwa ini lingkungan yang ia kenal dengan sangat familiar.

"Apakah aku mati dalam kecelakaan tadi? T-api, bagaimana mungkin aku ada di ruangan ini?" gumam Ryan bertanya-tanya.

Anehnya lagi, mendadak dia di ruangan besar bersama ayah Erika kembali!

"Apa ini?" Ryan terkejut saat melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Saat ini, sebuah serba membingungkan sebab jarum jam, tanggal dan tahun yang ia lihat sama persis seperti saat ia mendapatkan dua pilihan dari calon papa mertuanya sendiri - Tuan Lee, waktu itu.

Dalam kebingungan dan keheranan, Ryan mulai menyadari bahwa ia telah kembali ke masa lalu, ke titik di mana takdirnya seolah-olah akan diubah dengan pilihan yang harus ia putuskan demi masa depannya sendiri.

"Apakah ini saat yang tepat untuk merubah takdirku?" tanyanya kemudian - dalam kebingungan.

Dengan kecelakaan yang membawanya kembali ke masa lalu, Ryan sadar bahwa saat ini adalah kesempatan bagi dirinya untuk mengubah takdir yang telah membuatnya merana dan terhina selama menikah dengan putri pengusaha sukses yang kaya raya tersebut.

Ryan masih diam dengan duduk termenung, berusaha memahami situasi yang sedang dialaminya saat ini. Sebuah kecelakaan tunggal, tapi justru membawanya ke waktu tiga tahun yang lalu.

"Kenapa wajahmu? Apakah kau tidak yakin dengan keputusan yang akan kau buat?" Suara Tuan Lee bergema di telinganya, mengalihkan perhatian Ryan yang masih tidak percaya dengan keadaan yang ada.

"Saya ..."

"Pilih, Ryan. Satu tawaran dari dua pilihan ini, cek sebesar 5 miliar atau menikahi putriku?" tanya Tuan Lee dengan sorot mata tajam, menantang Ryan - lagi.

Deg!

Jantung Ryan berdegup kencang, pikirannya berkecamuk dalam kebingungan.

Ini adalah peristiwa dan adegan yang sama, tapi tetap saja ia gugup dan tidak tahu harus menjawab apa dengan cepat, sebab keputusannya waktu itu terbukti salah dengan keadaannya setelah menikah dengan Erika!

Apa yang harus ia pilih?

Related chapters

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   2. Mengubah Takdir Yang Salah

    "Apa maksudnya, Tuan Lee? Apakah ini adalah cara agar saya mundur dan tidak menikahi putri Anda?" tanya Ryan memastikan. Padahal sebenarnya, Ryan juga sudah tahu jawabnya. "Iya, itulah maksudnya. Kami belum pernah melihat kamu sukses sebelumnya dan kami tidak percaya kamu bisa membahagiakan putriku." Tuan Lee mengangguk sambil tersenyum mencibir. Sebenarnya, Ryan masih saja merasa tersinggung oleh perkataan Tuan Lee. Tapi ia tetap berusaha untuk terlihat tenang, memberikan kesan yang baik agar pria dewasa didepannya saat ini tidak sesuka hati menyepelekannya. "Meskipun saya tidak setuju dengan pendapat dan penilaian Anda tentang saya, tapi saya akan menerima tawaran Anda. Tapi bisa saya tahu, kenapa Anda melakukannya?" inilah pertanyaan yang ingin disampaikan oleh Ryan sejak dulu. "Hm ... kamu tidak memiliki apa-apa. Kamu datang dari keluarga tidak mampu dan kami tidak yakin dengan kemampuanmu untuk membahagiakan dan memenuhi segala kebutuhan hidup putriku," ujar Tuan Lee mengemuka

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   3. Kesempatan Kedua

    "Dulu saya memilih untuk tidak menikahi Erika, karena saya tidak yakin bisa memberikan kebahagiaan yang pantas untuknya. Tapi saya telah berusaha keras dan berhasil membangun bisnis yang cukup sukses dan saya siap untuk membahagiakan Erika," jelas Ryan dengan tegas di depan sepasang suami istri Lee itu. Mereka masih tidak yakin tentang niat Ryan. Namun, Ryan sudah memperlihatkan hasil bisnisnya dengan data dan fakta yang cukup meyakinkan mereka berdua. "Aku tahu aku telah salah pada awalnya. Tapi aku ingin meminta maaf dan memperbaiki semuanya," ucap Ryan dengan rendah hati, menatap Erika dengan penuh cinta. Tuan Lee dan istrinya saling pandang, berbicara sebentar lalu meminta waktu untuk mendiskusikan hal ini dengan putrinya - Erika. Sementara Erika sendiri melihat dengan tatapan tidak percaya pada kedua orang tuanya. Dan setelah beberapa saat, mereka ingin memberikan kesempatan untuk Ryan yang kini telah sukses dan pantas bergabung dengan keluarga besar mereka. "Kami melihat

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   4. Ternyata Rival

    Beberapa minggu setelah Julian mulai menyebarkan informasi palsu sehingga bisnis Ryan mulai goyah dan karyawannya mulai merasa khawatir tentang masa depan mereka, takut jika Ryan bangkrut dan mem-PHK mereka. "Apakah Andal tahu apa yang terjadi dengan bisnis kita?" tanya salah satu karyawan kepada Ryan. "Saya rasa semua berjalan seperti biasa saja, Tapi, saya juga tidak tahu apa yang sedang terjadi. Jangan khawatir dengan kondisi ini, saya pasti akan segera mencari tahu dan mengatasinya." Ryan mencoba menenangkan karyawan tersebut. Ryan yang kebingungan dan tidak tahu apa yang sedang terjadi, belum bisa memberikan solusi apa-apa selain kata-kata menenangkan. Tapi dengan cepat ia mencoba mencari tahu lebih lanjut dan akhirnya mengetahui bahwa informasi palsu sedang beredar tentang bisnisnya. Tentu saja penemuan itu membuat Ryan marah, sebab informasi yang beredar adalah informasi hoax yang dilakukan oleh orang lain dan kemudian disebarkan lagi oleh orang-orang lainnya juga. Rota

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   5. Ternyata

    Tuan Lee mengajak menantu prianya ke ruang kerja, lalu mempersilahkan Ryan untuk duduk di depannya. Pria setengah tua itu tidak segera mengatakan apapun, dan ini membuat Ryan merasa cemas serta khawatir. Ia tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh papa mertuanya itu. Tapi Ryan juga tidak langsung bertanya, membiarkan papa mertuanya yang memulai terlebih dahulu. Setelah saling diam dalam beberapa menit, barulah Tuan Lee mengeluarkan suara yang ternyata tidak seperti yang dipikirkan Ryan. "Ryan. Jujur, papa cukup merasa bangga dengan keberhasilan usaha dan bisnis yang kau rintis. Kamu juga sudah membuktikan bisa sukses dalam waktu singkat," kata tuan Lee dengan nada suara yang rendah. "Terima kasih, pa." Ryan mengangguk, merespon pernyataan tersebut. Ryan cukup merasa lega mendengar kata-kata papa mertuanya itu. Tapi ia belum bisa tenang, merasa bahwa tuan Lee pastinya punya maksud lain dengan mengajaknya untuk menepi dari yang lainnya, bicara di ruang kerja ini. "Lalu,

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   6. Tersinggung

    Malam ini Ryan berkesempatan untuk menikmati makan malam di rumah mertuanya bersama sang istri untuk yang terakhir kali, sebab malam ini juga mereka akan mengatakan rencananya untuk pindah ke rumah miliknya sendiri. Ruang makan yang dipenuhi dengan perabotan mebel dan perabotan makan yang mahal memang tampak istimewa, khas milik keluarga kaya. Aneka macam makanan lezat juga tertata rapi di atas meja, dengan berdampingan dengan buah-buahan premium. "Ayo, mas Ryan." Erika menggandeng tangan suaminya menuju meja makan. "Ya," jawab Ryan pendek. Setibanya di meja makan, baru ada Tanu - kakaknya Erika, yang duduk sambil makan buah anggur. Sedangkan tuan Lee dan istrinya datang setelah Ryan dan Erika baru saja duduk. Tuan Lee, meminta pada istrinya untuk mengambilkan makanan untuknya terlebih dahulu. Setelah itu yang lain baru mengikuti, sebab seperti itulah memang kebiasaan mereka jika sedang makan bersama. Ryan yang sudah mengetahui kebiasaan ini di kehidupannya yang dulu, tent

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   7. Strategi

    Setelah sedikit bersitegang, tuan Lee dan istri, akhirnya setuju dengan rencana Ryan yang ingin membawa Erika untuk tinggal di rumahnya sendiri. Dan pagi hari ini, mereka berdua justru ikut membantu persiapan mereka. Meski Ryan sudah meminta pada istrinya untuk tidak banyak membawa barang dari rumah orang tuanya, tapi Erika bilang itu adalah barang-barang pribadi miliknya untuk kebutuhannya sendiri. "Ini cuma barang-barang kebutuhan wanita, mas Ryan. Aku gak bawa perabotan," kata Erika memperlihatkan bawaannya yang ada dua koper. "Keperluan dan kebutuhan wanita itu banyak, Ryan. Jadi, ya begitulah. Makanya, papa tidak mau Erika mendapatkan suami yang tidak bisa memenuhi kebutuhan dan keinginannya." Tuan Lee tersenyum canggung mengingat kejadian yang dulu, saat memberikan penawaran pada Ryan sebelum menikah. "Itulah kenapa, banyak orang tua yang merasa sedikit tidak rela jika anak gadisnya diperistri laki-laki yang tidak sepadan atau setara dengan keluarganya. Ya, karena itu!"

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   8. Tidak Mungkin

    "Selamat datang, Sayangku. Istriku ..." Ryan membuka pintu rumah lebar-lebar, mempersilahkan istrinya untuk masuk ke dalam rumahnya yang sudah dipersiapkan untuk mereka tempati setelah menikah. "Kamu, suka?" tanya Ryan kemudian, saat melihat istrinya terdiam meskipun matanya tampak berbinar-binar saat melihat sekeliling. "Mas, ini ..." Erika tidak bisa melanjutkan kalimatnya dengan lancar karena ini jauh berbeda dari ekspektasinya, mengenai rumah suaminya. Meskipun tahu jika suaminya bukan lagi karyawan biasa, dan sudah menjadi seorang pengusaha tapi ia tidak pernah menyangka jika Ryan telah menjadi sangat kaya raya. Saat melamar dan menikahinya, Ryan memang telah mengembalikan uang 5 Milyar pada papanya. Jadi, Erika berpikir bahwa suaminya itu harus kembali berjuang untuk mendapatkan kekayaan agar usahanya berjalan lancar. Apalagi pesta pernikahan mereka, semua biaya pesta juga ditanggung sendiri oleh Ryan. Orang tuanya tidak ikut membiayai pesta sama sekali, dan itu perm

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   9. Lolos Pengawasan

    "Kata papaku, kekayaan Ryan saat ini setara dengan para "sembilan naga" yang menguasai bisnis Indonesia. Tapi, entah itu dari mana papa mendapatkan informasi," ungkap Tanu - beberapa saat setelah mereka saling diam, membuat Julian kembali membelalakkan mata tidak percaya. "Yakin itu Ryan yang kita maksudkan?" tanya Julian cepat. Bukan tanpa alasan jika Julian tidak percaya dengan kekayaan yang dimiliki oleh Ryan saat ini, sebab sebagai eksekutif muda yang cukup memiliki lingkungan pertemanan yang juga sama-sama eksekutif dan pembisnis, tentunya ia sedikit banyak tahu siapa-siapa saja orang yang paling sukses dalam waktu terakhir ini. Tapi jika informasi Tanu ini dari tuan Lee sendiri yang mengatakannya, tentu saja Julian juga tidak bisa menyangkal. Tuan Lee pastinya memiliki informasi yang akurat dan bukan hanya sekedar isapan jempol belaka. "Bukankah usaha Ryan hanya SPBU kecil di jalan utama arah tol menuju Jawa Tengah?" Julian kembali memastikan. "Ya, aku tahunya juga cuma itu

Latest chapter

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   113. Fakta Baru

    Ceklek!"Tanu!" panggil seseorang yang baru saja masuk ke ruangannya - dengan nada tinggi."Kau..." Tanu tidak sanggup menyebutkan sebuah nama, yang baru saja masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.Tanu mematung di tempatnya, matanya terpaku pada sosok yang berdiri di ambang pintu. Wajah itu tidak asing baginya—begitu akrab hingga membawa kenangan yang sempat ia kubur dalam-dalam."Mei..." gumam Tanu, suaranya serak.Wanita itu melangkah masuk dengan tatapan penuh emosi. Dia tampak berbeda dari terakhir kali mereka bertemu. Raut wajahnya tidak hanya memancarkan kemarahan, tetapi juga keteguhan, seolah dia datang dengan tujuan yang jelas."Tanu, kita harus bicara," kata Mei tegas, tanpa basa-basi."Kalau ini soal masa lalu, Maya, aku sudah selesai dengan semua itu. Aku sudah minta maaf..." Tanu menghela napas panjang, lalu kembali duduk di kursinya.Maya mendengus tak suka dengan jawaban Tanu, sebab dia ingin bicara sesuatu yang lebih besar daripada masalah yan

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   112. Banyak Yang Dipikirkan

    Perusahaan keluarga Lee.Di ruangannya, Tanu duduk termenung di balik meja kerjanya. Laporan keuangan yang sebelumnya memenuhi pikirannya kini hanya seperti bayangan kabur. Kata-kata mamanya, "Keluarga Lee membutuhkan penerus," terus terngiang di kepalanya. Meski ia tahu maksud mamanya baik, tapi rasanya terlalu banyak beban yang harus ia pikul.Bukannya Tanu tidak tertarik dengan Clara. Gadis itu anggun dan terlihat cerdas. Namun, pikirannya terlalu penuh dengan masalah perusahaan. Di balik pintu tertutup ruangannya, Tanu merasa sendirian, memikul harapan keluarganya yang begitu besar."Hm..."Dia menatap ponselnya yang tergeletak di meja, ada panggilan tak terjawab dari papanya - Tuan Lee. Mungkin sang papa ingin membahas situasi perusahaan, atau lebih buruk lagi, tentang rencana perjodohan ini.Bisa jadi, kan? Nyonya Lee tentu meminta dukungan dari suaminya, dengan alasan jika sudah waktunya Tanu menikah dan memiliki keluarga agar punya anak juga. Dan Nyonya Lee pastinya mengompor-

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   111. Dia Terlibat

    Rumah Sakit.Di kamar rawat inap Elsa, suasana terasa tenang meski udara dingin dari AC sedikit menusuk kulit. Elsa masih terbaring dengan selimut menutupi tubuhnya. Wajahnya tampak lelah, tetapi sorot matanya tetap menunjukkan tekadnya yang kuat. Di kursi sebelah tempat tidurnya, Dedi duduk dengan serius, tangannya memegang laptop kecil yang terhubung dengan ponsel Elsa.“Mas Dedi,” panggil Elsa, suaranya pelan namun tetap terdengar pasti.“Ya, El?” Dedi langsung menoleh, mengalihkan perhatiannya dari layar laptop.“Aku butuh bantuanmu untuk menyelidiki seseorang,” ujar Elsa tanpa basa-basi. Ia berusaha duduk, tetapi Dedi segera membantunya agar tidak terlalu memaksakan diri - karena Elsa masih belum cukup kuat.“Siapa yang harus aku selidiki, El?” tanya Dedi, wajahnya menunjukkan kesiapan penuh.“Diana,” jawab Elsa sambil menarik napas dalam. “Dia staf keuangan di perusahaan, mas. Beberapa waktu lalu, aku menemukan bukti kalau dia melakukan penyelewengan dana. Tapi sebelum aku bisa

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   110. Dijodohkan

    Di tengah kesibukannya di kantor keluarga Lee, Tanu sibuk memeriksa tumpukan laporan keuangan yang harus ia teliti. Ia mengerjakan setiap angka dengan teliti, memastikan tidak ada kesalahan yang terlewatkan. Fokusnya penuh, meski kelelahan mulai terasa. Namun, keseriusannya tiba-tiba terhenti ketika pintu ruangannya diketuk keras, dan masuklah mamanya, Nyonya Lee, bersama seorang gadis muda yang cantik dan anggun.“Mama?” Tanu menatap mamanya dengan sedikit bingung, apalagi melihat kehadiran tamu tak diundang itu.Nyonya Lee tersenyum, tampak sangat senang dengan apa yang dilakukannya. "Tanu, sayang, Mama ingin mengenalkan seseorang padamu." Ia memandang gadis di sebelahnya dengan bangga."Ini Clara, anak temannya Mama. Kalian harus saling mengenal lebih baik, ya!" Nyonya Lee memperkenalkan gadis yang berada di sampingnya.Tanu menghela napas dalam-dalam. Ia bisa menebak ke mana arah percakapan ini akan menuju. Ya, sama seperti beberapa waktu lalu sebelum adiknya - Erika, resmi menika

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   109. Red Flag

    Dia hari berlalu, suasana yang menegangkan perlahan-lahan mulai tenang. Erika, yang sebelumnya diteror dengan ancaman dan rasa takut, kini bisa sedikit bernapas lega. Tidak ada lagi pesan-pesan menakutkan atau kejadian aneh yang mengancam keselamatan keluarganya. Meski begitu, Ryan tidak mau lengah. Dia tetap waspada dengan keselamatan istrinya. Dia tahu bahwa meskipun keadaan terlihat tenang, ancaman bisa datang kapan saja.Ryan mengambil keputusan untuk meningkatkan pengamanan bagi Erika. Ia mempekerjakan tim keamanan pribadi - yang memang dimiliki dan dipimpin Tomi untuk menjaga rumah mereka, memastikan Erika selalu ditemani oleh pengawal setiap kali ia keluar rumah. Meskipun Erika sempat merasa tidak nyaman dengan langkah ini, Ryan bersikeras bahwa ini adalah langkah pencegahan yang memang diperlukan."Aku tidak ingin mengambil risiko, Erika. Kita belum tahu siapa yang benar-benar ada di balik semua ini," terang Ryan saat istrinya protes.Erika masih mencoba meyakinkan Ryan bahwa

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   108. Benar Dia

    Elsa terdiam sejenak, menggigit bibirnya sambil menatap Erika dan Nyonya Lee yang sedang menunggu jawabannya dengan penuh harap. Namun, sebelum dia sempat membuka mulut, pintu ruang rawat terbuka. Ryan masuk dengan langkah tergesa, diikuti oleh Fery yang tampak membawa beberapa dokumen.Wajah Ryan langsung mencari Elsa begitu dia masuk. Tapi dia tersenyum begitu melihat keberadaan isteri dan mertuanya, Nyonya Lee. Setelah menyapa dan memberikan kecupan di kening, Ryan beralih pada Elsa. Dia ingin mengajukan beberapa pertanyaan pada asistennya yang seorang ahli IT tersebut, meskipun saat ini Elsa masih berbaring di rumah sakit."Elsa, apa kabar?" tanyanya dengan nada kekhawatiran, tapi tetap tegas. Ia lalu menoleh sekilas ke arah Erika dan Nyonya Lee, memberi mereka senyum singkat sebelum akhirnya berjalan mendekat ke tempat tidur Elsa."Saya baik, Pak Ryan. Terima kasih sudah datang," jawab Elsa pelan, sedikit ragu dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia merapikan selimut di pan

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   107. Jawaban Elsa

    Ryan tiba di kantor dengan suasana hati yang masih dipenuhi kekhawatiran tentang istrinya, Erika yang pergi ke rumah sakit untuk menemui Elsa. Meskipun ia berusaha fokus pada pekerjaan, pikirannya terus melayang pada Erika dan ancaman-ancaman yang mereka hadapi.Kantor pusat Ryan terletak di gedung perkantoran modern di pusat kota, lantai paling atas dengan pemandangan kota yang luas. Begitu ia masuk ke ruang kerjanya, dua asistennya, Dedi dan Fery, sudah menunggunya dengan tumpukan laporan yang perlu diselesaikan."Selamat pagi, Pak Ryan," sapa Dedi, sambil memberikan setumpuk dokumen yang sudah dirapikan. "Semua berkas sudah siap untuk presentasi pagi ini. Meeting dengan tim akan mulai lima belas menit lagi."Ryan mengangguk singkat, mengambil dokumen itu dan mulai membacanya sekilas. "Terima kasih, Dedi. Fery, pastikan kamu tetap standby selama meeting. Ada beberapa detail yang mungkin perlu kita diskusikan lebih lanjut setelah itu."Fery yang

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   106. Fakta Yang Belum Terungkap

    Ryan tiba di kantor dengan suasana hati yang masih dipenuhi kekhawatiran tentang istrinya, Erika yang pergi ke rumah sakit untuk menemui Elsa. Meskipun ia berusaha fokus pada pekerjaan, pikirannya terus melayang pada Erika dan ancaman-ancaman yang mereka hadapi.Kantornya terletak di gedung perkantoran modern di pusat kota, lantai paling atas dengan pemandangan kota yang luas. Begitu ia masuk ke ruang kerjanya, dua asistennya, Dedi dan Fery, sudah menunggunya dengan tumpukan laporan yang perlu diselesaikan."Selamat pagi, Pak Ryan," sapa Dedi, sambil memberikan setumpuk dokumen yang sudah dirapikan. "Semua berkas sudah siap untuk presentasi pagi ini. Meeting dengan tim akan mulai lima belas menit lagi."Ryan mengangguk singkat, mengambil dokumen itu dan mulai membacanya sekilas. "Terima kasih, Dedi. Fery, pastikan kamu tetap standby selama meeting. Ada beberapa detail yang mungkin perlu kita diskusikan lebih lanjut setelah itu."Fery yang sedang menyiapkan laptop di meja rapat juga me

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   105. Mungkin Saja Dia

    "Bu Erika?" Elsa panik begitu membaca pesan istri bosnya.Elsa cepat menghubungi Erika, tapi ternyata saat ini Erika sudah dalam keadaan baik-baik saja bersama Ryan. Elsa pun tenang dan meletakkan ponselnya kembali ke atas meja, tapi tak lama kemudian mengambilnya kembali karena ada sesuatu yang baru diingatnya.Beberapa saat kemudian, Elsa terdiam sejenak setelah meletakkan kembali ponselnya, menatap langit-langit kamar rumah sakit sambil berusaha mengabaikan rasa nyeri di kepalanya. Namun, tiba-tiba ada sesuatu yang mengganggunya, sebuah detail penting yang baru saja melintas di pikirannya. Ia langsung meraih ponsel kembali dengan tangan gemetar."Ada yang tidak beres," gumamnya pelan, mencoba mengingat sesuatu yang terlewat.Pikirannya kembali pada beberapa hari sebelum kecelakaan itu terjadi, saat dia sedang menyelidiki penyebab kecelakaan Erika, juga pesan-pesan ancaman yang diterima istri bos-nya itu. Ada satu alamat IP yang berhasil ia lacak, tetapi saat itu ia pikir tidak terl

DMCA.com Protection Status