Share

Kebangkitan Menantu Terbuang
Kebangkitan Menantu Terbuang
Penulis: Tompealla Kriweall

1. Keputusan Yang Salah

"Aku memberimu dua pilihan. Ini ada cek senilai 5 miliar, dan kau bisa memilih antara cek ini atau masih dengan niatmu untuk tetap menikah dengan putriku, Erika."

Tanpa basa-basi, ayah kekasihnya memberikan sebuah pertanyaan yang membuat Ryan terkejut.

Sebagai seorang staff kantor biasa, tawaran ini bukan hanya uang, tapi pilihan antara pembuktian cinta tapi juga pembuktian diri tentang kekayaan.

Ini menjadi pilihan yang sulit, meskipun Ryan sudah menetapkan jawabannya.

Tapi satu hal yang pasti, ia bukanlah pria pecundang yang mudah untuk menyerah.

"Maaf, Tuan Lee. Saya memilih putri Anda, Erika, karena saya mencintainya. Saya, tidak mau kehilangan wanita yang menjadi pilihan hati dan cinta saya," jawab Ryan dengan suara yang terdengar tegas untuk menyakinkan.

Rasa cinta yang ada pada darah muda, tidak bisa berpikir realistis. Ia memilih cinta dan ingin menikahi kekasihnya daripada akan lebih dihina karena memilih uang yang tadi ditawarkan.

"Hm," gumam Tuan Lee sambil mengangguk samar. "Apa kau yakin? Kurasa kamu akan menyesali keputusanmu ini, Ryan!"

Ryan menghela nafas panjang, lalu berdiri dan segera permisi untuk pergi. Ia ingin menghubungi kekasihnya untuk membicarakan rencana pernikahan mereka yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat, tak ingin ada halangan lagi seperti yang baru saja terjadi.

Tapi keinginan Ryan yang ingin membuktikan diri bahwa dia bukanlah tipe pria pecundang, nyatanya salah besar. Ia selalu mendapatkan cibiran dan hinaan dari kedua orang tuanya Erika, bahkan dari kakak laki-laki satu-satunya sang istri - Tanu Lee. Dan ini membuat Ryan semakin tidak tahan untuk tidak melawan kesombongan mereka semua, seperti hari ini.

"Grafik saham itu harus naik, jangan sampai ada penurunan!"

Salah satu keluarga Lee membuka suara di tengah acara makan malam keluarga besar sang istri.

Tapi setiap ia ikut bergabung dalam pembicaraan mereka, suaranya hanya dianggap seperti angin lalu tanpa mendapatkan respon yang berarti.

Oleh karena itu, Ryan memilih diam di sana, sampai Tuan Tian Lee--ayah mertua Ryan--memberikan tanggapan, "Ya, memang sudah seharusnya begitu jika pandai mengelola."

Ryan tak bisa tinggal diam. Bagaimana jika ayah sang istri justru menemui kegagalan.

"Tapi, harga pasaran bisa berubah sewaktu-waktu, Pa," sahutnya , sesuai dengan pendapat yang ia miliki.

Tapi respon yang Ryan dapatkan tidak seperti keinginannya. Semua orang tidak menggubris pendapat yang ia kemukakan, bahkan Tanu - kakak iparnya, memberikan tanggapan yang seakan-akan meremehkannya sebagai orang yang tidak ahli dalam bidang investasi.

"Tidak perlu bicara soal pasaran saham jika tidak punya pengalaman dengan memiliki saham, iya kan, Pa?" tanya Tanu menyindir adik iparnya.

Sementara itu, Erika tersenyum tipis - lebih tepatnya miris. Wanita itu menggenggam tangan suaminya, mencoba menenangkan supaya Ryan tidak menanggapi serius sikap dari keluarganya yang mengabaikan pendapatnya.

Erika berusaha sebaik mungkin untuk bisa menjaga perasaan suaminya, sebab ia tahu bagaimana kerasnya mereka yang memang tidak suka pada suaminya - Ryan. Bahkan mamanya - Nyonya Tian Lee, yang seharusnya memiliki hati yang lebih lembut sebagai seorang wanita dan ibu, sama kerasnya dengan tidak adanya rasa simpati sama sekali. Hal ini karena Nyonya Tian Lee juga seorang wanita sukses, pembisnis yang ikut membesarkan perusahaan keluarga mereka.

"Seharusnya kamu belajar dengan Tanu, Ryan! Jangan hanya mengandalkan gaji dari perusahaan, apalagi jika hanya sebatas staff biasa yang gajinya standar UMR!" Nyonya Lee, berkata dengan tatapan sinis.

"Mama," tegur Erika dengan tatapan tidak percaya jika wanita itu bisa berkata dengan kasar pada menantunya. Ia tidak ingin suaminya terus mendapatkan penghinaan seperti sekarang ini, apalagi dari sang mama.

"Apa, Erika? Memang benar, kan? Ryan itu belum bisa diandalkan," sahut Nyonya Lee dengan senyuman miring, kembali mencibir menantunya.

Sementara tiga pria yang tadi sedang membicarakan investasi dan grafik saham, hanya tertawa kecil - menertawakan Ryan yang tidak bisa membantah penghinaan tersebut.

Ryan memang berprofesi sebagai staff biasa di sebuah perusahaan swasta, yang tentunya gajinya tidaklah sebesar pengusaha seperti mereka-mereka. Tapi Ryan juga memiliki posisi yang cukup penting, karena ia menjabat sebagai kepala divisi di perusahaan tempatnya bekerja.

Tapi menurut keluarga istrinya, Ryan tetap saja pegawai rendahan karena tidak memiliki usaha sendiri yang tentunya bisa menghasilkan keuntungan yang lebih besar seperti mereka.

"Saya bekerja dengan baik, dan kemungkinan awal tahun nanti saya mendapatkan promosi kenaikan jabatan." Ryan memberikan kabar baik ini agar mereka dapat melihat perjuangannya, begitulah harapannya.

"Heh, namanya kuli tetap kuli! Jangan mimpi untuk bisa mendapatkan uang yang besar dari gajimu itu!" Tanu menyahut dengan tawa mengejek.

Semua orang tertawa.

Hal itu membuat Ryan merasa sakit hati, tapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Ryan hanya bisa menahannya, sebab apa yang mereka katakan memang ada benarnya.

Ia bukanlah orang kaya, bahkan keluarganya sudah tidak ada karena meninggal saat terjadi bencana alam. Itulah sebabnya Ryan berjuang hidup sendiri dan merasa bersyukur sudah bisa mendapatkan pekerjaan yang baik seperti sekarang ini. Tapi ternyata menjadi seorang pria yang "gantleman" tidaklah cukup untuk membungkam keluarga kaya seperti mereka, karena kekayaan lah yang mereka jadikan nilai sebagai tolok ukur sebuah kesuksesan.

"Hidup ini keras, dan semuanya membutuhkan uang. Kamu harus camkan itu, Ryan!" ucap Tuan Tian Lee - memperingatkan menantu prianya.

"Ya, dan semua kebutuhan hidup juga semakin mahal!" imbuh nyonya Lee dengan wajah sombong.

"Cih, dasar pria tak tahu malu!" ejek Nyonya Lee cepat, dengan memalingkan wajahnya.

"Ma," tegur Erika dengan tatapan tak suka.

"Apa, emang iya, kan? Suami kamu memang seperti benalu di rumah ini, di keluarga Lee ini!" ejek sang mama, semakin menjadi-jadi.

Ryan mengetatkan rahangnya, berpikir bahwa keputusannya yang dulu ternyata memang salah. Ia tidak berpikir logis tentang situasi kehidupan nyata keluarga istrinya, yang semuanya dipandang dari segi materi dan status sosial.

'Andai saja waktu bisa diputar kembali, aku akan mengambil keputusan yang pastinya akan kalian sesali!' batin Ryan dengan segala rasa penyesalan dalam hati.

Dalam hatinya, Ryan sangat marah. Ia menyesal saat ingatannya kembali pada waktu itu, di mana akhirnya ia memutuskan untuk menikah dengan putri mereka - Erika Lee, yang sekarang ini sudah menjadi istrinya.

Malam sekali, Ryan pun mengemudikan mobilnya dengan hati-hati karena jalanan ramai, pulang ke rumah setelah menghadiri acara bisnis sebagai perwakilan dari kantor tempatnya bekerja. Namun, hujan yang cukup deras akhirnya menjadikan aspal jalan cukup licin, membuatnya sedikit kesulitan untuk berkendara di jalan ini.

Ketika ia sampai di tikungan yang cukup tajam, ban mobilnya kehilangan kendali pada aspal yang basah karena rem tidak normal. Ia berusaha dengan keras untuk mengendalikan kemudi, tetapi nyatanya tetap kehilangan keseimbangan dan akhirnya menabrak pembatas jalan dengan keras.

Brakk!

"Argh!!" teriaknya keras.

"A-ku, tidak ingin mati terlebih dahulu. A-ku ingin mengubah kehidupan dan takdirku agar keluarga istriku bisa melihatku sebagai manusia, bukan manusia yang bisa diremehkan dan dihina ..."

Duarr!

Sayangnya, mobil meledak dan segalanya menjadi gelap bagi Ryan, yang kemungkinan besar tidak selamat dalam kecelakaan tunggal tersebut.

Hanya saja, Ryan merasakan keanehan.

Secara perlahan-lahan, Ryan mulai membuka mata. Pria itu merasa aneh karena sekelilingnya tampak begitu familiar. Sepertinya, ingatannya tidak lagi normal karena mungkin telah berpindah alam akibat kecelakaan yang dialaminya. Namun, saat ia melihat kembali sekelilingnya dengan lebih jelas, ia menyadari bahwa ini lingkungan yang ia kenal dengan sangat familiar.

"Apakah aku mati dalam kecelakaan tadi? T-api, bagaimana mungkin aku ada di ruangan ini?" gumam Ryan bertanya-tanya.

Anehnya lagi, mendadak dia di ruangan besar bersama ayah Erika kembali!

"Apa ini?" Ryan terkejut saat melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Saat ini, sebuah serba membingungkan sebab jarum jam, tanggal dan tahun yang ia lihat sama persis seperti saat ia mendapatkan dua pilihan dari calon papa mertuanya sendiri - Tuan Lee, waktu itu.

Dalam kebingungan dan keheranan, Ryan mulai menyadari bahwa ia telah kembali ke masa lalu, ke titik di mana takdirnya seolah-olah akan diubah dengan pilihan yang harus ia putuskan demi masa depannya sendiri.

"Apakah ini saat yang tepat untuk merubah takdirku?" tanyanya kemudian - dalam kebingungan.

Dengan kecelakaan yang membawanya kembali ke masa lalu, Ryan sadar bahwa saat ini adalah kesempatan bagi dirinya untuk mengubah takdir yang telah membuatnya merana dan terhina selama menikah dengan putri pengusaha sukses yang kaya raya tersebut.

Ryan masih diam dengan duduk termenung, berusaha memahami situasi yang sedang dialaminya saat ini. Sebuah kecelakaan tunggal, tapi justru membawanya ke waktu tiga tahun yang lalu.

"Kenapa wajahmu? Apakah kau tidak yakin dengan keputusan yang akan kau buat?" Suara Tuan Lee bergema di telinganya, mengalihkan perhatian Ryan yang masih tidak percaya dengan keadaan yang ada.

"Saya ..."

"Pilih, Ryan. Satu tawaran dari dua pilihan ini, cek sebesar 5 miliar atau menikahi putriku?" tanya Tuan Lee dengan sorot mata tajam, menantang Ryan - lagi.

Deg!

Jantung Ryan berdegup kencang, pikirannya berkecamuk dalam kebingungan.

Ini adalah peristiwa dan adegan yang sama, tapi tetap saja ia gugup dan tidak tahu harus menjawab apa dengan cepat, sebab keputusannya waktu itu terbukti salah dengan keadaannya setelah menikah dengan Erika!

Apa yang harus ia pilih?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status