Share

4. Ternyata Rival

Beberapa minggu setelah Julian mulai menyebarkan informasi palsu sehingga bisnis Ryan mulai goyah dan karyawannya mulai merasa khawatir tentang masa depan mereka, takut jika Ryan bangkrut dan mem-PHK mereka.

"Apakah Andal tahu apa yang terjadi dengan bisnis kita?" tanya salah satu karyawan kepada Ryan.

"Saya rasa semua berjalan seperti biasa saja, Tapi, saya juga tidak tahu apa yang sedang terjadi. Jangan khawatir dengan kondisi ini, saya pasti akan segera mencari tahu dan mengatasinya." Ryan mencoba menenangkan karyawan tersebut.

Ryan yang kebingungan dan tidak tahu apa yang sedang terjadi, belum bisa memberikan solusi apa-apa selain kata-kata menenangkan. Tapi dengan cepat ia mencoba mencari tahu lebih lanjut dan akhirnya mengetahui bahwa informasi palsu sedang beredar tentang bisnisnya.

Tentu saja penemuan itu membuat Ryan marah, sebab informasi yang beredar adalah informasi hoax yang dilakukan oleh orang lain dan kemudian disebarkan lagi oleh orang-orang lainnya juga. Rotasi media memang memiliki pengaruh yang besar.

Untuk beberapa permasalahan, tiap orang memang memiliki pandangan dan komentar yang berbeda-beda tapi lebih seringnya mereka menerima informasi tanpa menyaring terlebih dahulu sehingga termakan informasi palsu dengan mudahnya.

"Sial, ini terlalu kejam. Aku harus menemukan siapa yang melakukan ini dan menghentikannya," umpat Ryan dalam hati.

"Atau ..."

Ryan mulai mengingat-ingat kehidupannya di masa lalu saat dia belum sesukses sekarang, setelah ia kembali dengan kehidupan dan mengubah takdirnya sendiri.

Setelah mengingat-ingat dan mencari tahu lebih lanjut, Ryan akhirnya menyadari bahwa Julian - yang dulunya adalah teman dan atasannya sendiri adalah orang yang bertanggung jawab atas goyahnya usahanya kali ini.

Ryan, merasa kecewa karena baru menyadari kalau secara diam-diam Julian merasa iri dan cemburu dengan keberhasilannya. Apalagi tentang perasaan Erika, yang nyatanya lebih memilihnya dibanding memilih Julian.

Setelah menimbang-nimbang, Ryan memutuskan untuk menghubungi Julian. Ia ingin bertanya langsung pada teman yang berlaku sebagai rival.

"Kamu tidak perlu melakukan ini," kata Ryan kepada Julian melalui telepon, setelah panggilan keduanya diterima.

"Melakukan apa? Aku tidak melakukan apa-apa," balas Julian tenang.

"Kamu tahu apa yang aku maksudkan, sebab kamu yang melakukannya. Kamu merusak bisnisku dan mengambil kesempatan dari keberhasilanku untuk menjatuhkan diriku," ucap Ryan tegas.

"Heh, jangan asal tuduh, pecundang! Aku tidak seperti kamu yang tidak memperjuangkan cintanya. Kamu selalu menyerah dalam situasi sulit dan tidak pantas memiliki Erika!" Julian menyentil Ryan dengan kata-kata yang menyakitkan.

Ryan mengetatkan rahangnya, marah dan kecewa pada sikap Julian. Ia tidak pernah menganggap bahwa hubungan pertemanan mereka akan berakhir seperti ini. Tapi ia berusaha untuk berpikir lebih jauh, agar semuanya tidak semakin runyam.

Setelah merasa cukup dengan memberikan peringatan pada Julian, Ryan mulai memberikan informasi-informasi positif tentang usahanya di media sosial. Ia meminta beberapa staf untuk melakukannya, sebagai bentuk sanggahan terhadap informasi palsu yang beredar di masyarakat beberapa waktu lalu.

Perang argumen dan komentar di sosial media menjadi trending topik, dan situasi ini pun akhirnya dimanfaatkan oleh orang-orang yang terlibat dan memiliki kepentingan pribadi.

"Mas Ryan, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Erka yang baru mengetahui permasalahan suaminya.

"Biasa, sayang. Persaingan bisnis itu ada yang sehat, tapi tentunya lebih banyak tidak sehatnya, bukan?" ujar Ryan berdiplomasi.

"Halah, bilang saja kau memang tidak bisa menjadi pengusaha yang tangguh!" sahut saudara Erika, yang memang sedari awal dulu - saat kehidupan Ryan yang dulu, tidak menyukainya.

Tapi Ryan memilih diam dan tidak memberikan tanggapan apapun. Ia lebih memilih untuk melihat sosial media dan mengikuti perkembangan informasi pada situasi bisnisnya.

Tiba-tiba, tuan Lee datang. Papa mertuanya itu melihat keberadaan Ryan yang ada di rumahnya, lalu mengajaknya berbicara di ruang kerja pribadinya yang ada di rumah ini.

"Ryan, papa perlu bicara."

"Ya, pa." Ryan bangkit dan berjalan mengekor papa mertuanya itu.

"Habis kau, Ryan!" ejek saudara Erika, berpikir bahwa Ryan akan mendapatkan amarah dari Mr Lim.

Erika hanya mendengus dingin saat mendengar perkataan saudaranya tersebut, tapi ia juga tidak memberikan tanggapan apapun atas perkataan saudaranya yang sebenarnya tidak dia sukai.

Meskipun sebenarnya di dalam hati Erika juga merasa deg-degan. Ia khawatir jika suaminya mendapatkan tekanan dari papanya lagi. Padahal mereka baru saja menikah tiga bulan yang lalu, dan sedang merencanakan untuk mengembangkan bisnis bersama.

'Semoga papa tidak marah dan menekan mas Ryan. Aku tidak bisa jika papa meminta mas Ryan pergi dari kehidupanku lagi,' batin Erika.

Wajah Erika yang tegang, dilihat oleh saudaranya. Ini membuat senyum saudara semakin lebar mengembang, tapi dengan artian mengejek karena saudaranya itu yakin jika tuan Lee akan memarahi Ryan habis-habisan.

"Kita lihat aja, nanti. Huh!" Saudara Erika, mendengus dingin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status