Share

8. Tidak Mungkin

"Selamat datang, Sayangku. Istriku ..."

Ryan membuka pintu rumah lebar-lebar, mempersilahkan istrinya untuk masuk ke dalam rumahnya yang sudah dipersiapkan untuk mereka tempati setelah menikah.

"Kamu, suka?" tanya Ryan kemudian, saat melihat istrinya terdiam meskipun matanya tampak berbinar-binar saat melihat sekeliling.

"Mas, ini ..."

Erika tidak bisa melanjutkan kalimatnya dengan lancar karena ini jauh berbeda dari ekspektasinya, mengenai rumah suaminya. Meskipun tahu jika suaminya bukan lagi karyawan biasa, dan sudah menjadi seorang pengusaha tapi ia tidak pernah menyangka jika Ryan telah menjadi sangat kaya raya.

Saat melamar dan menikahinya, Ryan memang telah mengembalikan uang 5 Milyar pada papanya. Jadi, Erika berpikir bahwa suaminya itu harus kembali berjuang untuk mendapatkan kekayaan agar usahanya berjalan lancar.

Apalagi pesta pernikahan mereka, semua biaya pesta juga ditanggung sendiri oleh Ryan. Orang tuanya tidak ikut membiayai pesta sama sekali, dan itu permintaan Ryan sendiri.

"Rumah yang ini memang aku persiapkan untuk tempat tinggal kita setelah menikah, sedangkan rumah yang sebelumnya aku rombak untuk dijadikan mess karyawan." Ryan penjelasan.

"Mas, hiks... I-ni luar biasa," lirih Erika yang tidak tahu harus berkomentar apa.

"Rumah ini belum ada yang tahu, dan ini memang surprise untukmu." Ryan kembali menjelaskan.

Wanita itu memeluk sang suami, bangga dengan apa yang telah dicapai olehnya. Ia tidak pernah mengetahui, bahwa suaminya ternyata jauh lebih sukses dibandingkan dengan apa diketahui oleh orang lain.

Sekarang Ryan mengajak istrinya untuk berkeliling rumah terlebih dahulu, memperlihatkan ruangan-ruangan yang memang belum terjemah sebab belum ditempati. Tapi untuk perabotan rumah, sudah lengkap beserta pernak pernik yang tentunya juga mewah dan berkelas.

"Jika kamu ingin mengatur ulang dekorasi atau apapun itu, tidak perlu sungkan." Ryan memeluk pinggang istrinya - seperti posesif.

"Mas, aku justru tidak banyak memikirkan hal-hal yang sepele seperti itu. Lagipula, ini menurutku sudah luar biasa." Erika tampak puas dengan semua yang disediakan oleh suaminya.

"Tapi, kamu kan suka fashion dan beauty. Pasti bisa diaplikasikan ke rumah juga, sayang." Ryan tetap memberikan kebebasan pada istrinya.

Akhirnya, Erika hanya mengangguk setuju dengan permintaan suaminya. Meskipun untuk ke depannya dia juga tidak tahu, karena menurutnya - rumah ini sudah terlalu sempurna sebagai tempat tinggal.

Sekarang mereka kembali berkeliling ke arah lantai atas, di mana kamar mereka berada. Ternyata, lantai atas juga sangat luas dengan tidak banyak ruangan sehingga terkesan lapang dan nyaman.

Ryan tersenyum melihat istrinya yang tampak kagum dengan bangunan rumah ini. Dan Ryan puas dengan semua yang telah ia pilih demi sang istri.

"Apapun, demi kebahagiaan dan cintaku." Ryan berbicara lirih, berbisik di telinga istrinya.

"Terima kasih, sayang."

Rasa haru dan bahagia menyelusup ke dalam hati dan perasaan Erika, merasa tepat karena menunggu Ryan dan tidak mau menerima tawaran kakaknya agar menikah dengan laki-laki yang sudah menjadi sahabat kakaknya sejak lama - Julian.

***

Sementara itu, di sebuah restoran dengan room private.

"Jadi, bagaimana dengan keadaan platform game terbaru kita? Aku tidak mau mendengar laporan yang kurang baik lagi, ya!" tegas Tanu, menatap tajam pada lawan bicaranya.

"Tapi, kita perlu membuat iklan-iklan yang menarik, Tanu. Iklan-iklan yang lama, aku pikir kurang strategis." Lawan bicaranya membuat alasan.

Brakk!

Tanu menggebrak meja, mendengar bantahan dari lawan bicaranya. Ia tidak suka mendapatkan laporan yang selalu tidak baik - menurutnya.

Padahal sejak lama ia berkeinginan untuk memiliki bisnis sendiri di luar bisnis keluarga Lee. Dan dengan rekannya itu - yang juga menjadi sahabatnya sejak lama, ia mulai mengembangkan bisnis game yang menjadi trend di kalangan remaja hingga anak-anak.

Sayangnya, apa yang diinginkan dan dibayangkan Tanu tidak sesuai dengan kenyataan. Sejak berdiri, platform game milik mereka sepi. Bahkan biaya pemeliharaan platform saja sudah sangat besar, dengan biaya pembuatan iklan yang nyatanya tidak sesuai dengan keuntungan yang diperoleh.

"Aku percayakan pembuatan iklan padamu, Julian! Dan apa hasilnya?" bentak Tanu pada rekannya - yang ternyata adalah Julian.

"T-api, kau tahu sendiri bagaimana keadaan dunia game di negara kita, Tanu. Semua bersaing ketat, dan iklan-iklan mereka itu bukan hanya melibatkan influencer media sosial, tapi para artis yang tentunya lebih dikenal masyarakat." Julian mencoba membela diri.

"Hahhh! Bilang aja kau tak becus, huh!"

Tanu terlihat sangat marah, sebab dia sudah menginvestasikan uangnya dalam jumlah besar di platform game ini. Dan yang lebih parahnya, ia menggunakan modal pinjaman dari perusahaan keluarga Lee.

Selama ini, papanya memang tidak banyak ikut campur tentang pengelolaan perusahaan yang ia tangani. Tapi karena modal perusahaan yang semakin menipis, ditambah dengan guncangan harga saham yang menurun, akhirnya sang papa memberikan teguran padanya.

Tuan Lee bahkan meminta pada anak laki-lakinya itu supaya mencoba merubah sikapnya, agar bisa lebih dekat dengan bersikap baik dengan adik iparnya yang sekarang sedang sukses dan berkembang maju dengan usaha bisnisnya.

Menurut tuan Lee, Tanu bisa memanfaatkan ikatan kekeluargaan mereka yang kini sudah terjalin supaya Ryan bisa memberikan modal tambahan untuk antisipasi kebangkrutan perusahaan mereka. Tapi Tanu justru menolak dan keras kepala, sehingga dimarahi papanya sendiri karena tidak bisa bersikap fleksibel.

"Pokoknya aku tidak mau tahu, kau harus bisa mengatasi semua ini, Julian! Apa kau tak malu, jika sampai Ryan yang membereskan semua permasalahan kita, ha?" Tanu berbicara dengan nada tinggi.

"Ryan? Tidak mungkin dia punya modal sebesar itu, bro! Kau tahu sendiri, ia sudah memberikan uang pada papamu juga biaya untuk pernikahannya. Mana mungkin Ryan punya uang lagi?" Julian tidak yakin dengan pernyataan Tanu.

"Aku tidak tahu, tapi papa sendiri yang bilang begitu." Tanu memijat keningnya karena merasa pening.

Sementara dalam hati Julian, tentu saja tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya tadi.

'Huh, pecundang itu mana punya modal sebesar itu!' batin Julian mengejek Ryan.

Tapi suara notifikasi ponselnya justru membuatnya tercengang, tidak percaya dengan berita yang baru saja diunggah dari jurnal online terpercaya.

'Tidak, mungkin itu Ryan yang lain!'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status