Share

7. Strategi

Setelah sedikit bersitegang, tuan Lee dan istri, akhirnya setuju dengan rencana Ryan yang ingin membawa Erika untuk tinggal di rumahnya sendiri. Dan pagi hari ini, mereka berdua justru ikut membantu persiapan mereka.

Meski Ryan sudah meminta pada istrinya untuk tidak banyak membawa barang dari rumah orang tuanya, tapi Erika bilang itu adalah barang-barang pribadi miliknya untuk kebutuhannya sendiri.

"Ini cuma barang-barang kebutuhan wanita, mas Ryan. Aku gak bawa perabotan," kata Erika memperlihatkan bawaannya yang ada dua koper.

"Keperluan dan kebutuhan wanita itu banyak, Ryan. Jadi, ya begitulah. Makanya, papa tidak mau Erika mendapatkan suami yang tidak bisa memenuhi kebutuhan dan keinginannya." Tuan Lee tersenyum canggung mengingat kejadian yang dulu, saat memberikan penawaran pada Ryan sebelum menikah.

"Itulah kenapa, banyak orang tua yang merasa sedikit tidak rela jika anak gadisnya diperistri laki-laki yang tidak sepadan atau setara dengan keluarganya. Ya, karena itu!" Nyonya Lee ikut menanggapi.

Ryan hanya mengangguk saja tanpa banyak bicara lagi. Sekarang ia sudah cukup paham bagaimana cara pikir orang tua, apalagi mereka dari kalangan orang kaya, yang memandang sesuatu dari "kacamata" harta. Sebab kebanyakan orang juga menghormati orang-orang yang memiliki kelebihan harta.

Dan itu sudah dibuktikan oleh Ryan sendiri, sekarang ini.

"Pa, Ma, Erika berangkat dulu. Besok, kalian datanglah untuk kami jamu makan malam. Oh ya, ajak kakak juga. Biar dia juga tahu, jika mas Ryan lebih baik dan juga sudah kaya dibanding dengan kakak yang masih bersembunyi di ketiak papa," sindir Erika, melirik ke arah kakaknya yang sedari tadi diam.

Mendengar sindiran tersebut, Tanu langsung melihat dengan tatapan tajam ke arah adiknya. Tapi tuan Lee dan istrinya langsung menggeleng sambil melihat ke arah anak laki-lakinya.

"Bela aja terussss! Aku juga yang akan dimintai tolong untuk membuat usaha keluarga tetap sukses, bukan dia!" ketus Tanu, dengan senyum sinis.

"Bilang aja kakak, jika tidak sanggup. Aku juga bisa urus perusahaan!" sahut Yurika, ikut kesal.

"Sudah-sudah! Kalian ini," potong tuan Lee meminta kedua anaknya untuk tidak lagi berdebat.

Ryan hanya diam memperhatikan. Ia tahu jika Erika memang tidak pernah terlibat dalam urusan bisnis keluarga, sebab ia sudah memiliki usaha sendiri yang bergerak di bidang kecantikan dan fashion.

Semua bisnis keluarga Lee, dijalankan oleh tuan Lee dan Tanu. Dan untuk saat ini, tuan Lee sudah lebih banyak di rumah sebab Tanu yang sudah diberikan wewenang untuk mengatur perusahaan.

Di masa lalu, Ryan tidak diperbolehkan untuk bergabung di perusahaan keluarga dan tetap berada di perusahaan tempatnya bekerja sebelum menikahi Erika. Dan di perusahaan tersebut, Ryan menjadi bawahan Julian.

"Kami berangkat, Pa, Ma." Ryan pamit.

"Kalian hati-hati, ya!" pesan nyonya Lee dengan mata berkaca-kaca.

"Ma ..." Yurika kembali memeluk mamanya.

"Drama!" ketus Tanu - mencibir.

Tapi Ryan dan Erika tidak peduli. Mereka kembali berpelukan dengan tuan Lee dan nyonya Lee secara bergantian. Dan saat Ryan ingin berpamitan dengan Tanu, kakak iparnya itu justru melengos dan masuk ke dalam rumah.

Akhirnya, tuan Lee meminta Ryan untuk segera pergi dan tidak usah mengambil hati sikap Tanu. Ia memberikan alasan bahwa Tanu sedang banyak pekerjaan sehingga banyak beban pikiran.

"Ya, Pa. Kami pergi dulu."

Sekali lagi Ryan pamit, dan segera melajukan mobilnya setelah istrinya masuk dan duduk di kursi sebelahnya.

Tuan Lee dan istrinya masih melambaikan tangan ke arah anak dan menantunya, yang baru saja meninggalkan rumah besar mereka. Setelah beberapa saat kemudian, baru mereka masuk dan langsung memanggil Tanu untuk berbicara.

"Tanu! Tidak seharusnya kamu bersikap ketus dan dingin pada adik iparmu itu. Apakah kamu tidak punya waktu untuk bersikap baik dengannya?" tanya tuan Lee mempertanyakan sikap anaknya.

"Buat apa aku bersikap baik pada dia? Pada si miskin itu!" tegas Tanu dengan sinis.

"Tidak. Ryan tidak lagi miskin, dan kamu - Tanu, harus ingat bahwa saham perusahaan sedang turun. Kamu perlu suntikan dana yang cukup besar untuk menutupi kerugian. Jadi ... apakah kamu sudah menemukan investor atau modal tambahan?" tanya tuan Lee memperingatkan anak laki-lakinya.

Tanu terkejut mendengar pertanyaan tersebut, sebab ia justru menutupi rahasia ini dari papanya supaya tidak mendapatkan amarah.

Tanu sedang berusaha keras untuk mendapatkan modal tambahan dengan bantuan Julian agar bisa bekerja sama dengan pengusaha dan para investor kenalan sahabatnya itu.

"Jika kamu bisa bersikap baik kepada Ryan, tentu kamu bisa meminta bantuannya untuk tambahan modal. Apa kamu tidak bisa berpikir sejauh itu, Tanu?" Tuan Lee, kembali memberikan penjelasan pada anak laki-lakinya.

"Dalam bisnis, kamu harus bisa mengolah emosi. Dalam keadaan apapun itu, Tanu!" Sekali lagi, tuan Lee memperingatkan dengan tegas.

Pria matang itu memberikan peringatan dan nasehat kepada anak laki-lakinya, yang dinilai kekanak-kanakan dan tidak memikirkan jauh ke depan tentang situasi mereka saat ini.

Sementara nyonya Lee mengangguk bangga dengan pendapat suaminya, yang memang sudah banyak pengalaman dalam keadaan apapun.

Akhirnya, tuan Lee mengajak anak dan istrinya untuk berdiskusi tentang situasi yang sedang mereka hadapi. Mereka tidak mau jika keadaan ini sampai terdengar oleh orang lain, meskipun itu adalah Erika - apalagi Ryan.

'Oh, jadi ini adalah strategi papa?' batin Tanu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status