"Apa maksudnya, Tuan Lee? Apakah ini adalah cara agar saya mundur dan tidak menikahi putri Anda?" tanya Ryan memastikan. Padahal sebenarnya, Ryan juga sudah tahu jawabnya.
"Iya, itulah maksudnya. Kami belum pernah melihat kamu sukses sebelumnya dan kami tidak percaya kamu bisa membahagiakan putriku." Tuan Lee mengangguk sambil tersenyum mencibir. Sebenarnya, Ryan masih saja merasa tersinggung oleh perkataan Tuan Lee. Tapi ia tetap berusaha untuk terlihat tenang, memberikan kesan yang baik agar pria dewasa didepannya saat ini tidak sesuka hati menyepelekannya. "Meskipun saya tidak setuju dengan pendapat dan penilaian Anda tentang saya, tapi saya akan menerima tawaran Anda. Tapi bisa saya tahu, kenapa Anda melakukannya?" inilah pertanyaan yang ingin disampaikan oleh Ryan sejak dulu. "Hm ... kamu tidak memiliki apa-apa. Kamu datang dari keluarga tidak mampu dan kami tidak yakin dengan kemampuanmu untuk membahagiakan dan memenuhi segala kebutuhan hidup putriku," ujar Tuan Lee mengemukakan kekhawatiran tentang masa depan putrinya dengan tatapan sinis ke arah Ryan. "Kalau begitu, saya akan mundur dan memilih uang tersebut. Terima kasih atas waktu Anda, Tuan Lee." Ryan mengangguk dan mengambil cek yang disodorkan di depannya. "Hah, aku sudah menduga kalau kamu memang berniat menikahi putriku hanya karena ingin menumpang hidup." Tuan Lee bahkan masih bisa menghinanya, menganggap bahwa Ryan hanya ingin keuntungan dari hubungan yang terjadi bersama dengan putrinya. Tapi Ryan tidak peduli. Ia hanya fokus dengan rencananya setelah kejadian ini, karena ia tidak ingin mendapatkan penghinaan lagi di masa depan. Ia telah berusaha mengumpulkan keberanian menghadapi Tuan Lee - lagi, dan membuat keputusan yang berbeda juga untuk bisa membuktikan diri. Ryan, memutuskan untuk menerima tawaran Tuan Lee dengan mendapatkan cek senilai 5 Milyar tersebut. Meskipun sebenarnya bukan untuk kekayaan semata, tetapi untuk merancang kehidupannya yang lebih baik dan memperbaiki hubungannya dengan keluarga besar istrinya di masa depan. Setelah ia pergi dari ruangan Tuan Lee, Ryan baru bisa mengekspresikan rasa marah dan kesal atas tawaran murahan yang diberikan oleh calon mertuanya tersebut. Namun ditengah kemarahannya, ia memikirkan sesuatu - bahwa dia memiliki uang sebesar 5 milyar rupiah untuk bisa dijadikan modal hingga sukses. Akhirnya, Ryan berencana untuk menanamkan uang 5 miliar tersebut dalam bentuk saham dan membuat satu SPBU di pinggir kota besar yang memiliki trafik ramai. Dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun, usaha Ryan mulai berkembang dan berhasil memperoleh keuntungan yang sangat besar dari saham dan SPBU tersebut! "Aku akan kembali dengan menampar kenyataan atas penilaian Anda, Tuan Lee. Aku bukanlah Ryan yang bisa kalian rendahkan!" tekad Ryan saat melihat amplop coklat yang saat ini ada ditangan kirinya. Ya, Ryan masih selalu mengingat tentang situasi di mana ia dihina dan diejek oleh Tuan Lee dan keluarga istrinya yang lain. Kini, ia kembali datang dengan kesuksesan dan keadaannya yang telah berubah menjadi seorang pengusaha sukses. Ia telah membuktikan bahwa seorang laki-laki yang pernah mereka remehkan bisa menjadi orang kaya seperti calon mertuanya, dengan cek 5 Milyar dari Tuan Lee sendiri. Ryan merasa sudah tiba saatnya ia harus menuntut haknya kembali, dengan cara menikahi Erika. Dengan mengatasnamakan cinta dan pembuktian diri sebagai seorang yang bisa diperhitungkan, ia kembali meminang Erika - lagi, dengan cek sebesar 5 milyar yang kini telah ada di tangganya. "Sekarang aku datang dengan kepala tegak," gumam Ryan tersenyum sebelum mengetuk pintu. Ryan berdiri tegak di depan pintu masuk, tangan kirinya memegang erat sebuah amplop coklat berukuran kecil berisi cek senilai 5 milyar rupiah. Dia tahu tindakannya ini akan menimbulkan banyak perdebatan dan pertanyaan dari keluarga Erika yang selalu memandang rendah dirinya - sejak awal. Namun, ia memutuskan untuk melangkah maju dan mengambil risiko. Dia mengetuk pintu rumah keluarga Yurika dengan harapan mendapat jawaban yang ia inginkan, bahkan jika itu hanya sekedar basa-basi. "Cari siapa?" tanya pelayan yang datang membuka pintu. "Tolong katakan pada Erika, kalau Ryan Aprianto datang berkunjung," ucap Ryan pada pelayan. Pelayan itu menatap Ryan dengan pandangan tajam, memberikan penilaian untuk membuat keputusan apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Setelah beberapa detik, ia menganggukkan kepalanya dan bersedia memberitahu majikannya - Erika. "Tunggu sebentar, saya akan memberitahu pada Nyonya dan Tuan Lee juga," ucap pelayan, mempersilahkan Ryan untuk masuk ke dalam dan menunggu. Ryan melangkah masuk ke dalam ruang tamu, tempat di mana dulu sering menjadi saksi dirinya yang tidak bisa menegakkan kepala saat direndahkan, mendapat penghinaan demi penghinaan dari keluarga Erika. Sekarang ia menunggu dengan tenang meski tetap gelisah akan kelanjutan dari keputusannya. Tak lama kemudian, Erika muncul. Ia tetap terlihat cantik memakai pakaian rumah dan melihatnya dengan wajah yang sumringah. "Mas Ryan, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Erika dengan raut muka bingung, tapi juga terlihat gurat senang yang ingin disembunyikannya. Ryan merogoh kantongnya dan membuka amplop yang berisi cek tersebut, kemudian menyerahkannya kepada Erika. "Aku datang ke sini bukan karena uang atau bisnis. Aku datang karena aku menyadari bahwa aku masih mencintaimu, Erika. Aku ingin meluruskan perjanjian yang pernah ditawarkan oleh papamu, karena aku merasa itu salah. Dan aku ingin mencoba memperbaikinya, demi cinta kita. Apakah kamu mau kembali padaku?" tanya Ryan memberikan penjelasan. Erika terkejut setelah mendengarkan penjelasan tersebut. Tapi setelah beberapa detik berlalu, ia akhirnya memberikan jawaban yang tidak pasti padanya. "A-ku ... tidak tau, mas Ryan. A-ku tidak yakin, sebab dulunya, kata papa - mas Ryan pergi dan mengambil cek tanpa mau berjuang untukku," terang Erika dengan wajah ragu-ragu. "Kenapa? Apakah kamu meragukan kemampuan dan cintaku untukmu?" tanya Ryan khawatir. "Kata papa, mas Ryan tidak mau menikahi aku dan memilih untuk pergi tanpa memberikan penjelasan. Lalu, apakah aku tidak boleh merasa sakit hati?" terang Erika dengan mata berkaca-kaca, memberitahu keadaan masa lalunya setelah keputusan Ryan yang tidak diketahuinya. Deg! Ryan terkejut mendapatkan kebenaran atas keputusan yang diambilnya dari dua pilihan tuan Lee. Padahal ia memilih pilihan uang karena tidak mau kehidupannya bersama Erika menderita setelah menikah. Sama seperti pengalaman yang pernah ia alami dulu. Tapi kenyataannya, tuan Lee justru mengarang bebas dengan cerita lain pada putrinya sehingga Erika merasa sakit hati padanya. Namum yang diketahui Ryan adalah, Erika belum mau menikah dengan pria lain hingga saat ini. Ryan memahami ketidakpastian Erika kali ini, ia berdiri kembali dan meminta izin untuk pulang. "Aku mengerti, sayang. Aku akan menunggu jawabanmu," ucap Ryan dengan santainya. "Tunggu!" Itu adalah suara tuan Lee. Laki-laki itu datang bersama istrinya dengan wajah dingin, seakan-akan melihat gembel yang datang meminta sedekah pada keluarga mereka. Kedua orang tua Erika berpikir bahwa Ryan datang ke rumah mereka untuk meracuni pikiran Erika, kemudian nekat menikahi Putri mereka setelah dulu mengambil keuntungan dari cek yang ditawarkan. "Apa maksudmu datang ke sini?" tanya tuan Lee dengan pandangan tajam. "Tuan Lee, Saya datang untuk meminang Erika, dan ini cek sebesar 5 miliar saya serahkan kembali pada Anda." Tuan Lee terbelalak kaget, begitu juga dengan nyonya Lee. Mereka tidak percaya dengan apa yang dibawa Ryan, yang nyatanya sudah bisa mengembalikan cek sebesar itu hanya dalam dua tahun."Dulu saya memilih untuk tidak menikahi Erika, karena saya tidak yakin bisa memberikan kebahagiaan yang pantas untuknya. Tapi saya telah berusaha keras dan berhasil membangun bisnis yang cukup sukses dan saya siap untuk membahagiakan Erika," jelas Ryan dengan tegas di depan sepasang suami istri Lee itu. Mereka masih tidak yakin tentang niat Ryan. Namun, Ryan sudah memperlihatkan hasil bisnisnya dengan data dan fakta yang cukup meyakinkan mereka berdua. "Aku tahu aku telah salah pada awalnya. Tapi aku ingin meminta maaf dan memperbaiki semuanya," ucap Ryan dengan rendah hati, menatap Erika dengan penuh cinta. Tuan Lee dan istrinya saling pandang, berbicara sebentar lalu meminta waktu untuk mendiskusikan hal ini dengan putrinya - Erika. Sementara Erika sendiri melihat dengan tatapan tidak percaya pada kedua orang tuanya. Dan setelah beberapa saat, mereka ingin memberikan kesempatan untuk Ryan yang kini telah sukses dan pantas bergabung dengan keluarga besar mereka. "Kami melihat
Beberapa minggu setelah Julian mulai menyebarkan informasi palsu sehingga bisnis Ryan mulai goyah dan karyawannya mulai merasa khawatir tentang masa depan mereka, takut jika Ryan bangkrut dan mem-PHK mereka. "Apakah Andal tahu apa yang terjadi dengan bisnis kita?" tanya salah satu karyawan kepada Ryan. "Saya rasa semua berjalan seperti biasa saja, Tapi, saya juga tidak tahu apa yang sedang terjadi. Jangan khawatir dengan kondisi ini, saya pasti akan segera mencari tahu dan mengatasinya." Ryan mencoba menenangkan karyawan tersebut. Ryan yang kebingungan dan tidak tahu apa yang sedang terjadi, belum bisa memberikan solusi apa-apa selain kata-kata menenangkan. Tapi dengan cepat ia mencoba mencari tahu lebih lanjut dan akhirnya mengetahui bahwa informasi palsu sedang beredar tentang bisnisnya. Tentu saja penemuan itu membuat Ryan marah, sebab informasi yang beredar adalah informasi hoax yang dilakukan oleh orang lain dan kemudian disebarkan lagi oleh orang-orang lainnya juga. Rota
Tuan Lee mengajak menantu prianya ke ruang kerja, lalu mempersilahkan Ryan untuk duduk di depannya. Pria setengah tua itu tidak segera mengatakan apapun, dan ini membuat Ryan merasa cemas serta khawatir. Ia tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh papa mertuanya itu. Tapi Ryan juga tidak langsung bertanya, membiarkan papa mertuanya yang memulai terlebih dahulu. Setelah saling diam dalam beberapa menit, barulah Tuan Lee mengeluarkan suara yang ternyata tidak seperti yang dipikirkan Ryan. "Ryan. Jujur, papa cukup merasa bangga dengan keberhasilan usaha dan bisnis yang kau rintis. Kamu juga sudah membuktikan bisa sukses dalam waktu singkat," kata tuan Lee dengan nada suara yang rendah. "Terima kasih, pa." Ryan mengangguk, merespon pernyataan tersebut. Ryan cukup merasa lega mendengar kata-kata papa mertuanya itu. Tapi ia belum bisa tenang, merasa bahwa tuan Lee pastinya punya maksud lain dengan mengajaknya untuk menepi dari yang lainnya, bicara di ruang kerja ini. "Lalu,
Malam ini Ryan berkesempatan untuk menikmati makan malam di rumah mertuanya bersama sang istri untuk yang terakhir kali, sebab malam ini juga mereka akan mengatakan rencananya untuk pindah ke rumah miliknya sendiri. Ruang makan yang dipenuhi dengan perabotan mebel dan perabotan makan yang mahal memang tampak istimewa, khas milik keluarga kaya. Aneka macam makanan lezat juga tertata rapi di atas meja, dengan berdampingan dengan buah-buahan premium. "Ayo, mas Ryan." Erika menggandeng tangan suaminya menuju meja makan. "Ya," jawab Ryan pendek. Setibanya di meja makan, baru ada Tanu - kakaknya Erika, yang duduk sambil makan buah anggur. Sedangkan tuan Lee dan istrinya datang setelah Ryan dan Erika baru saja duduk. Tuan Lee, meminta pada istrinya untuk mengambilkan makanan untuknya terlebih dahulu. Setelah itu yang lain baru mengikuti, sebab seperti itulah memang kebiasaan mereka jika sedang makan bersama. Ryan yang sudah mengetahui kebiasaan ini di kehidupannya yang dulu, tent
Setelah sedikit bersitegang, tuan Lee dan istri, akhirnya setuju dengan rencana Ryan yang ingin membawa Erika untuk tinggal di rumahnya sendiri. Dan pagi hari ini, mereka berdua justru ikut membantu persiapan mereka. Meski Ryan sudah meminta pada istrinya untuk tidak banyak membawa barang dari rumah orang tuanya, tapi Erika bilang itu adalah barang-barang pribadi miliknya untuk kebutuhannya sendiri. "Ini cuma barang-barang kebutuhan wanita, mas Ryan. Aku gak bawa perabotan," kata Erika memperlihatkan bawaannya yang ada dua koper. "Keperluan dan kebutuhan wanita itu banyak, Ryan. Jadi, ya begitulah. Makanya, papa tidak mau Erika mendapatkan suami yang tidak bisa memenuhi kebutuhan dan keinginannya." Tuan Lee tersenyum canggung mengingat kejadian yang dulu, saat memberikan penawaran pada Ryan sebelum menikah. "Itulah kenapa, banyak orang tua yang merasa sedikit tidak rela jika anak gadisnya diperistri laki-laki yang tidak sepadan atau setara dengan keluarganya. Ya, karena itu!"
"Selamat datang, Sayangku. Istriku ..." Ryan membuka pintu rumah lebar-lebar, mempersilahkan istrinya untuk masuk ke dalam rumahnya yang sudah dipersiapkan untuk mereka tempati setelah menikah. "Kamu, suka?" tanya Ryan kemudian, saat melihat istrinya terdiam meskipun matanya tampak berbinar-binar saat melihat sekeliling. "Mas, ini ..." Erika tidak bisa melanjutkan kalimatnya dengan lancar karena ini jauh berbeda dari ekspektasinya, mengenai rumah suaminya. Meskipun tahu jika suaminya bukan lagi karyawan biasa, dan sudah menjadi seorang pengusaha tapi ia tidak pernah menyangka jika Ryan telah menjadi sangat kaya raya. Saat melamar dan menikahinya, Ryan memang telah mengembalikan uang 5 Milyar pada papanya. Jadi, Erika berpikir bahwa suaminya itu harus kembali berjuang untuk mendapatkan kekayaan agar usahanya berjalan lancar. Apalagi pesta pernikahan mereka, semua biaya pesta juga ditanggung sendiri oleh Ryan. Orang tuanya tidak ikut membiayai pesta sama sekali, dan itu perm
"Kata papaku, kekayaan Ryan saat ini setara dengan para "sembilan naga" yang menguasai bisnis Indonesia. Tapi, entah itu dari mana papa mendapatkan informasi," ungkap Tanu - beberapa saat setelah mereka saling diam, membuat Julian kembali membelalakkan mata tidak percaya. "Yakin itu Ryan yang kita maksudkan?" tanya Julian cepat. Bukan tanpa alasan jika Julian tidak percaya dengan kekayaan yang dimiliki oleh Ryan saat ini, sebab sebagai eksekutif muda yang cukup memiliki lingkungan pertemanan yang juga sama-sama eksekutif dan pembisnis, tentunya ia sedikit banyak tahu siapa-siapa saja orang yang paling sukses dalam waktu terakhir ini. Tapi jika informasi Tanu ini dari tuan Lee sendiri yang mengatakannya, tentu saja Julian juga tidak bisa menyangkal. Tuan Lee pastinya memiliki informasi yang akurat dan bukan hanya sekedar isapan jempol belaka. "Bukankah usaha Ryan hanya SPBU kecil di jalan utama arah tol menuju Jawa Tengah?" Julian kembali memastikan. "Ya, aku tahunya juga cuma itu
Lima pria dengan pakaian rapi layaknya eksekutif, menunggu di tempat duduk untuk acara meeting pagi ini. Meja persegi panjang dari kayu jati pilihan, tampak mengkilat mewah dengan berbagai alat-alat di atasnya, peralatan yang digunakan untuk kebutuhan meeting. Clek!Pintu ruangan terbuka, tampaklah seorang pria yang masih muda dan gagah berjalan dengan elegan ke tempat duduk yang kosong di ujung meja. Dia adalah pemimpin meeting, yang merupakan ketua lima pria yang kini berdiri menyambut kedatangannya."Kita mulai meeting pagi ini," ucap pria tersebut lalu disambut anggukan kepala kelima orang yang memang menunggunya.Pria dengan setelan jas hitam yang rapi kini memimpin jalannya rapat, sementara yang lain disibukkan dengan berbagai alat-alat penunjang meeting seperti laptop, handphone dan alat tulis lainnya.Arah pandang mereka, fokus pada layar plasma presentasi, membuat mereka semua terlihat tegang karena laya
"Apa maksudmu, Bang Ded?" tanya Elsa dengan nada heran, menatap Dedi dengan bingung - tidak mengerti arah pembicaraannya tadi.Dedi menghela napas panjang, berhenti sejenak di depan lift yang belum terbuka. Ia memastikan tidak ada orang lain di sekitar mereka sebelum melanjutkan pembicaraannya."Aku tahu kamu dekat dengan Pak Ryan. Kita semua dekat dengannya, tapi aku melihat ada sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan profesional antara kamu dan dia," ujar Dedi dengan serius, menatap langsung ke mata Elsa.Elsa mengerutkan kening. "Maksudmu, aku dan Pak Ryan...?" Ia tertawa kecil, merasa absurd dengan apa yang dipikirkan Dedi. "Bang Ded, kamu salah paham. Aku tidak ada perasaan apa-apa terhadap Pak Ryan. Dia bosku, dan kita hanya bekerja sama. Hubungan kita sebatas profesional, tidak lebih."Namun, Dedi tampak tidak terpengaruh oleh penjelasan Elsa. "El, aku tahu kamu orang yang baik. Tapi terkadang, kedekatan bisa menimbulkan persepsi yang salah, apalagi ketika orang lain melihatny
Beberapa hari setelah perbincangan Ryan dan Rangga, suasana di sekitarnya semakin stabil. Hubungan Ryan dengan orang-orang di sekitarnya mulai membaik, terutama dengan istrinya - Erika, yang sempat syok berat karena mengetahui papanya ikut terlibat dalam konspirasi yang ingin menjatuhkan suaminya. Sementara Nyonya Lee juga ikut syok dan akhirnya harus mengungsi ke luar negeri demi kesehatan mentalnya.Tanu yang sempat khawatir dengan kehadiran Rangga, akhirnya bisa bernapas lega setelah mengetahui bahwa Rangga tidak lagi memiliki ambisi untuk mengambil alih perusahaan. Tindakan Ryan yang memperbaiki hubungan dengan Rangga menjadi kunci untuk menghindari konflik lebih jauh, dan itu membuatnya semakin dihargai oleh keluarga dan orang-orang di sekitarnya.Sementara itu, di rumah, hubungan Ryan dan Erika semakin hangat. Meskipun sibuk dengan urusan perusahaan dan masalah-masalah yang baru saja berlalu, Ryan selalu meluangkan waktu untuk istrinya. Mereka sering menghabiskan waktu bersama d
Beberapa hari setelah Tuan Lee, Tuan Haris, dan Nadia diproses hukum, suasana di perusahaan Ryan mulai stabil. Tidak ada yang bisa lepas begitu saja dari jerat hukum, jika memang mereka bersalah. Dan Ryan, tidak memiliki toleransi bagi mereka yang berkhianat.Berbeda dengan keadaan Ryan, Tanu justru sedang resah. Keberadaan Rangga yang masih berkeliaran di sekitar perusahaan Lee membuatnya merasa terganggu. Meski Rangga tidak lagi membuat keributan atau mencoba mengambil alih perusahaan, kehadirannya tetap memicu ketegangan yang membuat suasana tidak nyaman. Tanu tidak bisa menyembunyikan rasa jengkelnya, sering kali mengeluh pada Ryan atau Erika tentang hal tersebut.Melihat ketidaknyamanan Tanu dan menyadari bahwa permasalahan di antara mereka bisa saja merusak hubungan keluarga yang tersisa, Ryan memutuskan untuk mengambil inisiatif. Dia merasa sudah waktunya berbicara dengan Rangga, bukan sebagai rival bisnis, tetapi sebagai saudara yang masih memiliki ikatan darah dengan istrinya
Ryan berhenti melangkah dan menoleh kembali ke arah Tanu, matanya tampak serius. Pertanyaan yang baru saja dilontarkan Tanu membuat suasana yang semula mulai mereda kembali terasa tegang. Erika, yang berdiri di samping suaminya, menatap Tanu dengan cemas, seakan tahu bahwa pembahasan ini akan membawa kembali ingatan-ingatan buruk yang tentu saja masih membekas dengan jelas.Ryan menghela napas panjang sebelum berbicara. "Kak Tanu, aku tahu ini bukan hal yang mudah untuk kita semua. Apalagi, bagimu dan Erika, dia tetaplah papa kalian." Ryan berbicara dengan hati-hati, tak ingin memancing lebih banyak perasaan keduanya terluka."Tapi, Papa..." Suara Tanu tercekat, menelan ludahnya susah. "Apa yang harus kita lakukan sekarang? Bagaimana jika dia—""Kita harus menyerahkan semuanya pada hukum, Kak Tanu." Ryan memotong dengan tegas, namun suaranya tetap tenang. "Semua bukti sudah jelas mengarah ke Papa. Dia terlibat dalam rencana bersama Tuan Haris dan melibatkan Nadia juga untuk mencelakak
Erika berjalan anggun memasuki ruang meeting, di sampingnya ada Ryan yang selalu tampak tenang namun penuh wibawa. Suara langkah kaki mereka berdua yang berirama membuat suasana di ruangan itu terasa semakin menegangkan. Tanu yang masih berdiri di depan meja konferensi menatap ke arah keduanya, sementara Rangga yang semula tampak percaya diri, kini mulai terlihat tidak nyaman dengan kehadiran mereka.Ryan, yang memegang saham terbesar di perusahaan ini setelah penyuntikan dana besar-besaran saat perusahaan Lee hampir bangkrut, hanya memberikan anggukan kecil kepada Tanu. Ia kemudian berjalan ke arah kursi di ujung meja, posisi yang biasanya diisi oleh pemegang keputusan tertinggi dalam pertemuan semacam ini.Erika, yang selama ini menjadi sosok penting di balik layar - sebab dirinya juga memiliki beberapa persen saham di perusahaan keluarganya ini, tidak banyak bicara. Namun kehadirannya kali ini jelas menunjukkan bahwa dia bukan sekadar anak perempuan dari Tuan Lee, tetapi juga seora
Tanu berdiri tegak di ruang pertemuan yang luas, matanya menatap dengan tajam ke arah sepupunya - Rangga, yang memaksa ikut dalam pertemuan ini. Rangga duduk di hadapannya dengan sikap percaya diri, merasa menjadi bagian dari perusahaan yang saat ini dipimpin Tanu.Rangga, sepupu Tanu yang juga sekaligus keponakan Tuan Lee, kini berani menunjukkan ketertarikannya untuk mengambil alih kepemimpinan perusahaan yang selama ini dijalankan oleh Tuan Lee. Sementara itu, Tuan Lee, ayah Tanu dan Erika, kini tengah mendekam di penjara, jelas telah membuat keputusan-keputusan yang mempengaruhi banyak hal - termasuk merosotnya harga saham perusahaan. Namun, meskipun hubungan keluarga ini mengikat mereka dalam ikatan darah, Tanu tahu bahwa tidak ada tempat bagi Rangga di dalam dunia bisnisnya ini —terutama dengan segala yang telah terjadi.Tangga sendiri - bersama dengan keluarganya yang lain, sudah mendapatkan bagiannya di luar kota - perusahaan cabang yang selama ini ditangani mendiang ayahnya R
Malam itu, Ryan duduk di tepi tempat tidur mereka, memandangi Erika yang duduk masih betah terpaku di kursi dekat jendela, menatap kosong ke luar. Udara malam yang sejuk tampaknya tidak bisa menenangkan kekacauan yang bergejolak di dalam diri Erika.Ryan bisa melihatnya, bagaimana istrinya itu memendam sesuatu yang besar, sebuah kepedihan yang lebih dalam dari sekadar banyak peristiwa - termasuk kecelakaan yang pernah dia alami beberapa waktu lalu."Aku nggak tahu harus bagaimana, mas Ryan," ujar Erika pelan, suaranya serak."Kenapa, hm?" Ryan bertanya maksud perkataan istrinya."Papa... dia... dia..." Erika terhenti, suaranya hampir hilang ditelan perasaan yang mendalam."Selama ini aku merasa terjebak dalam permainan yang tak aku pahami. Semua ini ternyata sudah direncanakan sejak lama, dan aku... aku tidak pernah tahu apa-apa tentang rencana papa." Akhirnya, Erika bisa mengeluarkan kata-kata yang begitu menyesakkan dadanya.Ryan menghembuskan napas panjang, berjalan mendekat dan du
Setelah peristiwa yang mengguncang mereka semua, hari-hari selanjutnya penuh dengan ketegangan meskipun situasi sudah mulai mereda. Ryan masih berusaha menenangkan Erika dan dirinya sendiri setelah semua yang terjadi, sementara Elsa, Dedi, Fery, dan Tomi berusaha memberikan dukungan moral pada mereka berdua. Namun, ada satu hal yang tak banyak orang ketahui, bahkan Elsa sendiri belum menyadarinya.Dedi selalu memperhatikan Elsa dari kejauhan, bahkan sudah sejak lama. Di tengah segala kecemasan dan ketegangan yang mereka alami, Dedi merasa cemas dengan keberadaan Elsa yang selalu berada di dekat Ryan. Entah mengapa, setiap kali melihat Elsa tertawa atau berbicara dengan Ryan, hatinya terasa teriris. Dedi tahu perasaan ini bukan hal yang bisa ia tunjukkan, apalagi di tengah kesibukan mereka yang terus bergulir. Namun, perasaan itu semakin tak bisa ia bendung."Elsa, bisa bantu aku sebentar?" Dedi memanggil, berusaha tidak terlalu terlihat gelisah.Elsa yang sedang berdiri bersama Fery d
Ketika suasana semakin tegang dan tak terkontrol di ruangan gelap itu, tiba-tiba terdengar suara sirine polisi dari kejauhan, semakin dan mendekat ke lokasi. Ryan, Julian, dan Tuan Lee sama-sama tersentak, menyadari bahwa keadaan akan segera berubah drastis.Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka dengan keras. Dedi, Fery, dan Tomi masuk berbarengan, wajah mereka tegang namun sedikit lega melihat Ryan masih berdiri meskipun dengan wajah yang tampak lelah dan tubuh penuh luka."Kalian?!" seru Ryan, terkejut melihat asistennya. "Bagaimana kalian bisa tahu kami di sini?" tanyanya kemudian.Dedi mendekat cepat, matanya melirik sejenak ke arah Tuan Lee yang masih tersandar di dinding dan Tuan Haris yang tergeletak di lantai, juga Julian yang diam saja seperti tidak melakukan apapun dalam keadaan ini."Kami dapat info dari Elsa, Pak Ryan. Kami segera ke sini begitu tahu kau dalam bahaya," terang Dedi."Kau tamat, selesai sekarang ini, Tuan Haris. Polisi juga sudah di sini," ujar Fery dingi