Share

Kebangkitan Istri Yang Lemah
Kebangkitan Istri Yang Lemah
Penulis: Lapini

1. Kehadiran Masalalu

Penulis: Lapini
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-17 22:15:36

Azizah menyusuri lorong sekolah yang sunyi, merasakan detak jantungnya semakin kencang. Tangannya menggenggam buku tugas Arlin yang mulai berkeringat. Ketika sampai di depan kelas Arlin, ia melihat seorang wanita dengan rambut panjang kecoklatan berdiri dengan anggun, mata birunya menatap lurus ke arahnya. Wanita itu ialah Carisa Hargantasya, mantan kekasih Darino.

Carisa tersenyum tipis, "Azizah, lama tidak berjumpa." Suaranya sehalus sutra, penuh rahasia dan ketegangan. Azizah merasakan ketidaknyamanan sejenak, seolah bayangan masa lalu yang tiba-tiba muncul di antara mereka.

"Carisa," balas Azizah dengan tegas, meskipun hatinya berdebar. "Apa yang membawamu kemari?" tambahnya.

Carisa mengangkat alis, seakan terkejut oleh pertanyaan Azizah. "Aku bekerja disini sebagai guru dan walikelas 1A."

Azizah menatap Carisa, mencoba menyelami niat wanita itu. Ia mencoba untuk mencerna apa yang baru saja diucapkan oleh Carisa, lalu tersadar ternyata putrinya berada di kelas 1A.

Suasana semakin hening saat Darino muncul di belakang mereka. "Azizah? Carisa?" Suaranya terdengar bingung, tatapan matanya mencoba mengerti apa yang terjadi dihadapannya.

Carisa berbalik, senyum kecil masih menghiasi bibirnya, "Darino, apa kabar? Sudah lama sekali."

Tatapan Darino mengeras, tetapi ia berusaha tetap tenang. "Carisa, ini bukan waktu yang tepat."

Suara langkah kaki siswa-siswa yang berlarian di lorong sekolah mulai memudar, menambah suasana hening yang mencekam. Azizah berdiri tegap, tatapan matanya tidak lepas dari Carisa. Dia merasa udara di sekitarnya berubah, menjadi lebih berat dengan ketegangan yang tak terucapkan.

Darino menarik napas dalam-dalam, berusaha menjaga ketenangan. "Carisa, jika ada sesuatu yang perlu dibicarakan, kita bisa cari waktu yang tepat," katanya, dengan nada tegas namun lembut.

Carisa menghela napas pelan, tatapannya tak lepas dari Darino. "Baiklah, Darino. Aku akan menunggu waktu yang tepat," tuturnya dengan suara lembut, dan senyum manis miliknya.

Meskipun merasa gelisah, Azizah tetap berdiri dengan teguh. Dalam hatinya, ia berjanji akan mempertahankan keluarganya dari bayangan masa lalu yang mengancam kebahagiaan mereka.

Carisa menatap Azizah yang sedang menatapnya dengan tatapan datar, lalu beralih menatap Darino yang menggenggam tangan Azizah cukup erat. Seperti mustahil untuknya merebut Darino dari Azizah.

Carisa menyunggingkan senyumnya, lalu mendekat kepada Darino untuk membisikkan sesuatu, setelahnya dia pamit undur diri.

“Kode apartementku masih sama. Datang kapan saja kalau kamu membutuhkannya.”

*

Azizah duduk di meja makan, tangannya menggenggam cangkir teh yang sudah mulai dingin. Wajahnya masih terlihat tegang setelah pertemuan dengan Carisa. Darino duduk di depannya, wajahnya tampak serius namun lembut.

“Azizah, dengarkan aku,” kata Darino dengan nada suara menenangkan. “Aku tahu ini mengejutkan, tapi Carisa menjadi wali kelas Arlin bukan berarti sesuatu yang buruk akan terjadi.”

Azizah menghela napas, tatapannya terfokus pada cangkir teh di tangannya. “Bagaimana mungkin aku bisa tenang, Mas? Dia mantanmu dan sekarang dia dekat dengan anak kita. Apa maksudnya?”

Darino meraih tangan Azizah, mencoba menenangkan kecemasan yang membara dalam dirinya. “Carisa tidak ada niat buruk. Dia hanya menjalankan tugasnya sebagai guru. Kita harus memberikan kepercayaan kepadanya, seperti kita memberikan kepercayaan pada guru lain.”

Azizah mengangkat tatapannya, menatap mata Darino yang penuh ketulusan. “Aku percaya kamu tidak akan bermain dengan perempuan itu dibelakangku, tetapi ini Carisa, dia sudah terkenal dengan sifatnya yang selalu menggoda laki-laki lain,” tuturnya dengan menahan emosi.

Darino mengusap punggung tangan Azizah dengan lembut, “Aku paham. Kita akan hadapi ini bersama, seperti kita hadapi semua hal lain selama lima tahun ini. Yang penting sekarang adalah kebahagiaan Arlin.”

Azizah mengangguk pelan, merasa sedikit tenang dengan keyakinan dan keteguhan Darino. “Baiklah, aku akan mencoba lebih tenang. Tapi kamu harus janji, jika ada yang aneh, kamu akan segera memberitahuku,” ucapnya dengan nada lembut, menatap Darino cukup dalam.

Darino tersenyum kecil, lalu mengangguk. “Aku janji. Kita akan selalu berbicara terbuka satu sama lain. Kamu tahu itu,” tuturnya dengan lembut, mengecup puncak kepala sang istri cukup lama.

Azizah memejamkan mata sejenak, membiarkan kata-kata Darino meresap. Pikirannya melayang ke hari-hari awal pernikahan mereka, ketika kepercayaan dan cinta mengatasi segala ketakutan. Perlahan ia membuka mata, tatapannya lebih tenang. 

“Aku hanya tidak ingin sesuatu mengancam keluarga kita. Aku terlalu mencintai kalian berdua.”

Darino menghela napas dalam, menatap mata Azizah dengan penuh kehangatan. “Aku juga mencintai kalian. Jangan biarkan bayangan masa lalu merusak apa yang kita miliki sekarang.”

Malam semakin larut, suara jam dinding terdengar pelan di tengah keheningan. Darino mengambil cangkir teh dari tangan Azizah dan menaruhnya di meja. “Ayo, kita tidur. Besok kita punya hari yang panjang.”

Azizah mengangguk dan bangkit dari kursinya. “Baiklah. Terima kasih Mas karena selalu ada.”

Darino tersenyum, merangkul bahu Azizah dengan lembut saat mereka berjalan menuju kamar tidur. Di antara bayangan dinding rumah mereka, sepasang suami istri ini terus berusaha menjaga api cinta dan kepercayaan tetap menyala, menghadapi setiap tantangan dengan hati yang kuat dan penuh kasih sayang.

Keteguhan hati dan kekuatan cinta mereka menjadi tameng menghadapi segala rintangan, menjaga agar bayangan masa lalu tidak merusak kebahagiaan yang telah mereka bangun bersama. Di setiap langkah, mereka berjanji untuk terus berbicara dan saling percaya, membawa harmoni dan kekuatan dalam keluarga mereka.

Di kamar tidur yang redup, Darino menarik selimut untuk Azizah, membiarkan kehangatan menyelimuti tubuh istrinya. “Aku tidak akan membiarkan siapapun atau apapun mengancam kebahagiaan kita,” bisiknya, mencium kening Azizah dengan lembut. 

Azizah menatap mata Darino dalam-dalam, merasakan cinta yang tulus dari setiap kata-katanya. “Aku tahu, Mas. Terima kasih,” jawabnya pelan, senyumnya mulai kembali.

Dalam keheningan malam itu, Azizah dan Darino memejamkan mata dengan penuh rasa syukur dan ketenangan. Meskipun bayangan masa lalu mungkin akan selalu ada, mereka yakin bahwa cinta dan kepercayaan mereka satu sama lain akan terus bertahan dan melindungi kebahagiaan keluarga mereka, apapun yang terjadi.

Setelah 10 menit berlalu, Azizah membuka kedua matanya, ia mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap suaminya yang tidur menghadap kepadanya dengan kedua mata yang terpejam.

Telapak tangan kanan wanita itu menelusuri wajah suaminya yang tenang dan tampan. Azizah menghela nafasnya perlahan, menggelengkan kepala untuk menghapus bayang-bayang yang menghantuinya sejak pertemuannya dengan Carisa hari ini.

“Sayang, apa yang sedang kamu fikirkan, hm?”

Darino menahan tangan sang istri, ia membuka kedua matanya dan bertemu dengan kedua mata indah milik Azizah. Ditengah penerangan yang minim karena hanya lampu tidur yang menyala, tidak menghalangi Darino untuk memperhatikan kedua mata wanitanya.

“Memangnya tidak boleh melihat wajah suami sendiri?” tanya Azizah setelah berhasil mengumpulkan tenaganya.

Darino terkekeh, ia menarik sang istri untuk lebih mendekat kepadanya, mengecup singkat bibir ranum milik Azizah. Tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali sehingga membuat Azizah mendesis kesal.

“Sayang, jangan berbohong kepadaku,” ujar Darino dengan suaranya yang lembut, menyelipkan helai rambut wanitanya supaya tidak ada yang menghalangi pandangannya untuk memperhatikan wajah cantik Azizah.

Azizah terdiam sejenak memperhatikan Darino yang sedang menatapnya. Dirinya dan Darino sudah bersama kurang lebih 7 tahun, jadi wajar saja jika Darino mengatakan hal tersebut kepadanya.

“Mas ….”

“Hmm ….”

“Aku atau Carisa?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   2. Gara-Gara Pulpen

    Pusat perbelanjaan dipenuhi hiruk-pikuk suara orang ramai, namun perhatian Azizah tertuju pada sosok familiar di depan gerai jam tangan. Darino berdiri di sana, benda pipih dengan casing berwarna hitam itu menempel ditelinga kanan, seperti sedang membicarakan hal serius. Azizah berhenti sejenak, matanya menyipit, mencoba memastikan bahwa yang dilihatnya bukanlah ilusi."Ma, kenapa berhenti?" tanya Arlin dengan mata yang penasaran menatap Azizah.Azizah menarik napas dalam-dalam, memberikan senyuman tipis kepada putrinya. "Tidak apa-apa, Sayang. Mama hanya melihat sesuatu." Tanpa menunggu lebih lama, Azizah menggandeng tangan Arlin dan berjalan menuju Darino, langkahnya tegas namun terjaga.Darino menutup teleponnya, wajahnya menunjukkan sekilas keterkejutan saat melihat Azizah mendekat. "Azizah? Arlin?" suaranya terdengar sedikit tersendat."Darino, kamu sedang apa disini? Bukankah seharusnya kamu ada jadwal kelas sekarang?" suara Azizah lembut namun penuh dengan pertanyaan yang tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   3. Kembali Ke Rumah

    Azizah menatap Darino yang mencekal tangannya saat ingin masuk ke dalam mobil setelah mengantar Arlin pergi ke sekolah. Hatinya masih dipenuhi dengan amarah dan kekecewaan. Suara burung berkicau di pagi hari terasa kontras dengan gejolak emosional yang ia rasakan."Sayang, tolong dengarkan aku," suara Darino penuh dengan permohonan, matanya mencari-cari tatapan Azizah. "Aku bisa menjelaskan semua ini. Semua ini hanya kesalahpahaman."Azizah menarik tangannya dengan gerakan cepat, menghindari sentuhan suaminya. "Kesalahpahaman? Kamu sudah memiliki buktinya?" katanya dengan nada suara yang mencoba tetap tenang, namun jelas mengandung kemarahan yang tertahan.Darino menghela napas, jelas merasa frustasi tetapi tidak mau menyerah. "Izinkan aku membuktikan bahwa ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan. Tolong, aku hanya ingin kamu kembali ke rumah."Azizah menggelengkan kepala, matanya penuh dengan kebingungan dan sakit hati. "Aku butuh waktu untuk sendiri, Darino. Mama juga tidak mengi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   4. Dihantui Masalalu

    Azizah kembali pulang ke rumah bersama Arlin setelah beberapa hari berlalu. Arlin sangat bahagia bisa bertemu lagi dengan Darino, wajahnya memancarkan keceriaan yang sudah lama hilang. "Papa!" seru Arlin sambil berlari ke pelukan Darino yang sudah menunggu di ruang tamu dengan wajah penuh harap.Darino merangkul putrinya erat-erat, merasakan kehangatan keluarga yang hampir hilang. "Arlin, Papa rindu sekali padamu," katanya dengan suara bergetar, matanya berkaca-kaca melihat kebahagiaan putrinya. Dia mengecup kedua pipi putrinya dan tersenyum terharu.Azizah berdiri di belakang, menatap momen tersebut dengan hati yang campur aduk. Meski ia masih menyimpan kekecewaan dan kemarahan, ia tahu bahwa pertemuan ini penting bagi Arlin. Setelah beberapa saat, ia mengambil napas dalam-dalam dan melangkah maju. "Darino, kita perlu bicara," katanya dengan nada tegas tapi tenang.Darino menatap Azizah dengan tatapan penuh harap. "Tentu, Azizah. Aku siap menjelaskan semuanya." Mereka berdua duduk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   5. Siapa itu CH?

    Pada malam ini, Carisa mengenakan pakaian super ketat dan seksi, sementara Darino mengenakan kemeja hitam yang kontras dengan suasana hatinya yang gelap. Mereka berada di sebuah restoran, di dalam ruangan VIP yang dipesan oleh Carisa. Darino merasa dijebak, suasana ruangan yang seharusnya mewah terasa menyesakkan.Carisa menghela napas panjang, matanya menatap Darino dengan tatapan yang sulit diartikan. "Silakan duduk, Darino," katanya dengan nada suara yang berusaha terdengar santai, namun ada ketegangan yang tak bisa disembunyikan.Darino tetap berdiri sejenak, menimbang-nimbang situasi sebelum akhirnya duduk dengan enggan. Ia merasakan dinginnya kursi di bawahnya, seolah mencerminkan suasana hatinya yang penuh kecurigaan. Carisa duduk di seberangnya, senyum tipis menghiasi wajahnya yang penuh riasan."Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Darino, suaranya datar namun tegas, mencoba mengendalikan situasi.Carisa mengangkat bahu, memainkan rambutnya dengan jari-jari yang lentik

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   6. Kepercayaan Azizah Memudar?

    “Mas ….”Azizah menatap suaminya yang memakai jam tangan dihadapannya saat ini, perasaannya bimbang, antara ingin bertanya dan melupakan. Bukan hal mudah untuknya membahas kontak nama CH yang ada di ponsel sang suami.Darino yang sudah selesai memakai jam tangannya pun menatap Azizah yang sedang menatapnya dengan tatapan penuh arti, sehingga membuatnya sulit untuk memahaminya.“Kenapa, Sayang?” tanya Darino dengan suara yang lembut, ia mengusap puncak kepala sang istri. Salah satu cara untuk menenangkan Azizah yang mungkin sedang banyak fikiran, sementara itu Azizah hanya bergeming memperhatikan Darino.Azizah menggelengkan kepala dengan senyum manisnya, “Tidak jadi, Mas,” tuturnya dengan suara yang lembut. Ia merapihkan rambut sang suami yang sedikit berantakan dengan jari lentiknya.“Hari ini cuma satu kelas?” tanya wanita itu, dijawab dengan anggukkan kepala.“Tapi aku pulangnya telat. Selesai kelas jam dua belas, lanjut acara makan-makan sama dosen lainnya. Ada yang nikah, terus n

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   7. Carisa Berulah

    Azizah mengetukkan jemari telunjuknya di meja kaca, tatapannya lurus menatap Carlinta yang sedang menatapnya. Sahabatnya itu memperlihatkan sebuah foto kepadanya, di dalam foto tersebut terlihat Darino sedang merangkul Carisa.“Kamu tidak berani menghubungi suamimu sendiri, hm?” tanya Carlinta, melirik ponsel yang ada dihadapan Azizah. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, “Kamu takut kalau Darino akan memarahimu karena sedang mengajar?”Azizah bergeming. Sudah lebih dari sepuluh menit dirinya terdiam, sehingga membuat Carlinta gemas sendiri melihatnya. Bagaimana tidak? Azizah seolah tidak percaya dengan foto yang dikirim oleh suami Carlinta.Azizah memikirkan banyak aspek, salah satunya jika dirinya bertanya kepada Darino yang saat ini sedang ada jadwal mengajar, akan membuat suaminya itu hilang fokus dan berakibat menyampaikan materinya berantakan.Jujur saja, Azizah sangat ingin bertanya kepada suaminya mengenai foto yang diperlihatkan oleh Gibran -Suami Carlinta, sekalig

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   8. Mantan Kekasih dan Istri

    Azizah melangkahkan kaki jenjangnya mendekati gadis kecil yang duduk di ayunan bersama dengan seorang bocah laki-laki yang duduk disebelah gadis kecil itu. Dirinya datang bersama dengan Carlinta-Mama dari bocah laki-laki yang sedang bersama putrinya.“MAMA ….”Azizah tersenyum manis kepada putrinya yang turun dari ayunan dan berlari kecil mendekatinya. “Hei … sudah lama menunggu? Maaf ya Mama telat jemput kamu,” tuturnya dengan suara lembut, mengecup kedua pipi Arlin.Carlinta merangkul putranya yang berdiri disisi kanannya saat ini. “Ms. Carisa tidak datang hari ini?” tanyanya, menatap putranya yang mendongak supaya bisa bertatapan dengannya.Azizah berdiri dengan menggenggam tangan Arlin, menatap Carlinta yang langsung to the point. Ia menyenggol lengan Carlinta saat sudut matanya menangkap pergerakan seorang perempuang yang keluar dari salah satu ruangan, dan melangkah mendekat.“Datang kok. Tadi Ms. Carisa juga kasih tugas ke kami,” jawab Nadi, kedua matanya memperhatikan mamanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   9. Carisa Berulah, Lagi

    Azizah memperhatikan suaminya, Darino, yang sedang mencuci tangan di wastafel. Tatapannya berpindah ke putri kecil mereka yang sedang menghabiskan sepiring pudding dengan vla rasa vanilla. Senyumnya sedikit merekah melihat kebahagiaan sederhana putrinya.TING!Tiba-tiba suara dentingan ponsel Darino menarik perhatian Azizah. Ponsel itu tergeletak di meja sebelahnya. Azizah menaikkan sebelah alisnya, tanda keheranan. "Mas, ada pesan masuk," katanya, suaranya terdengar lembut namun penuh tanda tanya.Darino mematikan keran air, menepuk-nepuk tangannya dengan handuk sebelum melangkah mendekati Azizah yang duduk di kursi satu set dengan meja makan. Ada sedikit kerutan di dahinya saat ia meraih ponselnya. Azizah memperhatikan gerak-geriknya, mencoba menangkap ekspresi apa pun yang mungkin menunjukkan siapa pengirim pesan tersebut."Siapa yang mengirim pesan, Mas?" tanya Azizah dengan nada sehalus mungkin, meski hatinya berdebar kencang.Darino membuka ponselnya dan membaca pesan tersebut.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17

Bab terbaru

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   86. Perubahan Sikap Darino

    Azizah menaikkan sebelah alisnya saat tubuhnya ditarik paksa supaya mendekat ke arah suaminya yang memejamkan kedua mata. Ia mengulurkan tangannya, meraih ponsel yang ada di meja nakas. Kedua matanya menyipit saat cahaya layar ponselnya menyala, menyilaukan penglihatannya ditengah kegelapan.Pukul 05:00, memang sudah pagi, sudah waktunya untuk wanita itu bangun, beranjak, menyiapkan sarapan, mengurus putrinya dan suaminya.Azizah menyimpan kembali ponselnya di meja nakas, lalu memeluk sang suami dan menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Darino yang semakin mendorong punggungnya, sehingga tidak ada jarak diantara mereka.“Mas … aku mau bikin sarapan. Kamu mau sarapan apa?” ujar Azizah dengan suara pelan, nada bicaranya yang lembut, sangat sopan untuk diterima oleh indra pendengaran siapapun.Darino menanggapinya dengan bergumam tanpa membuka kedua matanya. Respon yang ia berikan membuat Azizah mengulas senyum tipis, tangan wanita itu terangkat menyusuri wajah suaminya.“Mas ….”“Pes

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   85. Fernandra itu Baik atau Jahat?

    Fernandra menatap sosok pria yang duduk bersebrangan dengannya saat ini. Sesuai dengan pembicaraannya dengan pria itu, ia datang ke lokasi yang dibagikan oleh pria itu, Darino. Dan disinilah mereka berdua, di sebuah ruangan yang lebih private di salah satu restaurant ternama yang letaknya tidak jauh dari rumah Darino.“Kamu yang menyarankan itu ke Azizah?” tanya Darino, setelah pelayan yang mengantar makanan untuknya dan Fernandra pergi dari ruangan ini, dan memastikan tidak ada orang lain di ruangan ini.Fernandra menaikkan sebelah alis, “Memangnya aku menyarankan apa?” tanyanya seolah tidak mengerti arah pembicaraan Darino. “Aku hanya meminta bantuan Azizah untuk masuk ke rumah Darnius,” lanjutnya, lalu menggelengkan kepala. “Lebih tepatnya kamar Darnius, supaya aku bisa memantau aktifitas Darnius di kamarnya,” tambahnya lengkap dengan maksud dan tujuannya dari apa yang direncanakan olehnya.Darino mendengarkannya dengan seksama, ekspresi wajahnya sangat serius, bahkan fokusnya hany

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   84. Got It!

    “Kamu yakin mau masuk ke sana? Kamu tahu kan dia itu ada perasaan sama kamu,” ucap Darino, terselip nada khawatir dan tidak setuju dengan apa yang baru saja dikatakan oleh istrinya.Malam ini, Azizah mengatakan niatnya yang ingin membantu Fernandra setelah mengetahui apa yang dilakukan oleh tetangga depan rumah kedua orangtua itu. Semula, Azizah tidak setuju karena suaminya pasti tidak setuju. Benar saja, sesuai tebakan wanita itu, Darino tidak percaya rencana itu akan berhasil dengan situasi yang baik.Azizah menghela nafasnya perlahan, menggenggam tangan sang suami, lalu mengusap punggung tangan pria yang sedang menatapnya dengan tatapan teduh. “Aku pastiin, semua akan baik-baik saja, Mas. Arlin aman di rumah Mommy dan Daddy,” tuturnya.“Karena itu yang aku takutin. Rumah Mommy dan Daddy berhadapan sama rumahnya Darnius,” balas Darino dengan cepat. Ia menumpuk tangan kanannya diatas tangan Azizah, kedua matanya menatap dalam kedua mata wanita dihadapannya saat ini.]Hening, tidak ad

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   83. Darnius Berulah?

    Azizah mengedarkan atensinya, menatap sekeliling caffe yang cukup ramai. Ia sedang menunggu kedatangan seseorang setelah tadi malam membuat janji dengan orang itu, dan disinilah tempat mereka janjian.Selang beberapa menit wanita itu menunggu, sosok pria tinggi, putih, bermata sipit, lengkap dengan kacamata yang bertengger di hidung itu tersenyum kepada wanita yang tengah menatapnya dengan senyuman tipis.“Sudah lama menunggu?” tanya pria itu setelah menempati kursi kosong dihadapan Azizah, ia melepaskan jas hitam dan menyisakan kemeja putih lengan pendek dengan aksesoris dasi berwarna hitam.Azizah menggelengkan kepala, “Lumayan … sepuluh menit,” jawabnya diakhiri dengan terkekeh pelan. “Kamu dari kantor langsung ke sini?” tanyanya setelah memperhatikan penampilan pria dihadapannya saat ini.Pria dengan gaya rambut undercut itu menggelengkan kepala. “Aku habis ada pertemuan juga dengan klien di resto sebelah. Karena itu juga aku memilih tempat ini,” ucapnya dengan tenang, tersenyum k

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   82. Apa yang sedang direncanakan Fernandra?

    “Jelasin ke aku sekarang kalau memang aku ini penting buat Mama,” tukas Arlin, kilatan matanya berbeda dari biasanya. Hal itu membuat Azizah memejamkan kedua matanya sejenak untuk mengontrol emosinya yang campur aduk.Belum reda rasa terkejut Azizah, wanita itu harus menghadapi Arlin yang memojokkannya untuk mengatakan sesuatu yang terjadi. Bukan tidak ingin terbuka, tetapi hanya saja belum waktunya Arlin mengetahui yang sebenarnya terjadi.“Ada hubungannya sama Nadiw, kan?”Bayangkan, bocah lima tahun itu terus mencecar Azizah untuk berbicara. Azizah menghela nafasnya perlahan, bersimpuh dihadapan putrinya dengan menyentuh lengan gadis kecil dihadapannya saat ini.“Apa saja yang kamu dengar?” tanya Azizah dengan suaranya yang lembut, tersenyum menatap kedua mata Arlin yang sedang menatapnya. “Sejauh apa yang kamu dengar?” tanyanya, lagi.“Semua,” jawab Arlin dengan lantang, lalu ia kembali berbicara, “Tentang Mama yang bertanya rencana mereka … Tante Carisa dan Om Darnius … Aku kenal

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   81. Azizah Pusing Tujuh Keliling

    Sudah satu minggu berlalu, sudah satu minggu Darino dan Azizah tidak bertemu secara langsung dengan Gabriel dan Nadi, tentu saja membuat Arlin sering murung dan kesal kepada mereka karena menurut Arlin, orangtuanya sedang mencoba untuk memisahkannya dengan Nadi.Azizah menghela nafas, saat ini putri kecilnya itu mogok untuk makan karena permintaan gadis kecil dihadapannya tidak dituruti. Bukan tidak ingin mempertemukan Arlin dengan Nadi, tetapi situasinya belum memungkinkan untuk Nadi dan Gabriel kembali ke Tanah Air Tercinta.“Om Gabriel sedang ada pekerjaan di sana, tentu saja Nadiw harus ikut Om Gab, kan? Dia tidak mungkin tinggal di sini sendirian.” Salah satu penjelasan lembut dari Azizah terhadap putrinya yang menggeleng-gelengkan kepala.“Kan ada Tante Linta.”Azizah menipiskan bibirnya, bohong jika sampai hari ini dirinya tidak memikirkan Carlinta yang pergi begitu saja tanpa berpamitan dengannya. Perasaannya masih tidak terima dengan apa yang terjadi, tetapi disisi lain ada

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   80. Carisa & Darnius Meresahkan

    “Bukankah aku sudah pernah bilang? Jangan percaya apapun itu sebelum aku memberi informasi ke kalian.”Itu suara Fernandra yang berasal dari speaker ponsel milik Darino yang sedang melakukan panggilan suara. Tentu saja Azizah yang menghubungi Fernandra melalui nomor milik Darino, dan wanita itu juga yang menjelaskan kepada Fernandra yang sekarang sedang menyetir.Azizah yang mendengar ucapan Fernandra, menatap suaminya yang sedang menatapnya. “Aku juga sudah bilang ke Mas Darino, tapi dianya batu. Sifat tidak enakan dia muncul lagi setelah baca pesan dari Carisa,” ocehnya, menaikkan dagunya tidak takut terhadap sang suami.“Jangan pergi menemui Carisa seorang diri, itu sangat berbahaya. Ditambah ambisi dia buat ngerebut Darino itu besar, karena tidak ada Carlinta yang menjadi saingannya,” balas Fernandra dari jarak jauh.“Dia kirim pesan seperti itu karena dia tahu kelemahan dari seorang Darino,” tambahnya.Azizah tertawa pelan, menyunggingkan senyum tipis dan hanya dua detik, tetapi

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   79. Tipu Daya Carisa?

    Fernandra menegakkan tubuhnya, sedikit membungkuk dengan kesepuluh jarinya menyatu. “Dan sepertinya, kamu harus membongkar identitas kamu,” ucapnya memecahkan keheningan dan berhasil membuat Azizah memicingkan mata.“Carissa akan berhenti, dengan begitu Darnius akan kalah karena dia cuma sendirian. Selain itu, aku bisa mengarahkan pengawalan ketat supaya dia tidak bisa berbuat nekat,” tambahnya.Azizah melirik ke sebelahnya, melihat suaminya yang hanya terdiam. Ia tahu penuturan yang baru saja diucapkan oleh Fernandra, sedikit menyinggung suaminya yang tidak memiliki uang banyak dan tidak bisa bertindak jauh seperti yang dilakukan oleh Fernandra kepadanya.Azizah menggenggam tangan sang suami, tersenyum kepada suaminya yang menoleh kepadanya. Dirinya sangat menghargai keberadaan Darino sebagai suami, dan kepala rumah tangganya.Perempuan itu menoleh, menatap Fernandra yang tengah memperhatikannya. Ia berusaha untuk tetap sopan dengan tersenyum ramah, “Terimakasih atas tawarannya, teta

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   78. Tuduhan Darino Terhadap Fernandra

    Fernandra menyeruput secangkir kopi yang disuguhi oleh Azizah, ia menatap sepasang suami-istri dihadapannya saat ini. “Sepertinya ada yang ingin kalian bicarakan, sampai mengundang aku secara khusus ke sini,” ucapnya setelah menyimpan kembali cangkir di atas meja.“To the point,” ucap Darino dengan nada bicaranya yang serius, menegakkan tubuhnya dan memfokuskan atensinya hanya kepada Fernandra yang tengah menatapnya. “Kamu tidak punya maksud lain, kan?” tambahnya.Azizah melebarkan kedua matanya, menepuk lengan suaminya dan memberikan tatapan seolah mengatakan ‘jangan bahas itu’, tetapi diabaikan oleh sang suami yang menatap Fernandra. Dirinya menghela nafas perlahan.Fernandra hanya memperlihatkan gestur yang tenang, dan santai. Kedua matanya menatap Darino yang tidak mengalihkan atensi sedikitpun darinya. “Maksudmu, aku sengaja berbuat seperti itu supaya Gabriel ada dipihak aku? Dan dia yang akan membantuku untuk merebut Azizah dari kamu?” Diakhiri dengan tertawa renyah.Pria itu me

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status