Share

3. Kembali Ke Rumah

Author: Lapini
last update Last Updated: 2024-10-17 22:21:27

Azizah menatap Darino yang mencekal tangannya saat ingin masuk ke dalam mobil setelah mengantar Arlin pergi ke sekolah. Hatinya masih dipenuhi dengan amarah dan kekecewaan. Suara burung berkicau di pagi hari terasa kontras dengan gejolak emosional yang ia rasakan.

"Sayang, tolong dengarkan aku," suara Darino penuh dengan permohonan, matanya mencari-cari tatapan Azizah. "Aku bisa menjelaskan semua ini. Semua ini hanya kesalahpahaman."

Azizah menarik tangannya dengan gerakan cepat, menghindari sentuhan suaminya. "Kesalahpahaman? Kamu sudah memiliki buktinya?" katanya dengan nada suara yang mencoba tetap tenang, namun jelas mengandung kemarahan yang tertahan.

Darino menghela napas, jelas merasa frustasi tetapi tidak mau menyerah. "Izinkan aku membuktikan bahwa ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan. Tolong, aku hanya ingin kamu kembali ke rumah."

Azizah menggelengkan kepala, matanya penuh dengan kebingungan dan sakit hati. "Aku butuh waktu untuk sendiri, Darino. Mama juga tidak mengizinkanku untuk kembali sekarang karena..." Azizah berhenti sejenak, menatap Darino dengan mata yang mulai berlinang. "Karena aku sedang hamil."

Darino terkejut, bibirnya sedikit terbuka tanpa suara keluar. "Hamil? Sayang, kenapa kamu tidak memberitahuku?"

"Bagaimana aku bisa memberitahumu dengan semua ini terjadi?" Suara Azizah terdengar lirih namun penuh dengan kepedihan, "Aku butuh waktu untuk berpikir. Aku harus menjaga diri dan bayi ini."

Darino terdiam sejenak, matanya penuh dengan keputusasaan dan rasa bersalah. "Azizah, aku mohon, biarkan aku ada di sampingmu. Aku ingin memperbaiki semua ini."

Namun, Azizah menggeleng lagi, lebih tegas kali ini. "Aku tidak bisa, Mas. Setidaknya untuk sekarang. Biarkan aku tenang di rumah orang tuaku."

Azizah masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin. Ia menghindari tatapan Darino, air mata menggenang di pelupuk matanya. Saat mobil mulai bergerak, perasaannya semakin berat, namun ia tahu bahwa ini adalah yang terbaik untuk dirinya dan bayi yang ada di dalam kandungannya.

Azizah menyeka air mata yang mulai mengalir, berusaha fokus menyetir. Di dalam mobil, suara musik yang lembut mencoba menenangkan hatinya, namun pikirannya terus berkecamuk. Bayangan wajah Darino yang penuh dengan kesedihan dan penyesalan menghantui pikirannya.

Saat sampai di rumah orangtuanya, mommynya menyambut dengan kehangatan. "Azizah, kenapa? Apa terjadi sesuatu?" katanya sambil merangkul Azizah yang terlihat lelah dan emosional.

Azizah memeluk ibunya erat-erat, merasakan rasa aman yang sudah lama tidak ia rasakan. "Mom, aku harus bagaimana? Tadi aku bertemu dengan Mas Darino," katanya dengan suara bergetar.

"Lalu apa yang dikatakan oleh suamimu itu?" balas Mommy sambil mengusap punggung Azizah dengan lembut.

Di kamar yang dulu ia tempati semasa remaja, Azizah duduk di tepi ranjang, memandangi jendela yang menghadap ke taman. Kenangan masa kecilnya berputar di kepalanya, sementara pikirannya terus berusaha mencari jawaban atas masalah yang dihadapinya. 

Mommy duduk disebelaH Azizah, menggenggam tangan putrinya. "Azizah, semua akan baik-baik saja. Percayalah pada nalurimu dan beri waktu pada dirimu sendiri. Kami ada di sini untukmu."

Azizah mengangguk, mengambil cangkir teh yang diberikan oleh mommynya dan merasakan kehangatan yang menenangkan dari minuman tersebut. "Terima kasih, Mom. Aku hanya butuh waktu untuk mengatasi ini semua."

*

Darino berdiri kaku, wajahnya datar menatap perempuan yang berdiri di depannya. Carisa tersenyum lebar, dengan tangan yang diangkat ke udara seolah menyambut pertemuan ini dengan antusiasme yang berlebihan. Namun, Darino tidak menyukai kehadiran Carisa yang sekarang semakin mendekat kepadanya, membuat jarak di antara mereka hampir tak ada.

"Darino, apa yang sedang terjadi? Kamu terlihat sangat tertekan," suara Carisa terdengar manis, namun ada nada manipulatif yang tersirat. "Kalau ada sesuatu yang ingin kamu ceritakan, aku selalu ada untukmu, kamu tahu itu."

Darino menarik napas dalam, berusaha menenangkan gejolak dalam dirinya. "Carisa, ini bukan waktu yang tepat," katanya dengan suara yang tegas namun terkendali. "Aku tidak ingin membicarakannya."

Wajah Carisa sedikit berubah, senyumnya memudar meskipun tetap ada sisa keangkuhan di sana. "Ayolah, Darino. Kita sudah lama saling mengenal. Kamu bisa mempercayaiku," katanya sambil mencoba meraih tangannya.

Namun, Darino dengan cepat menarik tangannya, menghindari sentuhan Carisa. "Tidak, Carisa. Aku tidak butuh bantuanmu. Tolong, tinggalkan aku sendiri."

Mata Carisa menyipit, kilatan kemarahan tampak sejenak di wajahnya sebelum ia berhasil menutupinya dengan senyuman paksa. 

"Baiklah, Darino. Tapi ingat, pintu selalu terbuka jika kamu berubah pikiran," katanya dengan nada yang nyaris mengancam, sebelum berbalik dan berjalan pergi dengan geram.

Darino menghela napas panjang, merasa lega meski tahu bahwa masalahnya belum selesai. Ia menatap langit, membiarkan udara sejuk menerpa wajahnya, mencoba mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi tantangan berikutnya tanpa campur tangan dari masa lalu yang tidak ingin ia hidupi kembali.

Langkah Carisa yang kian menjauh seolah memberi ruang bagi Darino untuk memikirkan langkah apa yang harus diambil selanjutnya.

Sesampainya di rumah, Darino duduk di sofa dengan pikiran yang berkelindan. Ia teringat kembali bagaimana tatapan penuh curiga Azizah saat menemukan pulpen merah di sakunya. Hatinya berdebar, mengetahui bahwa kepercayaan Azizah padanya kini tergoyah.

Dengan tekad baru, Darino mengambil ponsel miliknya,lalu menulis pesan singkat kepada Azizah. "Sayang, aku tahu kamu butuh waktu. Tapi aku hanya ingin kamu tahu, bahwa aku mencintaimu dan aku akan melakukan apa saja untuk memperbaiki keadaan ini."

*

Seorang wanita mengenakan pakaian serba merah mendekat kepada Darino yang duduk disebuah kursi kayu dengan tubuh yang diikat oleh seutas tali. Cahaya yang terlalu terang membuat Darino tidak bisa melihat secara jelas wajah wanita itu.

Suara heels yang menggemas di ruangan ini semakin mendekat dan semakin nyata di telinga Darino. Pria itu menajamkan indra penglihatannya. Semakin lama semakin dekat sehingga Darino bisa melihat wajah wanita itu.

“Azizah?”

Azizah menyeringai dengan kedua tangan yang terlipat di dada, ia berdiri dua langkah dari posisi Darino. “Ya ini aku.”

Darino menggerakkan tubuh dan tangannya, lalu menggeram karena ikatan tali itu sangat kencang. Ia menaikkan pandangannya, menatap istrinya yang menyungging smirk smile sehingga membuatnya mengerjapkan mata sejenak.

“Ini ada apa? Kenapa aku diikat seperti ini?” ucap Darino dengan tatapan bingung menatap Azizah yang bergumam. “Bukankah kita sedang baik-baik saja?”

Azizah menaikkan sebelah alis, “Kamu berduaan sama Carisa di hotel. Itu yang kamu sebut kita baik-baik saja?” tutunya dengan nada rendah. Ia membungkuk, mencengkram rahang pria dihadapannya dengan sedikit penekanan.

“Aku mau kita cerai.”

Azizah mengatakannya dengan tegas, ia melepaskan cengkramannya pada rahang Darino dan melangkah mundur. Sementara itu Darino menggeleng-gelengkan kepala, menatap tidak percaya wanitanya yang menjauh dan menghilang bersama dengan bayangan pria lain yang merangkul mesra Azizah.

“TIDAK, AZIZAHH! KAMU HANYA UNTUKKU, SELAMANYA! SIALANNN!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   4. Dihantui Masalalu

    Azizah kembali pulang ke rumah bersama Arlin setelah beberapa hari berlalu. Arlin sangat bahagia bisa bertemu lagi dengan Darino, wajahnya memancarkan keceriaan yang sudah lama hilang. "Papa!" seru Arlin sambil berlari ke pelukan Darino yang sudah menunggu di ruang tamu dengan wajah penuh harap.Darino merangkul putrinya erat-erat, merasakan kehangatan keluarga yang hampir hilang. "Arlin, Papa rindu sekali padamu," katanya dengan suara bergetar, matanya berkaca-kaca melihat kebahagiaan putrinya. Dia mengecup kedua pipi putrinya dan tersenyum terharu.Azizah berdiri di belakang, menatap momen tersebut dengan hati yang campur aduk. Meski ia masih menyimpan kekecewaan dan kemarahan, ia tahu bahwa pertemuan ini penting bagi Arlin. Setelah beberapa saat, ia mengambil napas dalam-dalam dan melangkah maju. "Darino, kita perlu bicara," katanya dengan nada tegas tapi tenang.Darino menatap Azizah dengan tatapan penuh harap. "Tentu, Azizah. Aku siap menjelaskan semuanya." Mereka berdua duduk

    Last Updated : 2024-10-18
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   5. Siapa itu CH?

    Pada malam ini, Carisa mengenakan pakaian super ketat dan seksi, sementara Darino mengenakan kemeja hitam yang kontras dengan suasana hatinya yang gelap. Mereka berada di sebuah restoran, di dalam ruangan VIP yang dipesan oleh Carisa. Darino merasa dijebak, suasana ruangan yang seharusnya mewah terasa menyesakkan.Carisa menghela napas panjang, matanya menatap Darino dengan tatapan yang sulit diartikan. "Silakan duduk, Darino," katanya dengan nada suara yang berusaha terdengar santai, namun ada ketegangan yang tak bisa disembunyikan.Darino tetap berdiri sejenak, menimbang-nimbang situasi sebelum akhirnya duduk dengan enggan. Ia merasakan dinginnya kursi di bawahnya, seolah mencerminkan suasana hatinya yang penuh kecurigaan. Carisa duduk di seberangnya, senyum tipis menghiasi wajahnya yang penuh riasan."Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Darino, suaranya datar namun tegas, mencoba mengendalikan situasi.Carisa mengangkat bahu, memainkan rambutnya dengan jari-jari yang lentik

    Last Updated : 2024-10-18
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   6. Kepercayaan Azizah Memudar?

    “Mas ….”Azizah menatap suaminya yang memakai jam tangan dihadapannya saat ini, perasaannya bimbang, antara ingin bertanya dan melupakan. Bukan hal mudah untuknya membahas kontak nama CH yang ada di ponsel sang suami.Darino yang sudah selesai memakai jam tangannya pun menatap Azizah yang sedang menatapnya dengan tatapan penuh arti, sehingga membuatnya sulit untuk memahaminya.“Kenapa, Sayang?” tanya Darino dengan suara yang lembut, ia mengusap puncak kepala sang istri. Salah satu cara untuk menenangkan Azizah yang mungkin sedang banyak fikiran, sementara itu Azizah hanya bergeming memperhatikan Darino.Azizah menggelengkan kepala dengan senyum manisnya, “Tidak jadi, Mas,” tuturnya dengan suara yang lembut. Ia merapihkan rambut sang suami yang sedikit berantakan dengan jari lentiknya.“Hari ini cuma satu kelas?” tanya wanita itu, dijawab dengan anggukkan kepala.“Tapi aku pulangnya telat. Selesai kelas jam dua belas, lanjut acara makan-makan sama dosen lainnya. Ada yang nikah, terus n

    Last Updated : 2024-11-13
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   7. Carisa Berulah

    Azizah mengetukkan jemari telunjuknya di meja kaca, tatapannya lurus menatap Carlinta yang sedang menatapnya. Sahabatnya itu memperlihatkan sebuah foto kepadanya, di dalam foto tersebut terlihat Darino sedang merangkul Carisa.“Kamu tidak berani menghubungi suamimu sendiri, hm?” tanya Carlinta, melirik ponsel yang ada dihadapan Azizah. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, “Kamu takut kalau Darino akan memarahimu karena sedang mengajar?”Azizah bergeming. Sudah lebih dari sepuluh menit dirinya terdiam, sehingga membuat Carlinta gemas sendiri melihatnya. Bagaimana tidak? Azizah seolah tidak percaya dengan foto yang dikirim oleh suami Carlinta.Azizah memikirkan banyak aspek, salah satunya jika dirinya bertanya kepada Darino yang saat ini sedang ada jadwal mengajar, akan membuat suaminya itu hilang fokus dan berakibat menyampaikan materinya berantakan.Jujur saja, Azizah sangat ingin bertanya kepada suaminya mengenai foto yang diperlihatkan oleh Gibran -Suami Carlinta, sekalig

    Last Updated : 2024-11-14
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   8. Mantan Kekasih dan Istri

    Azizah melangkahkan kaki jenjangnya mendekati gadis kecil yang duduk di ayunan bersama dengan seorang bocah laki-laki yang duduk disebelah gadis kecil itu. Dirinya datang bersama dengan Carlinta-Mama dari bocah laki-laki yang sedang bersama putrinya.“MAMA ….”Azizah tersenyum manis kepada putrinya yang turun dari ayunan dan berlari kecil mendekatinya. “Hei … sudah lama menunggu? Maaf ya Mama telat jemput kamu,” tuturnya dengan suara lembut, mengecup kedua pipi Arlin.Carlinta merangkul putranya yang berdiri disisi kanannya saat ini. “Ms. Carisa tidak datang hari ini?” tanyanya, menatap putranya yang mendongak supaya bisa bertatapan dengannya.Azizah berdiri dengan menggenggam tangan Arlin, menatap Carlinta yang langsung to the point. Ia menyenggol lengan Carlinta saat sudut matanya menangkap pergerakan seorang perempuang yang keluar dari salah satu ruangan, dan melangkah mendekat.“Datang kok. Tadi Ms. Carisa juga kasih tugas ke kami,” jawab Nadi, kedua matanya memperhatikan mamanya

    Last Updated : 2024-11-15
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   9. Carisa Berulah, Lagi

    Azizah memperhatikan suaminya, Darino, yang sedang mencuci tangan di wastafel. Tatapannya berpindah ke putri kecil mereka yang sedang menghabiskan sepiring pudding dengan vla rasa vanilla. Senyumnya sedikit merekah melihat kebahagiaan sederhana putrinya.TING!Tiba-tiba suara dentingan ponsel Darino menarik perhatian Azizah. Ponsel itu tergeletak di meja sebelahnya. Azizah menaikkan sebelah alisnya, tanda keheranan. "Mas, ada pesan masuk," katanya, suaranya terdengar lembut namun penuh tanda tanya.Darino mematikan keran air, menepuk-nepuk tangannya dengan handuk sebelum melangkah mendekati Azizah yang duduk di kursi satu set dengan meja makan. Ada sedikit kerutan di dahinya saat ia meraih ponselnya. Azizah memperhatikan gerak-geriknya, mencoba menangkap ekspresi apa pun yang mungkin menunjukkan siapa pengirim pesan tersebut."Siapa yang mengirim pesan, Mas?" tanya Azizah dengan nada sehalus mungkin, meski hatinya berdebar kencang.Darino membuka ponselnya dan membaca pesan tersebut.

    Last Updated : 2024-11-17
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   10. Azizah Tidak Tinggal Diam

    Azizah menghela nafasnya secara perlahan, ingatannya kembali pada pesan yang diterima oleh Darino dari nomor yang tidak disimpan oleh Darino, tetapi pengirim pesan menyebutkan nama.Carisa, perempuan itu yang mengirim pesan kepada Darino. Isi pesan yang dikirim oleh Carisa; Mas, nomor 204 hotel Hardenz. Selang beberapa detik diunsend, dan kembali mengirim pesan yang berisi ‘Sorry salah kirim’.Azizah memperhatikan suaminya yang tidur di sofa yang ada di sudut kamar. “Aku tahu itu bukan salah kamu, tapi aku cape, jadi pelampiasannya ke kamu,” ucapnya, mengusap wajahnya gusar.Azizah menyikap selimutnya, lalu melangkahkan kaki mendekati Darino. Bagaimanapun juga pria itu masih menjadi suaminya, dan Darino sudah mengambil keputusan tadi malam.‘Apa?’ tanya Azizah, menatap Darino yang berdiri dihadapannya saat ini. ‘Kalau kamu yang bertindak, besok aku akan ke rumah Bunda sama Ayah. Aku kembali ketika kamu sudah mengurus dan membuat Carisa berhenti mengganggu keluarga kita,’ imbuhnya.‘Bi

    Last Updated : 2024-11-18
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   11. Azizah Tersenyum Lebar

    Darino dan Carisa bertemu di sebuah kafe yang tenang. Carisa tampak senang saat mengetahui Darino mengajaknya berbicara berdua, senyum manis menghiasi wajahnya. Di sisi lain, Darino merasa berat hati untuk bertemu dengan Carisa, namun ia tahu ini adalah sesuatu yang harus ia lakukan."Carisa, aku minta tolong, mulai sekarang jangan lagi menghubungi aku," katanya dengan nada tegas. Carisa terkejut, namun dengan cepat menyembunyikan keterkejutannya. "Oke," jawabnya singkat, senyum di wajahnya tetap terjaga.Darino merasa sedikit lega walaupun dirinya seperti tidak yakin dengan apa yang dikatakan oleh Carisa.“Aku serius. Jangan pernah lagi menghubungiku,” tekannya sekali lagi, kali ini lebih tegas supaya ucapannya tidak dianggap main-main oleh Carisa yang bergumam pelan dan kepala yang mengangguk-angguk. “Aku juga tidak akan menghubungimu lagi. Kamu tenang saja, Darino. Lagipula, tanpa aku menghubungimu, kamu yang mendekat dan mengajaknya untuk bertemu seperti ini, kan?” oceh Carisa d

    Last Updated : 2024-11-19

Latest chapter

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   104. Darino & Fernandra Janji Ketemu

    Beberapa hari kemudian ….Darino menghela nafas setibanya di rumah. Ia menyandarkan kepala pada sandaran sofa dengan kedua mata yang terpejam. Hanya beberapa detik, karena merasakan sofa yang ada di sisinya bergerak.Ketika pria itu membuka kedua mata, terlihat sosok perempuan yang tersenyum manis kepadanya. Darino menegakkan tubuhnya, membalas senyuman sang istri.“Tidak bilang kalau pulang cepat?” tanya Azizah dengan wajah bingung, tetapi masih tetap mempertahankan senyumannya, karena ia tahu mood suaminya sedang tidak baik-baik saja. Terlihat dari ekspresi wajah sang suami yang murung, dan tidak cerah seperti biasanya.“Ada masalah sedikit tadi di kampus, jadinya semua dosen dan mahasiswanya dipulangkan,” jelas Darino, menatap Azizah dengan tangannya yang mengusap punggung tang sang istri.Azizah bergeming, mencoba untuk mencerna apa yang dikatakan oleh suaminya. Berusaha untuk menerka-nerka, masalah apa yang sedang terjadi di sebuah universitas sehingga mengharuskan dosen dan maha

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   103. Barang Pemberian Fernandra

    Azizah terdiam, menatap barang-barang yang berada di bagasi mobilnya. Ia benar-benar membawa barang-barang tersebut ke rumah orangtuanya, karena Fernandra memaksa dan mengancamnya. Tidak ada pilihan lain selain meng-iya-kan apa yang dikatakan oleh Fernandra, daripada merusak suasana atau memperburuk keadaan.“Maaf ….” gumamnya penuh penyesalan, menunduk dan mencengkram kuat kardus tersebut. Tanpa disadari olehnya, air matanya turun membasahi pipi. Seketika saat itu juga ia tersadar, lalu mengangkat kardus itu masuk ke dalam rumah lewat pintu samping.“Sayang … kok ke sini?”Azizah mengulas senyumnya saat berpapasan dengan mommynya di ruang tengah, “Ada barang yang harus aku taruh di gudang, Mom.” Atensinya melirik kardus yang berada dalam dekapannya, sehingga membuat mommynya mengikuti lirikannya.Mommy menaikkan sebelah alisnya, kembali menatap Azizah yang tersenyum lalu meninggalkannya begitu saja tanpa sepatah katapun. Rasa penasarannya tinggi, membuatnya mengikuti langkah putrinya

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   102. Pertemuan Azizah & Fernandra

    Fernandra tersenyum lebar menyambut kedatangan Azizah, walaupun ia sangat tahu wanitanya itu datang dengan perasaan yang marah, karena melihat wajah Azizah yang memerah. Tetapi itu bukan masalah untuknya.“Mau kamu apa sih?!”Fernandra bergumam pelan, sedikit membungkukkan punggungnya, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Azizah yang menatap tajam kepadanya. “Kalau aku bilang, memangnya kamu akan memberikannya?” tanyanya dengan nada lembut, tersenyum penuh arti kepada Azizah.Azizah berdecak kesal, melipat kedua tangannya di depan dada. “Kamu ingin bermain-main denganku?” tanyanya penuh penekanan. Tidak ada raut wajah takut disaat tidak ada orang lain disekitarnya.“No. Aku sedang berusaha,” balas Fernandra, menaikkan dagu Azizah dengan jari telunjuknya. Ia menelisik wajah Azizah, lalu tersenyum dan kembali berkata, “Mengambil kembali yang seharusnya milikku.”Azizah menepisnya, membuat Fernandra terkekeh dan menegakkan kembali punggung pria itu. Ia bedecih, “Kamu belum sembuh, Nandra.

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   101. "My Sunshine"

    Azizah membuka pintu rawat yang tidak ada penjaganya. Lorong kosong, membuat keningnya mengkerut dan kedua alisnya bertaut. Sudah dicurigai olehnya bahwa telah terjadi sesuatu, dan kecurigaannya bertambah saat masuk ke dalam ruang rawat VIP, tidak menemukan Carisa di brankar.“Di kamar mandi, mungkin,” ucap Darino, berusaha untuk memberikan positif viber terhadap istrinya yang sudah berfikiran negatif.“Fernandra … kamu yakin dia ada di rumahnya?” tanya Azizah, menatap suaminya yang menganggukkan kepala, lantas memberikan ponsel miliknya. Tanpa pikir panjang, ia mengotak-ngatik ponselnya dan terhenti pada roomchat Fernandra.Tanpa pikir panjang, wanita itu menekan icon ‘panggilan suara’, seketika membuat Darino melebarkan kedua mata. Pria itu telat melarang Azizah untuk tidak menghubungi Fernandra. Dan yang bisa dilakukan oleh Darino hanya terdiam, diam-diam menghela nafasnya perlahan dengan kedua kaki yang menyisir setiap sudut ruang rawat ini.“Carisa hilang,” ucap Azizah setelah pa

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   100. Teka-Teki Fernandra

    Azizah menaikkan sebelah alisnya setelah membaca pesan yang dikirim oleh Carisa, pesan tersebut membuatnya bingung, antara harus percaya atau tidak.Carisa[Mungkin ini cara supaya semua ini cepat selesai, menurutku.][Fernandra tidak sebaik yang kamu fikir][Kalau aku tidak ada waktu untuk bertemu kalian, aku minta maaf yang sedalam-dalamnya. Aku tahu aku salah, dan aku akan hadir ke persidangan, kalau memang masih ada kesempatan]Azizah bergeming, menunggu pesan selanjutnya. Carisa sedang menunggu, dan ia sangat ingin tahu apa yang sedang terjadi.Ting![Darnius ada di tempat lain, dan itu rencana Fernandra supaya kamu dan dia terus berhubungan]Azizah menggigit bibir bawahnya tanpa sadar, emosinya mendidih, 50% percaya dan 50% tidak percaya. Kalau memang kenyataannya seperti itu, Fernandra masih belum sembuh, masalalunya itu masih sakit.[Darnius setuju tidak ada menghadiri persidangan. Aku akan tetap hadir. Jadi, kamu pasti tahu akhirnya seperti apa.]“Sayang ….”Azizah menoleh, m

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   99. Perdebatan Singkat Azizah & Darino

    Azizah menghela nafas lega setelah duduk di jok penumpang, ia menoleh ke sisi kanan lantas tersenyum saat suaminya menatapnya. “Lega bangett. Perasaan aku itu lebih plong setelah bicara sama Carisa,” tuturnya.Darino ikut tersenyum tipis melihat ekspresi wajah istrinya yang lebih cerah dibandingkan beberapa saat yang lalu. Raut wajah Azizah sangat tidak bersahabat sebelum bertemu Darnius dan Carisa, tetapi semua itu sirna setelah bertemu keduanya.“Kamu tidak membully mereka, kan?” tanya Darino, dijawab dengan gelengan kepala cepat. “Hanya bicara santai?” tanyanya, lagi.Azizah menganggukkan kepala, mengalihkan atensi menatap lurus ke depan. Ia dan suami masih berada di basement rumah sakit, belum pergi dari area rumah sakit. Hening, sunyi dan sedikit gelap, tidak membuatnya takut.“Aku cuma mengatakan apa yang seharusnya aku katakan,” ucap Azizah tanpa menoleh, memberi jeda sebelum akhirnya kembali berbicara. “Aku bilang sama Carisa, aku bisa membawa kasus ini ke jalur hukum, dan aku

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   98. Kasus Hampir Selesai

    Azizah membuka pintu ruangan dihadapannya saat ini, melangkah lebih masuk ke dalam ruangan VIP tempat Carisa dirawat. Tentunya diikuti oleh Darino yang setia melangkah dibelakang Azizah tanpa bersuara.“Azizah ….”Azizah tersenyum saat namanya dipanggil dengan sangat pelan, ia berdiri di sisi kiri brankar rumah sakit. Kedua matanya bertemu dengan kedua mata Carisa yang sedang menatapnya, mereka saling menatap satu sama lain selama tiga menit.“Bagaimana keadaanmu?” tanya Azizah dengan tenang, suaranya sangat lembut, kedua sudut bibirnya terangkat mengukir senyuman.“Kamu tahu darimana aku disini?” tanya Carisa tanpa menjawab pertanyaan dari Azizah, kedua matanya memperhatikan gerak-gerik wanita di sampingnya.Azizah bergumam pelan, “Fernandra. Dia yang nolongin kamu. Jadi wajarkan kalau aku tahu kamu disini?”Darino hanya terdiam memperhatikan kedua wanita di depan yang sedang berbicara. Raut wajahnya khawatir, bukan khawatir terhadap istrinya yang akan diapa-apakan Carisa, tetapi kha

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   97. Sisi Jahat Azizah?

    Azizah menghela nafasnya secara kasar setelah keluar dari ruangan yang sangat panas menurutnya. Ia menyugar surai panjangnya dengan ruas jari jemarinya yang lentik, lalu menoleh saat mendengar suara langkah kaki yang mendekat.“Sudah?” tanya Fernandra setelah kedua kakinya berhenti tepat dihadapan Azizah, ia datang bersama Darino yang sedang menatap lekat Azizah.Azizah menganggukkan kepala, tersenyum kecil kepada Fernandra. “Kata kamu, Carisa sudah siuman?” tanyanya, dijawab dengan bergumam.Darino yang berada diantara kedua insan yang pernah memiliki hubungan dimasalalu itu hanya terdiam sambil memperhatikan gerak-gerik keduanya. Perlu diingatkan kembali, ia tidak seberani dan sepintar Azizah.“Aku ingin bertemu dengannya.”Penuturan Azizah membuat Darino menatap istrinya dengan tatapan yang sulit diartikan, sedangkan Fernandra menyunggingkan senyumnya.“Sure. Tapi kamu yakin tidak akan terjadi apa-apa?” tanya Fernandra, menatap Azizah yang menaikkan sebelah alis. “I mean, kamu tida

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   96. Azizah Bertemu Darnius

    Azizah berdiri dihadapan seorang pria yang duduk dengan kedua tangan dan kedua kaki diikat. Darnius, pria itu mengangkat kepala berani, menatap Azizah yang hanya terdiam memperhatikan dengan kedua mata yang menajam mengarah kepadanya. Situasi menengangkan hadir diantara mereka.“Aku tidak tahu apa yang ada difikiranmu sampai begini,” ucap Azizah tenang, memecahkan keheningan diantara dirinya dan Darnius. Ia melangkah maju, berdiri di dekat meja yang terdapat sebuah remot berwarna hitam.“Aku tidak pernah mengganggumu, tetapi mengapa kamu mengganggu keluargaku, Darnius?” lanjutnya penuh penekanan. Azizah tidak bisa lagi memperlihatkan sisi baiknya dihadapan Darnius.Darnius hanya terdiam, memperhatikan wanita yang menjadi targetnya, wanita yang terlihat lemah lembut waktu itu, kini tidak ada lagi ekspresi bersahabat yang biasanya diperlihatkan kepadanya.Azizah menyunggingkan senyum miringnya, melipatkan kedua tangannya di dada. Kedua matanya menajam mengarah ke posisi Darnius yang dud

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status